Ditulis oleh: Candri Rahma Maharani
Tadinya bisa berangkat ke Korea Selatan
hanya impian jaman SMA. Waktu itu Suju, SNSD dan Shinee lagi mulai ngehits di
Indonesia. Sekarang akhirnya saya bisa sampai di Korea Selatan untuk studi dan jalan-jalan.
Miracle-nya adalah, saya bisa berangkat GRATIS! Sebenernya kesempatan berangkat
ke luar negeri terbuka sangat lebar.
Sedihnya ngga banyak yang tau dan mencari tau, apalagi berusaha untuk
mendapatkannya.
Jadi yang saya lakukan di kota Chuncheon
adalah kuliah di Kangwon National University selama satu semester. Saya sebagai
pertukaran pelajar nantinya bakal masuk kelas-kelas internasional yang dipandu
dalam bahasa inggris. Saya dapat info mengenai exchange program ini ngga
jauh-jauh kok, cuma buka website International Office-nya UNDIP
(io.undip.ac.id) trus daftar deh.
Untuk mendaftar pertukaran pelajar via
International Office ada beberapa requirement yang harus diperhatikan. Berikut
saya copy-paste dari web IO UNDIP dan saya beri penjelasan di setiap poinnya.
Diem-diem nge-foto Profesor saya pas lagi ngajar |
The requirements for the applicant is as
below:
1.
Undergraduate students who can participate in classes taught in either Korean
or English
Saya waktu daftar program ini juga baru
bisa ngomong anneyonghaseyo sama saranghae. Belum bisa nulis apalagi baca
hangul (Korean writings). Cuma bermodalkan bahasa inggris aja buat ngisi
application form dan melalui tahap interview. Jadi dari pada takut duluan,
mending coba dulu. Siapa tau lagi dapet rejeki kaya saya.
2.
Students who obtained an average grade of more than 60% (based on a 100%
grading scale) in the Academic Year 2013.
Kalo IPK uda diatas 3 uda aman aja deh.
Walaupun IPK-nya belum 3 tetep coba aja dulu. Kadang pihak penyeleksi punya pertimbangan
lain mengenai hal ini dan mengabaikan IPK, atau kadang mereka terpesona sama CV
kamu dan ngga notice IPK kamu dibawah 3. Sekali lagi yang penting, COBA DULU!
3.
Students should select more than three classes per semester from the list of
courses taught in English (including at least one class related to his/her
desired field of study) on study plan.
Bikin essay tentang Study Plan kamu selama
satu semester di Korea nanti. Di application package bakal ada daftar mata
kuliah yang akan diajarkan dalam bahasa inggris. Silakan dipilih dan beri
alasan mengapa kamu pilih mata kuliah itu, apa korelasinya dengan current
issues, dan apa yang akan kamu lakukan setelah selesai masa studi. Ini cuma
gambaran aja sih, kalo mau ditambahin poin lain juga boleh, sebagus-bagusnya
yang bisa kalian bikin.
4. A
copy of proof of enrollment
Bahasa Indonesianya sih Surat Keterangan Mahasiswa. Kalo di FEB
UNDIP, formatnya bisa di download di website fakultas. Sayangnya semua dokumen
aplikasi harus dalam bahasa inggris. Jadi silakan download formatnya atau minta
di dekanat, kemudian terjemahkan sendiri dalam bahasa inggris.
5. A
copy of transcript
Dokumen berikut juga harus dalam bahasa
inggris. Rempongnya kalo di FEB, bikin transkrip dalam bahasa inggris ini perlu
proses yang bikin bolak-balik dekanat sekitar 3-4 kali dalam kurun waktu 2
minggu. Mau tau kenapa? Silakan coba sendiri :p
6. A
letter of recommendation from a supervisor from your study field (Dekan/ PD
III/ Ka.Jur)
Surat rekomendasi ini bisa kita bikin
sendiri. Cari aja contohnya di mbah google, ada banyak banget yang keren-keren.
Tulis sebaik-baiknya tapi jangan bohong juga yaa. Kemudian ajukan ke dekan, PD
3 atau kajur untuk di tanda tangani. Biasanya sebelum beliau mau tanda tangan
akan ada sedikit wawancara untuk memastikan apa yang kamu tulis itu benar
adanya.
7. A
copy of Passport
Belum ada rencana keluar negeri tapi uda
bikin passport?? emang agak freak sih. Tapi banyak untungnya kok percaya deh.
Karena pendaftaran student exchange atau apapun yang keluar negeri akan lebih
diutamakan yang memiliki passport. Bayangkan aja kalo uda melalui seleksi
panjang, sudah diterima, tapi gagal berangkat karena ribet bikin passport.
Padahal kalo mau keluar negeri nih masih banyak hal lain yang mesti diurus. So,
ketika masih ada waktu senggang, persiapkanlah passport sedini mungkin.
8. A
letter of self-introductiion, CV. and Health Certificate
Self Introduction sama CV ini satu paket.
Apa yang ada dalam self introduction adalah merangkum poin penting yang ada di
CV. CV juga ngga perlu sampai 5 lembar dan mencantumkan semua seminar dan
kepanitiaan yang kalian punya. Cantumkan yang penting-penting saja, akan lebih
baik jika semuanya berkaitan dengan opportunity yang kalian daftarkan. Kalo mau
daftar exchange ke korea, ya cantumkan pengalaman2 international kalian, skor
kursus bahasa korea, dll.
Health certificate ini boleh dalam bahasa
indonesia. Saya sih dulu cuma pake surat sehat dari puskesmas yang bisa didapet
gratis kalo pake kartu Askes (sekarang BPJS Kesehatan).
Ah tapi saya ngga pede kak mau daftar.
Mesti nyiapain apa aja yah? Harus belajar apa aja? Pertanyaan-pertanyaan itu
yang sering kali saya dengar dari teman-teman. Persiapannya ngga Cuma materi
aja yah, tapi mental juga. Nah berikut tips
and trick nya :
1.
Jangan menunggu, mulailah mencari.
Saya suka agak gemes sama temen-temen yang
bilang "Kalo dapet info kasih tau aku ya.". Saya sih kalo ada
opportunity kece memang selalu saya share di akun media sosial. Tapi kalo
mental 'nunggu kabar' kaya gini, saya rasa akan susah tembusnya. Mulailah
mencari opportunity yang tersebar dimana-mana. Website International Office itu
cuma salah satunya. Mintalah teman kalian yang terkenal 'opportunity hunter' untuk
invite kalian ke group2 dimana anggotanya biasanya saling share opportunities.
Kalo online, jangan cuma buka twitter sama instagram doang, tapi ikutin
percakapan yang ada di grup2 tersebut. Kalo nemu yang cocok, langsung deh
daftar. Jangan nunggu temen ato sahabat kamu ngasih tau ada opportunity.
2.
Siapkan dokumen sedini mungkin.
Kalo uda ngincer satu atau lebih opprtunity, siapkan dari
jauh-jauh hari. Dari jauh-jauh bulan kalo perlu. Karena biasanya jarak dari
pembukaan pendaftaran sampai deadline mengumpulkan itu ngga lebih dari 1
minggu. Dan ngga mungkin banget kalian mempersiapkan semua dokumen pendaftaran
dalam waktu singkat. Saya saja bikin passport awal tahun 2013 memang untuk
mendaftar exchange ke Korea yang dibuka bulan november. Dan saya juga
menyiapkan dokumen-dokumennya 2 bulan sebelum pendaftarannya dibuka. Sudah
mengira-ira kapan pendaftaran akan dibuka, jadi saya siapkan terlebih dahulu.
3. Sharing dan Networking
Sama seperti yang ada di postingan saya
sebelumnya mengenai beasiswa Astra International, punya banyak teman dan banyak
sharing memang sangat menguntungkan. Saya mendapat banyak sekali info berharga
dari sahabat saya, Ratna Hartiningtyas, yang berangkat ke Korea dengan program
yang sama semester lalu. Dulu kami ada di 1 tim dan mengerjakan project sosial
bersama. Karena sudah sangat dekat kami jadi tidak tanggung-tanggung dalam
share informasi. Belum cukup, ternyata mbak-mbak yang kerja di International
Office juga kenalan lama saat saya berproyek sosial di semester awal kuliah.
Masih ada lagi, teman lain yang sudah berangkat ke Korea tahun sebelumnya,
ternyata adalah teman SMA saya. Ada lagi yang tetangga saya, dan lainnya adalah
teman main saya. Ngga usah heran deh kalo info yang saya dapat bisa sangat
detail.
4.
Kalau sudah yakin, jangan menyerah.
Bisa diakui bahwa saya berhasil berangkat
bukan hal yang mudah. Beberapa hal yang manjatuh-bangunkan perasaan juga telah
terjadi. Saya melalui beberapa proses galau.
Yang pertama adalah nervous habis-habisan
menjelang interview dan pengumuman. Sudah lolos proses ini, announcement yang
menyatakan saya diterima ternyata tidak hanya membuat saya lega dan bersyukur,
tapi juga galau luar biasa karena tidak direstui orang tua. Maklum saya anak
bungsu dan sedari kecil hidup bersama orang tua. Jadi membiarkan anaknya
merantau ke negeri orang tentu bukan hal yang mudah bagi orang tua saya.
Yang kedua adalah faktor ekonomi. Saya
bukan dari keluarga yang sangat kaya. Hanya berkecukupan saja. Yang jelas untuk
menyisihkan puluhan juta untuk keluar negeri adalah hal yang berat. Apalagi
ketika dinyatakan lolos seleksi, saya belum tau apakah saya akan mendapatkan
beasiswa atau tidak. Maka saya harus menyiapkan nominal cukup besar untuk
menutup biaya dormitory, makan, asuransi kesehatan dan biaya pesawat. Hal yang
saya lakukan saat itu adalah sepenuh hati meminta restu dari orang tua. Saya
sengaja menyelesaikan skripsi saya dalam 3 bulan, karena saya memang ingin
bebas tugas ketika exchange. Barulah saya ceritakan perjuangan saya untuk
sampai ke titik ini. Orang tua saya memang luar biasa. Walaupun sangaaaaaat
berat, akhirnya mereka mendukung keberangkatan saya.
Berpedoman pada pengalaman Ratna, saya
bilang ke orang tua bahwa saya "hutang" sebesar 20juta kepada mereka.
Ini adalah perkiraan nominal yang akan saya habiskan mulai dari berangkat
sampai pulang lagi ke Indonesia. Janji saya adalah ketika saya pulang, saya
akan segera lulus dan mencari kerja. Uang dari gaji saya tersebut yang kemudian
akan saya gunakan untuk membayar hutang kepada orang tua. Inilah hebatnya orang
tua saya dalam mendidik anak-anaknya menghargai uang dan kerja keras. Ketika
menginginkan sesuatu, ya memang harus ada yang dikorbankan dan diperjuangkan.
Saat itu saya sudah mantap untuk berangkat
dengan uang hasil 'berhutang'. Berniat belajar serius dan berhemat habis2an di
negara orang. Tapi memang miracle does exist. Tiba-tiba saya mendapat info
kalau saya adalah scholarship student dari Kangwon National University. Jadi
dorm, meal dan insurance yang harusnya memakan biaya belasan juta itu akhirnya
ditanggung universitas. Legaaaa bukan main. Saya cuma bisa bersyukur setiap
saat.
Berarti yang harus saya tanggung hanyalah
biaya flight PP saja. Masih dengan mindset 'berhutang', saya berusaha mencari tambahan
dana. Saya bolak-balik muter-muter Semarang yang sangat panas hampir tiap hari
untuk masukin proposal sponsorship. Saya memang tidak mengajukan bantuan dana
ke perusahaan karena jatohnya emang susah. Mereka biasanya tidak akan memberi
dana kepada program yang tidak berkorelasi dengan anggaran yang mereka punya.
Maka saya mengajukan proposal ke fakultas, universitas, walikota, gubernur dan
dinas pendidikan. Ada yang tembus dan ada yang tidak. Tapi total bantuan dana
yang saya dapat saat ini adalah 6 juta rupiah. Cukuplaaah untuk menanggung
biaya bikin visa dan beli tiket pesawat. Masih sisa buat jajan2 di Changi
ketika transit. Dan beruntunglah bulan depan masih ada beasiswa yang akan turun
ke rekening saya sebesar 5juta rupiah. Uang itu yang akan saya pergunakan untuk
beli tiket pesawat pulang nantinya.
Kalo masalah beli sabun, shampo, lotion dll
selama saya di Korea, orang tua masih tetap memberikan uang bulanan selayaknya
seperti saat saya masih di Indonesia. Jadi pengeluaran orang tua saya untuk kebutuhan
saya masih biasa saja, tidak perlu dilebihkan.
Oiya, disini masih winter. Ketika saya
datang suhunya masih 3 derajat celcius. Suhu kulkas saya dirumah aja masih
kalah. Jelas saya butuh peralatan winter untuk bisa bertahan hidup, seperti
jaket winter/coat, boots, sarung tangan, syal, kupluk, long john, baju-baju
hangat seperti sweater dan lain-lain. Membeli barang2 ini butuh biaya yang
cukup besar. Misalnya jaket winter harganya bisa 500-700ribu rupiah. Belum lagi
boots dengan kisaran harga yang sama. Tapi lagi-lagi koneksi menyelamatkan
saya. Sahabat2 saya yang sudah pernah exchange saat musim dingin merelakan
barang-barangnya saja pinjam selama 1 semester. Jadi saya berangkat membawa 1
jaket winter, 1 coat dan 1 boots hasil meminjam dari Ratna dan Destria,
sahabat2 saya di organisasi AIESEC. Alhasil saya menghemat antara 1-2 juta
rupiah.
Bersama perkumpulan mahasiswa Indonesia di Chuncheon, Korea Selatan. |
Saya sudah tidak lagi memikirkan persiapkan
alat make up. Walaupun saya suka dandan dan ngotak-atik muka, saya terlampau
sibuk memikirkan kebutuhan lain sehingga hal ini terlupakan. Baiknya sahabat-sahabat
saya, mereka sengaja membelikan saya seperangkat alat make up yang saya tahu
persis bernilai ratusan ribu. Leta, Kiki dan Ayu memang tahu betul produk
favorit saya. Duh saya masih terharu kalau ingat mereka memberikan bungkusan
tersebut kepada saya saat mengatar saya ke airport.
Sebelum saya berangkat saya masih sempat
berfarewell dengan sahabat-sahabat saya lainnya. Niatnya cuma pamit dan minta
doa biar semuanya lancar dan pulang dengan selamat, bisa bawa ilmu dan bisa
berbagi. Karena sahabat-sahabat saya terdiri dari beberapa kubu, saya sampai
farewell hingga 7x dalan 7 pertemuan di 5 restoran berbeda. Hahaha
Well, karena achievement apapun yang kita
capai saat ini adalah hasil doa dan bantuan dari sahabat-sahabat juga. Jadi
jangan sampai melupakan mereka :)
Bersama Student Exchange lainnya di perpisahan kelas Bahasa Korea |
Begitulah.. berarti biaya hidup saya sudah
ditanggung oleh banyak pihak. Saya tinggal berangkat mengemban tanggungjawab.
Trus nge-gaulnya gimana? Masa sudah sampai Korea tapi ngga jalan2? Masa mau
stay di dorm dan belajar tiap hari? Haha ngga dong pastinya..
Disini kecanggihan koneksi kembali beraksi.
Saya sengaja mencari banyak teman yang punya pengalaman dibidangnya. Sebelum
saya berangkat, ada teman yang menginfokan tentang opportunity dari KTO, yaitu
organisasi yang pemerintah yang fokus pada tourism di Korea Selatan.
K-Performance Supporters namanya. Opportunity ini memberikan kesempatan
anggotanya untuk datang ke acara-acara yang diadakan tourism Korea. Misalnya
festival, konser, teater, dll, peserta akan diundang secara free!
Pertanggungjawabannya hanya setiap saya datang ke acara mereka, saya harus
berfoto, mempublish dan ngepost foto tersebut di akun media sosial dan blog
saya beserta reviewnya dalam bahasa inggris. Untunglah hobi saya nyampah dan pamer
di sosmed ini membuat teman FB dan followers instagram saya cukup banyak dan
saya diterima menjadi peserta program ini. yeaaay! Hobi saya ngeblog yang
sekian lama terlupakan akhirnya mampu terasah kembali.
Teman2 saya sampai menjuluki saya wanita
gratisan. Sudah exchange gratis, winter tools minjem, make up tools dikasih,
masih jalan-jalan gratisan juga di Korea.
Ngga cuma saya, kalian juga bisa
mendapatkan yang sama bahkan lebih dari ini. Cuma tinggal mau berusaha atau
engga. Jadi jangan cuma jadi orang yang iri sama teman yang berhasil, tapi
colong info dan trik dari mereka, kemudian berusaha lebih keras. Sekali lagi,
miracle does exist. Tuhan selalu memberi sebesar apa yang kita usahakan.
Good luck para pencari gratisan!
Makin tertarik buat kuliah! Kebetulan aku iseng nyari nyari blog yang isinya undip, do'ain aku masuk undip ya kakk... Boleh tanya gak kak? Hehe
BalasHapus