Kamis, 17 Desember 2015
Jumat, 30 Oktober 2015
Google Student Ambassador
Google Student Ambassador adalah satu-satunya opportunity yang saya yakin lolos, dan ternyata benar. Saya percaya bahwa “Keberuntungan adalah kesempatan yang bertemu kesiapan.” Karena kesempatan menjadi GSA sudah ada, maka saya tinggal bersiap-siap agar saya beruntung. Percayalah.. . Saya sampai stalking GSA bacth sebelumnya dan competitor satu per satu. Belum lagi membuat video pendaftarannya yang 30 detik itu. Yang paling parah, ngisi form pendaftaran saja saya sampai sebulanan. Ah.. iya.. saya lupa memperkenal diri.
Hallo.. Saya Afifatul Mukaroh (Fifa), wakil Undip untuk Google Student Ambassador (GSA) region South East Asia tahun 2014-2015. Masih asing ya untuk istilah GSA ini? Haha. Yang pasti sudah tau Google kan? Perusahaan IT yang sudah mendunia itu. Yang salah satu produknya jadi temen ngerjain skripsi dan kepoin doi #KarepmuFif. -_-
Baik.. langsung saja kalau begitu.
Apa itu GSA?
GSA adalah program tahunan dari Google sebagai bentuk sumbangsih Google terhadap dunia pendidikan, dengan memilih beberapa mahasiswa untuk menjadi wakil Google bagi masing-masing kampusnya atau penghubung antara Google dan kampus.
GSA hampir ada di seluruh dunia, hanya saja terbagi menjadi beberapa region seperti Latin America, Europe, the Middle East, Africa, Southeast Asia, India dan Australia-New Zealand. Tentu saja Indonesia masuk dalam region South East Asia. Sejauh ini untuk Asia Tenggara, program GSA sudah terlaksana tiga kali. Dan yaps! Saya adalah GSA batch ketiga.
GSA se-SEA |
Apa yang dikerjakan GSA?
Dua kata yang mewakili kerja GSA adalah LEARN dan SHARE. Iya! Belajar dan berbagi! Bentuk dari “belajar”-nya itu bermacam-macam, dan mungkin tiap batch punya pengalaman masing-masing. Jadi, di sini saya paparkan berdasarkan pengalaman saya saja yaa.
1. GSA Summit
Sering kali GSA Summit dijadikan salah satu alasan mahasiswa mendaftar GSA. Kenapa nggak? Jalan-jalan gratis! Ke luar negeri lagi! Ketemu teman-teman GSA se-asia tenggara! Jadi jangan heran competitor buat jadi GSA juga ga sedikit.
Setelah pengumuman mahasiswa-mahasiswa yang terpilih untuk jadi GSA, mahasiswa tersebut diwajibkan untuk mengikuti GSA Summit selama sekitar seminggu untuk mendapat pembekalan dan pelatihan. Pada batch pertama GSA Summit diadakan di Singapore, kedua di Indonesia, dan ketiga di Filipina.
GSA Summit ini mengingatkan saya pada film “The Internship”. Di sana kita dibagi menjadi beberapa tim (isinya campur dari berbagai negara) kemudian kita diberi beberapa challenge. Kalau di film the internship challenge-nya seputar ngoding, debugging, dan hal-hal berbau computer lainnya. Kalau di GSA Summit challenge-nya seputar softskill development. Iya! Kreativitas dan Teamwork benar-benar dinilai di sini. Seperti challenge membuat youtube video seputar GSA, membuat google site, dan simulasi event. FYI, tim-ku menang bagian video dan google site challenge. Hehe.
G-Heroes team (can you find me?) |
Selain itu kita juga dibekali ilmu-ilmu seperti kepemimpinan, cara berpikir kritis,, teknologi google, dan lain sebagainya dengan pembicara dari Google yang hebat-hebat. Bukan hanya itu, di sana kita juga ada cultural night party, hotel mewah, games seru, mabuhay philipines, makan gratis, ketemu orang-orang hebat, berjejaring, makan gratis… (did I just say ‘makan gratis’ twice?).. dan banyak.. dan saya sudah lupa -_- ini video bikinan teman saya yang bisa mewakili GSA Summit di Filipina waktu itu.
2. GAFE Training
GAFE atau Google Apps for Education Training adalah pelatihan khusus dari Google cabang Indonesia (kayak Ind*mart ya pake cabang-cabang segala). Iya… jadinya waktu itu kita GSA se-Indonesi akhirnya ke kantor Google Indonesia!! Jangan khawatir masalah transport dan akomodasi, Google gitu lho. Di sana kita dikenalin tentang GAFE, public speaking, cara negosiasi, dan kita langsung simulasi event seputar GAFE.
di kantor Google Indonesia |
3. Free Online Course/Certification
Google kan punya banyak produk tuh. Ada Blogger, AdMob/ AdSense, GAFE, Youtube, Android, dan lain-lain. Sering kali kita para GSA dapat tawaran online course atau sertifikasi seputar itu. Tergantung GSA-nya mau ambil atau nggak sih. FYI!! Ada beberapa course/serifikasi yang aslinya berbayar hingga jutaan rupiah, tapi kita dapat gratis. Kalau saya waktu itu ambil sesuai ketertarikan saya, Android!! Dan akhirnya saya dapat sertifikasi android programming. Hehe. Sebenarnya saya juga ambil buat GAFE juga, tapi saya nggak lulus. Jangan tanya kenapa. -_-
Sekarang lanjut di bagian “berbagi”-nya. Jadi, apa yang telah kita pelajari tadi baik softskill dari Summit maupun ilmu-ilmu lainnya harus kita bagi dan terapkan selama kita berstatus GSA setahun itu. Caranya bisa dengan blog, social media, personal chat, atau membuat event. Event-nya macam apa ya terserah kreativitas masing-masing. Dan tentu saja kita bisa propose dana ke Google untuk event kita tersebut.
Sebagai contoh ada pelatihan GAFE (students lainnya bisa tau cara penggunaan dan manfaat GAFE), Android Study Group (students bisa belajar seputar android programming), kompetisi youtube, photowalk (jalan-jalan gratis di tempat-tempat wisata untuk kemudian dishare/ditandai di Google Maps), dan lain sebagainya (termasuk diundang menjadi pembicara seputar Google di organisasi lain atau proker KKN seputar Google juga saya laporkan sebagai event lho. Hahaha.. Apa? Ini cerdiklah! Bukan licik -_-). Yang jelas, minimal kita membuat lima events selama setahun menjadi GSA.
salah satu event-ku "GAFE Training" |
salah satu eventku "Study Jam" |
salah satu event-ku "Blogging" --> sekaligus proker KKN :D |
Oh iya.. untuk menjalankan event tersebut kita bisa berkolaborasi dengan GBG (Google Business Group), GDG (Google Developer Group), atau Organisasi/intansi lainnya. Kita juga membuat sebuat Google Student Group, yaitu komunitas di kampus kita yang nanti bisa menjadi panitia di event kita.
Secara keseluruhan ya kerja kita sebagai ambassador atau wakil Google itu… Kita menyampaikan ilmu/pengetahuan, kesempatan-kesempatan dari Google (internship/scholarship/competition/etc), program Google, gratisan, produk Google, teknologi Google dan lain sebagainya. Kita juga sebagai penghubung Google jika Google ingin menghubungi kampus kita, seperti apa yang dibutuhkan kampus, budaya kampus, dan lain-lain agar sumbangsih Google terhadap dunia pendidikan semakin optimal. Sebaliknya, jika kampus ingin menghubungi Google kitalah orang yang bisa menjadi perantaranya.
Kenapa menjadi GSA?
Setiap GSA pasti punya alasan masing-masing ya tentang kenapa dia mau menjadi GSA. Sebelum saya menjelaskan kenapa saya mau menjadi GSA, saya jawab dulu pertanyaan yang sering muncul dari GSA haters (ciee… udah kayak artis aja punya haters).
Haters : GSA itu kayak sales-nya Google dong.
Wise Fifa : Kenapa sales? Kita nggak maksa orang buat make produk/teknologi Google. Kita membagi pengetahuan/manfaat dari produk/teknologi Google. Orang mau make atau nggak ya bukan urusan kita. Yang jelas kita menyampaikan informasi, seperti misinya Google “Organize the world information and make it universally accessable and useful”. Oh my God! Nggak nyangka saya masih inget kata ini. It reminds me on GSA Summit, when I raised my hand and be the first person who answered it. (Fokus Fif!!!)
Haters : Jadi GSA itu kayak event organizer.
Wise Fifa : We are not event organizer, we are a movement (kayak ga asing ya kata-katanya?). Hanya karena kita membuat event, bukan berarti kita event organizer. Event hanyalah cara kita berbagi pengetahuan pada sekitar. Kita membuat pergerakan atau perubahan agar sekitar juga memperoleh manfaat dari apa yang sebelumnya tidak mereka tau. Sama hal-nya kayak anak BEM atau HMJ atau UKM, hanya karena mereka membuat event (proker), bukan berarti mereka event organizer kan?Haters : GSA itu kayak apa dong?
WiseGrumpy Fifa : YA KAYAK GSA!!! &[0^$!!`#*sensor**&(HJ7$32*sensor**sensor*
Fyuh…Yang jelas banyak banget yang saya (pribadi) dapatkan dengan menjadi GSA. Bukan cuma sekedar ilmu dan pengalaman. Ya… sama kayak organisasi pada umumnya, saya belajar banyak softskill dengan menjadi GSA. Dari yang mulanya kalau ngomong di depan seluruh tubuh saya begetar hebat sampai 0.63 richter, sekarang getaran-nya cuma di hati saya. Dari yang semula news feed facebook saya isinya galau-galauan orang, sekarang isinya achievements gitu. ada temen GSA yang juara ini, ada yang kepilih ini, ada yang magang keluar negeri, ada yang jurnalnya publish internasional, ada yang jadi mawapres, dan lain sebagainya. Seneng kalo lihat post-post kayak gitu. Berjejaring dengan orang-orang hebat kadang memotivasi kita untuk menjadi hebat juga..Dan… bertemu dengan orang-orang yang se-passion dengan kita itu seru banget. Kadang kalau lagi lomba, eh ketemunya anak GSA juga. Di akun couchsurfing, ketemu GSA juga, daftar acara-acara keluar negeri, anak GSA lagi, ke pelaminan... Ah,, sudahlah.
Oh ya.. sebenarnya kalau kita benar-benar punya skill yang mumpuni di suatu bidang. Menjadi GSA adalah jembatan yang bisa mengantarkan kita pada ke-WOW-an lainnya. Pernah dengar ex-GSA Indonesia yang akhirnya diundang ke Goole Pusat di Montain View karena develop Google Glass Apps, atau ex-GSA yang akhirnya jadi coordinator GSA Asia Tenggara atau ex-GSA yang akhrinya magang di Google atau ex-GSA yang akhirnya jadi ketua Google Developer Group. Ah.. banyak deh. Saya mah apa?? Butiran biji cabe yang nyelip di gigi.
Siapa yang bisa jadi GSA?
Ambassadors are thrilled by new technology, enthusiastic about Google, and involved in their school communities. They have majors from Computer Science, to Anthropology, to Business, to Zoology! Google Ambassadors have the opportunity to enhance their professional development, leadership, and communication skills, and access to a unique network of Google Ambassadors across the world. Plus, there’s swag!
An ideal Student Ambassador is:
- Enrolled in full-time undergraduate/postgraduate study
- Available 10 hours per month to spend on Google evangelist work
- Familiar with Google products including but not limited to Google Docs, Chrome, Search, and YouTube
- An active Google+ user
- Involved with student organizations and activities
Itu yang tertulis di situs resmi dari program GSA. Hehe..
Bagaimana mendaftar GSA?
Biasanya sekitar bulan februari – maret ada perekrutan GSA oleh Google. Kalau kamu bertanya kenapa tahun 2015 belum ada perekrutan untuk region Asia tenggara. SELAMAT! Mungkin kamu orang ke-100 yang bertanya pada saya. Terakhir dapat email sih kabarnya memang tahun 2015 tidak akan ada perekrutan. Bukan! Bukan karena kinerja batch tiga yang buruk, tapi karena faktor X. tapi sih katanya tahun 2016 mungkin ada.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk mendaftar? saya pernah nulis di sini :
http://vhiefa.blogspot.co.id/2014/06/google-student-ambassador-2014.html
http://vhiefa.blogspot.co.id/2014/06/google-student-ambassador-2014.html
Biar ga ketinggalan info seputar GSA silahkan like :
Sabtu, 24 Oktober 2015
Berbagi di STIE BPD Jateng
Jendela Undip kembali mendapatkan kesempatan untuk berbagi. Kali ini sedikit spesial, karena dari yang biasanya berbagi di kampus sendiri, Jendela Undip berbagi di luar kandang. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank Pembangunan Daerah Jateng di Semarang adalah tempat kunjungan kami bulan ini. Jendela Undip masuk ke beberapa kelas di kampus tersebut. Senang sekali rasanya bisa berbagi cerita di sela-sela acara perkuliahan. Seperti guest lecturer saja. Hohohoho.
Mahasiswa di STIE BPD Jateng sangat menyenangkan! Di kelas, tim Jendela Undip mendapatkan sambutan yang hangat. Alih-alih formal, di kelas ini kami masih sempat saling celetak-celetuk dengan bahasa "gaul" di kelas. Untunglah, dosen yang mengampu di mata kuliah yang kami sisipi -Pak Edy Supriyono- juga membawa percakapan di kelas menjadi sangat seru dan "kekinian". Terima kasih, Bapak! Semoga mahasiswanya semakin maju!
Materi yang dibawakan di kelas ini, sesuai dengan permintaan dari dosen pengampu adalah pengalaman mengenai presentasi karya tulis. Detail mengenai materi tersebut akan dibuat di entri selanjutnya di blog Jendela Undip.
Jumat, 09 Oktober 2015
International Office of UNDIP: Apah??
Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang teman yang kuliah di Undip yang sudah empat tahun lamanya. Di akhir perbincangan, kami memutuskan untuk bertemu kembali di lain waktu karena ada beberapa hal yang belum selesai.
"Oke! Aku tertarik, nih. Tapi waktunya nggak cukup untuk tanya-tanya"
"Gimana kalo kita ketemu lagi besok?"
"Ok, aku sih free dari pagi sampe sore"
"Ketemu sore aja deh kalo gitu"
"Boleh. Di mana?"
"Di kantor International Office Undip aja, gimana?"
"Hah!? Apaan tuh International Office??? Emang ada???"
"Whaaaaaaaaaaaaaaaaat! Kamu udah empat tahun di sini dan nggak tau International Office UNDIP? Paraaaaah!!!!"
Kemudian dia cuma bisa ke pojokan ruangan sambil ngelipet mukanya.
(Ya enggaklaaah....)
Tapi itu cukup menggambarkan bahwa masih ada beberapa mahasiswa yang belum tahu eksistensi International Office di Universitas Diponegoro, padahal, kantor ini adalah kantor yang bsia menjadi jembatan mahasiswa untuk mengikuti berbagai kegiatan dan kesempatan yang sangat menantang dan membuka pandangan.
Berikut di bawah ini adalah presentasi dari Adisti Nurul, seorang kontributor di Jendela Undip yang pernah menjadi mahasiswa magang di International Office Undip. Presentasi yang dibuat oleh Adis ini dibawakan di sebuah kegiatan sosialiasi exchange atas nama Jendela Undip.
Yuk, sekarang kenalan dulu dengan International Office UNDIP!
Rabu, 20 Mei 2015
Di Mana Informasi Kesempatannya Ada?
Sebenarnya ada banyak sekali tempat informasi lomba. Namun sayangnya, kebanyakan informasi justru akan merusak organisasi informasi. Berikut ini kami sortir beberapa link yang bisa diandalkan:
Keterangan:
NAS: artinya skala nasional
INTL: artinya skala internasional
--
Sedangkan untuk kesempatan internasional yang bisa dimulai di tingkat lokal (UNDIP/Semarang) dan sekitarnya, berikut rekomendasi kami:
- NAS - Kampus Update (t)
- NAS - Info blogroll
- NAS - Info Lomba
- NAS - Beasiswa Indonesia
- INTL - Youth Opportunities
- INTL - Opportunities for Youth
- INTL - My Your Opportunities
- INTL - Intl Conference Newsletter
- INTL - Hey Success
Keterangan:
NAS: artinya skala nasional
INTL: artinya skala internasional
--
Sedangkan untuk kesempatan internasional yang bisa dimulai di tingkat lokal (UNDIP/Semarang) dan sekitarnya, berikut rekomendasi kami:
Where to go?
Senin, 23 Maret 2015
Sumber-sumber Referensi Artikel Ilmiah di Undip
Di Mana, ya, Bisa Dapat Dapat Referensi?
Ada banyak banget tempat yang bisa kamu kunjungi untuk mendapatkan jurnal-jurnal bagus baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia. Google juga masih bisa dijadikan acuan/referensi asli asalkan halaman yang diacu itu adalah lembaga/institusi akademik/pemerintah/media yang terverifikasi.
- [Perpus Nasional]
Perpustakaan nasional RI telah melanggan beberapa database jurnal internasional terkemuka untuk berbagai bidang ilmu, seperti SAGE, Taylor and Francis, Proquest, Gale - Cengage Learning, @My Library, Ulrichs – Periodicals Directory, EBSCO Host, IGI Global, Westlaw, ISEAS dan ALA Publishing. Caranya mudah:
(1) Mendaftar dahulu di keanggotaan.pnri.go.id, dan mendapatkan nomor keanggotaan
PNRI.
(2) Kemudian masuk ke e-resources.pnri.go.id untuk mendaftarkan username dan password dengan menggunakan nomor keanggotaan. PNRI yang telah didapat. Pihak perpus akan mengirimkan email aktivasi akun anda, dan VOILA!
Masuk ke --> http://e-resources.pnri.go.id
- [Paper Request Group]
Ada satu grup akademisi di FB yang suka bantu orang-orang dapat jurnal berkualitas dari subscriber yang biasanya berbayar. Kamu bisa minta tolong sama mereka untuk dicarikan. Coba join di sini -->
- [E-prints Undip]
Koleksi digital Undip ( tesis, skripsi, penelitian, bahan ajar ) dapat diakses dengan gratis di sini --> http://eprints.undip.ac.id/
- [E-prints kampus lain]
Nah, kalau yang ini sila gugling sendiri dengan keyword "repository <nama universitas>"
- [Langganan Undip]
Undip berlangganan sangat banyak jurnal-jurnal kelas dunia. Kunjungi tautan ini --> http://digilib.undip.ac.id/index.php/35-lain/berita/464-trial-akses-database-scopus. Kemudian, lihat di sidebar kanan daftar jurnalnya. Melalui jaringan kampus (harus jaringan kampus!!) kamu bisa mengaksesnya.
- [Tanya Tim Backspace]
Di Undip, ada satu tim penerjemah khusus teks akademik yang dinamakan Backspace Translation. Selain melakukan penerjemahan dan penyuntingan artikel, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, proposal, dsb, tim ini juga bisa membantu mencarikan sumber ilmiah tersebut. Karena, tim itu terdiri dari peneliti dan penyunting. Beberapa dari mereka juga lulusan Undip. Jadi lumayan ngerti sama tipikal dosen di Undip.
- [VPN Undip]
Kalau masih kekeh ingin akses jurnal tapi bukan dari jaringan Undip, bisa pakai VPN (Virtual Private Network). Analoginya, dengan VPN, kita akan "mengubah komputer kita seakan-akan ada di bawah jaringan Undip". Caranya? Dengan menginstall program khusus dan mendaftarkan untuk kemudian mendapatkan kode rahasia dan pengaturan khusus. Mau? Coba ke sini --> http://sift.undip.ac.id/panduan/
- [Google Scholar]
Nah, kalau mau tanya sesuatu sama Mbah Gugel tapi berhubungan dengan hal akademik, mendingan ke Google Scholar saja. Google Scholar susah menyaring halaman-halaman edukasi terpercaya. Masa mau bikin skripsi referensinya blog, terus pas ditanya dosen jawabnya, "dari blog orang Pak.. saya ngegugel". Huf! Cari yang bener di sini --> http://scholar.google.co.id
Share sama teman-temannya yaa!
Minggu, 15 Februari 2015
Mahasiswa Seperti Apa Sih yang Diterima untuk Pergi Exchange?
Pertanyaan ini hampir selalu muncul dalam seminar-seminar yang dihadiri oleh Jendela Undip. Sangat menggelitik! Karena sebenarnya tidak ada aturan baku yang dikeluarkan oleh para penyeleksi. Pertimbangan dilakukan dengan sebijak mungkin berdasarkan pertimbangan penyeleksi. Dulu, proses seleksi untuk exchange ini dilakukan oleh International Office UNDIP, namun, sekarang sudah berpindah otoritasnya ke PR 3 dan International Office.
Jelasnya, yang dikirim adalah yang terbaik dari yang sudah mendaftar. Persyaratan yang sudah ditetapkan di awal hanyalah gerbang menuju seleksi berikutnya. Setelah berkas dipilih dan diumumkan di situs IO pun, tidak ada kepastian 100%.
Mie Korea, Mie Thailand, Indomie |
Kami, Jendela Undip, melakukan penyelidikan dengan mewawancarai banyak peserta yang lolos. Secara umum, yang diperlukan adalah kemampuan berbahasa Inggris yang mumpuni (tidak harus sempurna), dan visi yang jelas. Sekalipun itu adalah visi untuk bertemu dengan Suju (bagi yang ingin exchange ke Korea), jika memang caranya baik dan membawa manfaat untuk Undip dan negara tujuan, kenapa tidak?
Apa hubungannya?
Misal kita menyukai Korea karena Suju, kita harus bisa membuktikan bahwa kita memang benar-benar punya passion terhadap mereka. Jika diberangkatkan ke sana, berjanjilah untuk mengeksplorasi Suju: tempat mereka berlatih, memelajari Sasaeng, serta datang ke konser-konser Suju. Sebagai balas budinya, kita turut mempromosikan kegilaan dan kecintaan kita terhadap Suju di sosial media dan blog. Misalnya, kita "menjual diri" sebagai seorang yang sangat berpengaruh di lingkungan komunitas "Korea Holic" di area lokal Jawa Tengah. Maka, kita bisa menjadi icon jika kita dikirim ke sana. Terlebih, jika kita bisa membuktikan bahwa kita adalah orang yang memiliki keahlian komunikasi yang baik. Mungkin, itulah perubahan yang dapat dibuat setelah pulang dari exchange ke Korea itu.
Bagaimana? Mudah kan? Yang penting, kita kenal diri kita, punya visi, bisa membuktikan. Cari benang merah antara masa depan, tujuan exchange, yang sedang dilakukan dan hal-hal yang telah diusahakan sejak dahulu kala. Makin tajam, makin kuat profilmu, makin besar peluang untuk dikirim untuk exchange!
Semoga berhasil!
Go international itu maksudnya “ke luar negeri“?
Bisa jadi, tapi nggak harus.
Yap. Mari kita buka dulu pikiran kita tentang arti dari "go international" yang ingin Jendela Undip bantu ungkapkan. Sejatinya, go international itu adalah terbukanya batas kenegaraan dan bersatunya keanekaragaman. Beruntung sebagai orang indonesia, kita telah diperkenalkan dengan istilah "bhinneka tunggal ika" sejak kecil. Sehingga, pembukaan pintu gerbang globalisasi tidak terasa terlalu mengagetkan.
Sayangnya, makna kebhinnekaan itu hanya dipahami sebatas negara Indonesia. Bukan tidak jarang kita seakan-akan mendewakan orang asing di negara kita. Tak jauh-jauh dari segi pendapatan, dari segi, "minta foto bareng" dengan mereka saja kok rasanya berbeda--se*erti lebih "keren" rasanya. Oia, bukankah kita juga sering membedakan orang asing dari ras juga, ya? Hanya yang putih dan berhidung mancung yang bisa disebut "bule".
Makna "go international" dalam Jendela Undip adalah melepas "kotak" dalam kepala kita yang menganggap adanya perbedaan kemampuan berdasarkan ras. Kami tidak peduli dengan ras, agama, waktu, dan tempat sekalipun. Asalkan kita berkegiatan dengan orang-orang dari multikultur, kita bisa disebut dengan "go international". Tentu dengan bingkai kegiatan yang tepat maksudnya. Entah itu dalam kegiatan sosial atau keilmuan, kita bisa "go international" karena kesempatan itu ada di sekitar kita. Kita harus mencobanya!
Jendela Undip percaya, dengan hidup dalam keragaman dan melalui banyak sudut pandang, kita dapat memberikan kompensasi lebih untuk berbagai masalah yang selanjutnya akan kita hadapi. Pada akhirnya, orang-orang seperti itulah yang akan lebih bisa berkompromi dan lebih cerdas dalam memecahkan masalah!
Jadi, di mana pun kalian. Di luar negeri atau bukan nantinya, mari kita berprestasi internasional!
Cara Merepresentasikan Indonesia di Mata Dunia
Judul di atas adalah pertanyaan paling sulit yang pernah saya berikan waktu dulu pernah menjadi assesor dalam seleksi exchange di AIESEC dan (untungnya) tidak pernah ditanyakan oleh assesor/penyeleksi saya sewaktu berangkat exchange lewat International Office Undip. Hahaha.
Membawa nama negara adalah bawaan yang sangat berat di pundak kita. Hanya yang terbaik yang ingin kita berikan di mata dunia. Jadi, tentu saja kita harus baik terlebih dahulu. Bukan berarti saya mengatakan saya sudah baik, tapi, saya benar-benar telah mengusahakan yang terbaik.
Biasanya, pertanyaan yang akan muncul tentang negara Indonesia adalah seputar pariwisata, agama, budaya, sistem pemerintahan. Selanjutnya mengenai pribadi kita sebagai bangsa, akan dinilai dari rata-rata ornag Indonesia yang ada di negara tersebut. Nah, maka dari itu, persiapkan dirimu untuk kembali bergaul dengan orang-orang Indonesia yang sudah lama tinggal di negeri orang! Hoho!
Kamis, 12 Februari 2015
Apa Bedanya Exchange AIESEC dan International Office Undip?
Ditulis oleh kontributor JU: Ratna Hartiningtyas
Di Undip, memang ada beberapa jenis exchange. Yang paling banyak diminati adalah exchange melalui AIESEC dan International Office Undip. Keduanya menawarkan pengalaman yang sama sekali berbeda dengan skema yang sama sekali berbeda. Namun sayangnya, istilah program exchange ini sering kali dipertukarkan. Nah, akan saya bahas di sini untuk lebih jelasnya.
Di Undip, memang ada beberapa jenis exchange. Yang paling banyak diminati adalah exchange melalui AIESEC dan International Office Undip. Keduanya menawarkan pengalaman yang sama sekali berbeda dengan skema yang sama sekali berbeda. Namun sayangnya, istilah program exchange ini sering kali dipertukarkan. Nah, akan saya bahas di sini untuk lebih jelasnya.
Tunggu dulu. Memang saya siapa?
Alhamdulillah, saya pernah menjadi assesor untuk program exchange ke luar negeri melalui AIESEC dan menjadi koordinator komunikasi untuk mengurusi program sosial bagi mahasiswa exchange ke dalam negeri (juga) melalui AIESEC. Setelah dua tahun bergelut di AIESEC, saya "pindah merek" untuk merasakan exchange selama setengah tahun melalui International Office Undip. Mudahnya, saya sudah belajar dari hulu ke hilir. Sudah sudah. Jadi, apa bedanya exchange lewat AIESEC dan International Office itu?
Foto Executive Board AIESEC UNDIP 11/12 |
International Office UNDIP, Sekretariat: ICT Centre UNDIP |
Program
AIESEC*: Menjadi sukarelawan dalam proyek sosial/kepemudaan
IO: Sit-in di kelas internasional, dipandu oleh dosen-dosen lokal/internasional
Tujuan program
AIESEC: membuat perubahan, mengembangkan jiwa kepemimpinan
IO: membuka wawasan keilmuan di lingkungan internasional
Program tambahan yang mungkin
AIESEC: welcoming/farewell party, acara AIESEC lokal
IO: festival, seminar gratis, klub universitas, bekerja paruh waktu, mengikuti unit kegiatan di PPI
Kemampuan Bahasa yang Berkembang
AIESEC: Conversation, Business English
IO: Conversation, Academic English
Kemampuan Bahasa yang Berkembang
AIESEC: Conversation, Business English
IO: Conversation, Academic English
Lama program
AIESEC: sekurang-kurangnya 6 minggu
IO: 1 atau 2 semester
Peserta program
AIESEC: siapa saja yang tergolong pemuda
IO: mahasiswa internasional
Biaya
AIESEC: Biaya program Rp2.500.000 (swadaya). Akomodasi (swadaya)
IO: Biaya program nol. Akomodasi (dapat berupa beasiswa penuh, parsial atau swadaya; tergantung penawaran)
Sumber informasi
AIESEC: Twitter @AIESECUNDIP FB: AIESEC UNDIP
IO: Twitter @IOUndip Website: io.undip.ac.id
Program buddy
AIESEC: Ada, ditambah host-family
IO: Ada
Kesiapan peserta
AIESEC: Diberikan pengarahan lengkap dari awal pendaftaran, pendampingan, hingga pulang. Disediakan bantuan dari komite
IO: Mandiri dan proaktif
Tahapan seleksi
AIESEC: berkas, wawancara 1 dan 2, pengumpulan dokumen dan ID, wawancara dengan komite program di negara tujuan, pengumuman
IO: berkas, wawancara, berkas di negara tujuan, pengumuman
Nilai tambah dalam CV
AIESEC: kegiatan internasional di kolom volunteering
IO: kegiatan internasional di kolom pendidikan
Kemungkinan transfer nilai/alih kredit
AIESEC: Tidak mungkin
IO: Mungkin
Risiko masa studi
AIESEC: Dapat dilakukan di saat liburan semester
IO: Mahasiswa harus cuti selama 1 atau 2 semester, atau mangkir, atau mengatur kegiatan exchange dilaksanakan di akhir kuliah saat tidak ada kewajiban kelas
Waktu
AIESEC: Musim dingin atau musim panas
IO: Musim gugur (mulai dari akhir musim panas, musim gugur, hingga awal musim dingin) atau musim semi (mulai akhir musim dingin, musim semi, hingga awal musim panas)
Pengelola
AIESEC: Cabang organisasi pemuda internasional bernama AIESEC yang saat ini menginduk kepada UNDIP sebagai UKM yang dikelola oleh mahasiswa Undip, memiliki badan penasehat mantan dosen dan mantan pengurus harian AIESEC
IO: Unit kerja urusan hubungan internasional Universitas Diponegoro yang dikelola oleh dosen-dosen aktif, dibantu oleh pegawai muda dan pegawai magang mahasiswa Undip
Pandangan organisasi terhadap exchange
AIESEC: Melayani kesempatan exchange ("Kami menawarkan, mari beli, ayo berangkat!")
IO: Penyeleksi kesempatan exchange ("Kami menyeleksi, silakan berbaris, selamat berjuang!"
Nah, demikian review yang saya buat. Semoga cukup membuka wawasan, supaya bisa memilih kesempatan mana yang dirasa lebih diinginkan! Ayo! Kalau bukan sekarang, kapan lagi!?
***
Catatan
Sebenarnya di AIESEC ada dua program utama untuk exchange ke luar negeri: GYAP (Global Youth Ambassador Program) dan GIP (Global Internship Program). Nah, yang lebih banyak dipilih adalah GYAP. Untuk itu, program AIESEC dalam artikel ini akan mengacu pada GYAP saja.
Selasa, 10 Februari 2015
Bagaimana Cara Membuat Enrollment Letter?
Proof of enrollment atau enrollment letter dalam bahasa Indonesia adalah "surat keterangan mahasiswa aktif". Contoh template/layoutnya dapat diunduh di sini. Terdapat beberapa alternatif yang bisa ditempuh untuk mendapatkan surat ini:
- Meminta langsung kepada dekan/pembantu dekan untuk membuat "notes" ditujukan ke TU akademik untuk membuat surat keterangan tersebut dalam bahasa Inggris. Cara ini dapat ditempuh kalau kamu sedang dalam keadaan darurat. Melalui tanda tangan ajaib ini, enrollment letter bisa langsung jadi dalam hitungan jam!
- Cara yang konvensional, membuat kita melewati jalur birokrasi yang lebih panjang. Dengan cara ini, kita wajib membuat surat permohonan terlebih dahulu (diajukan ke TU bagian akdemik). Layout enrollment letter bisa dilihat di sini.
Jangan lupa lampirkan FC KTM, ya!
(Khusus FEB, jangan lupa lengkapi terlebih dahulu data diri di Simaweb FEB Undip!)
Nah, setelah ini, tinggal tunggu, deh, sekitar 3-4 hari. Langsung bisa follow up ke TU!
Good luck!
Minggu, 04 Januari 2015
Konferensi dan Jalan-Jalan Gratis ke Hong Kong
Ditulis oleh M. Fahmi Priyatna
“It Always Seems Impossible Until It’s Done”...............(Nelson
Mandela)
Ini bukan cerita yang luar biasa tapi cukup membuat
khasanah. Bermula dari orang-orang yang menginspirasi. Kakak angkatan “Sandy (IESP
Undip 2010)” yang konferensi karya ilmiah di Jepang, begitu juga teman lintas
universitas “Yessy (Unair), Ardy (Unair), Nugraha (Unej)” yang masing-masing
berangkat ke “Malaysia, Taiwan dan Jepang”. Apalagi sahabat sendiri “Ratna (IESP
Undip 2011)” yang studi ke Korea Selatan selama satu semester dan banyak lagi
cerita2 seperti mereka. Mereka semua sangat menginspirasi sekaligus buat ngiri
sebenarnya hehe. Mereka semua adalah orang yang memiliki tujuan yang kuat serta
dengan gigih memperjuangkannya hingga “Mestakung”
“Semesta Mendukung”. Saya juga pengen seperti mereka yang berprestasi dan
berhasil ke luar negeri dengan usahanya, tapi “gimana caranya?” hmmm.
Pertanyaan “gimana caranya?” tentu sangat beralasan bagi
saya. Pertama, saya tidak punya banyak uang dan kedua bahasa inggris saya ancuur
pakai banget. Bagaimana seorang mahasiswa yang cupu gak punya banyak uang,
sekaligus berkemampuan bahasa inggris yang payah bisa ke luar negeri? “gimana
caranya?” aaaarrgh. Tapi saya gak mau menyerah, saya ingat kalau ada pepatah
populer bilang “Banyak Jalan Menuju
Roma”, saya hanya perlu menemukan jalan itu, kalau gak bisa jalan A yaa
pindah aja ke jalan B dan seterusnya, sampe nyasar gak nemu2 jalannya haha.
Berkali-kali nyasar nyari jalan, akhirnya otak cerdas
saya menemukan jalan kecil, berliku dan fantastis bernama “jalan tikus” hehe.
Agar “jalan tikus” ini benar2 membawa saya nyampe ke luar negeri, saya harus membuat
peta saya sendiri dari start hingga finish. Yupz, saya harus buat “strategic
planning” kecil-kecilan, cieee pake bahasa inggris. Haha.
Pada titik start, saya harus menentukan mau ambil jalur yang
mana agar nyampe ke luar negeri, apakah jalur “pantura” atau “selatan” wkwk
bukan yang itu. Jalur ke luar negeri ada banyak, ada jalur pertukaran
mahasiswa, program MUN, lomba2an, hingga konferensi karya ilmiah. Nah, gak terlalu
banyak mikir saya langsung memilih jalur konferensi karya ilmiah. Saya memilih start
di jalur ini karena saya pernah beberapa kali ikut lomba karya tulis ilmiah
tingkat nasional dan saya cukup PD di bidang itu.
Tapi kan saya belum pernah membuat karya ilmiah berbahasa
inggris dan nanti kalau benar-benar berangkat harus presentasi dengan
menggunakan bahasa inggris pula, aaarrgh. Baiklah, bahasa inggris itu memang
menjadi momok bagi saya tapi saya gak harus pinter berbahasa inggris terlebih dahulu
baru akan berangkat ke luar negeri, kelamaan ntar. Poko’e saya harus berangkat
ke luar negeri dengan sesegera mungkin, saya harus temukan jalan keluarnya.
Hmm, makanya mikir! “kata cak lontong”. Baiklah cak!
Hahaha.
Makasi cak lontong atas nasihatmu, akhirnya otak saya
yang briliant ini kembali menemukan jalan keluar. Saya kan gak harus sendirian
berangkat ke luar negeri, saya bisa minta tolong dan ajak sahabat saya “Ratna
Hartiningtyas” untuk berangkat bareng. Selain bisa banyak berdiskusi tentang
karya ilmiah yang akan dibuat, yang paling penting kemampuan berbahasa inggris
Ratna sangat mumpuni dan cantik pula, hihi. Makasi ya Ratna udah mau jadi
partner karya ilmiah saya, kalau gak ada Ratna mungkin saya gak bisa berangkat
ke luar negeri. Eh atau mungkin cari partner yang lain, hahaha piiss “na”.
Singkat cerita, abstraksi karya ilmiah berbahasa inggris
itu akhirnya selesai. Nah ini yang menarik, kita hanya perlu mengirimkan
abstraksi karya ilmiah bukan “full paper”, ahihi. Beberapa waktu kemudian, jeng
jeeng alhamdulillah banget dapet LoA dari panitia. Karya ilmiah kami dinyatakan
diterima oleh dua konferensi yang berbeda, ICEHM Thailand dan SIBR Hong Kong.
Kami akhirnya memilih SIBR Hong Kong karena di Thailand pada saat itu sedang
terjadi kerusuhan. Konferensi akan dihelat tanggal 27-28 September 2014 di
Hotel Kimberley, Hong Kong. Yeeeee, udah 1/3 perjalanan. Mantab!
Masih ada 2/3 “jalan tikus” yang harus ditempuh haha.
Kami harus cari pendanaan untuk keberangkatan kami ke Hong Kong. Di fase inilah
yang paling menentukan, karena banyak temen2 mahasiswa yang udah lolos dan
menerima LoA konferensi namun gak jadi berangkat karena gak ada yang mendanai.
Saya beda dari yang lain karena niat saya udah bulat, poko’e
saya tetap harus berangkat bagaimanapun keadaannya. Sedangkan Ratna sebelumnya
udah pernah ke Hong Kong, jadi gak terlalu jadi masalah bagi dia untuk tidak jadi
berangkat kalau keadaan tidak memungkinkan. Sampai hingga nanti dicerita ini
akan memperlihatkan “keajaiban” yang menghampiri kami, widiiii! ^o^
Agar bisa dapat dana, ada jurus ampuh yang paling sering
dilakukan mahasiswa yaitu dengan nyebar proposal permohonan dana. Begitupun
dengan kami, kami ikuti jurus ampuh itu. Kyiaat zet zet, proposal jadi deeeh. Jumlah
proposal yang tercetak waktu itu kalau tidak salah sebanyak 50 proposal dan
menghabiskan uang berkisar 500rb. Syukurnya, waktu itu saya punya uang lebih
dari hasil juara LKTI jadi gak perlu minta uang tambahan dari ortu. Sekarang
tinggal bagaimana proposal yang udah tercetak nyampe ke instansi/ perusahaan
calon pendonor.
Nah pada waktu penyebaran proposal, Ratna gak bisa
terlalu diganggu karena sedang magang di Bank Indonesia, Jakarta. Saya tau
kalau Ratna pasti sibuk, sebelumnya saya juga pernah magang di BI dan saya
sangat merasakan bahwa BI memposisikan mahasiswa bener2 seperti “pegawai” yang
paham ini dan itu, masuk pukul 07.15 pulang pukul 16.00. Asik deh magang di BI,
mungkin bagi temen2 mahasiwa yang belum magang, BI bisa menjadi list teratas
tujuan tempat magang.
Kembali ke “laptop”. Yak jadi saya yang harus bener2
meluangkan waktu untuk menyebarkan proposal. Sebelumnya kami udah kasih
sebagian proposal ini kepada agen yang Ratna kenal, jadi saya hanya harus
menyebarkan sebagiannya lagi. Gak banyaklah 25 proposal, ada yang saya kirim
via pos dan ada juga yang saya datangi langsung ke instansi yang bersangkutan.
Ada “moments of the day” saat saya menyebarkan proposal, saya
rasa momen2 ini sangat ngena dan saya sangat bersyukur mengalami hal-hal
menarik di hari itu. Hari itu saya tiba di Jakarta untuk 2 tujuan utama: (i) menyebarkan
beberapa proposal dan (ii) keesokan harinya akan pulang kampung karena waktu
itu sedang liburan panjang semester.
Saya berangkat ke Jakarta menggunakan Kereta Ekonomi dan
tiba di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 02.30 WIB, jadinya saya mesti
luntang-lantung dulu di stasiun sambil sesekali update status haha. Oia hari
itu berada di Bulan Ramadhan, saya sadar harus makan sahur agar nantinya kuat
menyebarkan proposal. Untungnya ada sevel di stasiun jadinya bisa membeli
makanan buat sahur.
Zet zeet, karena masjid di stasiun sedang ditutup maka
saya memutuskan keluar dari stasiun pukul 03.30 WIB untuk mencari masjid.
Alhamdulillah, tak jauh dari stasiun ada masjid yang udah buka dan terlihat
sekali masjid itu udah biasa dikunjungi “pengadu nasib” seperti saya.
Diperbolehkan mandi di kamar mandinya, iyalah masa di tempat shalatnya haha.
Setelah saya mandi dan selesai menjalankan shalat subuh, saya berdoa dan siap
melangkahkan kaki buat nyebar proposal. Saya ingat sedikit mantra di Novel
Negeri Lima Menara, saya ucapkan “Man
Jadda Wa Jada” “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat”, udah
kayak pejuang 45 sambil ngepal tangan dan melangkahkan kaki dengan pasti ke
luar masjid, berangkaaaaaaat! Wkwkwkwk.
Beberapa instansi yang saya tuju adalah: (i) DIKTI, (ii)
Kemenpora serta (iii) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Mungkin pada
bertanya2, kog KKP? Iya karya ilmiah kami berhubungan dengan ekonomi kelautan.
Nah lanjut yaa, pada waktu menyebarkan proposal inilah saya sadar bahwa bekal
uang yang saya bawa sangat terbatas. Dengan menggunakan transportasi umum, saya
turun di lokasi yang letaknya tidak berdekatan dengan instansi tersebut.
Sehingga saya harus berjalan beberapa ratus meter, ketika itu masih pagi dan
puasa saya masih kuat banget hehe, jalannya aja masih kenceng. Setelah sampai
di instansi ada beberapa format surat pengantar proposal yang salah dan harus
saya benahi. Saya harus berjalan lagi menuju tempat rental komputer dan
sejenisnya untuk memperbaiki itu.
Muter2 kesana kemari gak nemu juga rental komputernya. Matahari
sudah cukup terik, saya lihat ke jam tangan sudah pukul 11.15 WIB. Saya sudah
mulai kesal, capek dan hauus banget. Mulanya jalan dengan gagah dan kenceng,
sekarang kepala tertunduk lemes. Pengen naik ojek tapi uang gak cukup. Saya
itung-itung uang persediaan saya hanya cukup buat naik transportasi umum ke KKP
dan buka puasa serta sahur besok. Memang ada uang lebih sekitar 150rb, tapi
hanya cukup buat naik Damri di sore hari ke Bandara Soeta dan bayar pajak
bandara karena keesokan harinya saya sudah ada jadwal flight ke Pekanbaru
(Kampung Halaman).
Balik lagi ke rasa yang udah mulai kesal dan badan yang
udah sangat lemes. Lagi-lagi saya membesarkan semangat dan sabar dengan mengingat
kutipan mantra dari Novel Negeri Lima Menara “Man Shabara Zhafira” “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Iya
secara gak sadar pengalaman baca novel dengan kisah luar biasa itu bisa
menguatkan saya. Saya bisa aja kog minta uang tambahan dari ayah saya, ayah
saya pasti kasih. Tapi kondisi ini beda, ini udah menyangkut komitmen dan
prinsip. Saya bukan tipe yang dikit-dikit minta bantuan, minta bantuan kog
dikit-dikit, haha.
Yes, hari itu berhasil saya lewati. Saya masih utuh lahir
dan batin, wkwkwk. Uang saya pun ngepas bisa mengantarkan saya sampai kampung
halaman. Tinggallah hari-hari mengonfirmasi dan menunggu kabar baik dari hasil
penyebaran proposal.
Dua minggu berlalu saatnya untuk mengonfirmasi. Beberapa
kali mengonfirmasi proposal dari instansi-instansi yang telah saya kirim,
ternyata hasilnya masih nihil. “Maaf mas perusahaan kami belum bisa
berkontribusi, mungkin di lain waktu, tuut tuut” kata admin intansi. Tinggal
satu instansi lagi yang belum bisa dihubungi, dari KKP. Udah ngga yakin juga
bisa dapat bantuan dari KKP, yaudahlah.
Waktu itu saya hanya berharap dengan pihak kampus FEB
Undip, Alhamdulillah ternyata kampus mau ngasih 3,5jt untuk bantuan dana.
Tentunya uang ini masih sangat kurang untuk ikut konferensi di Hong Kong. Untuk
registrasinya aja sekitar 5jt, belum penginapan dan makan disana, beeeh. Tapi
karena keyakinan saya waktu itu, tanpa ragu saya buka salah satu website
penjualan tiket pesawat dan gak pikir panjang langsung saya beli tiket PP
Jakarta-Hong Kong pakai uang dari kampus. Dalam hati berujar, “Sisanya
biar Allah yang menutupi”.
Maka kembali terbukti ayat-ayat yang menggetarkan jiwa
dan membakar semangat. “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberikan rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya (QS. At-Thalaq: 2-3)”. Pagi itu pukul 09.00 WIB lebih-lebih
sedikit, saya yang udah gak yakin akan dapat sponsor dari manapun tapi ternyata
secercah harapan itu kembali datang. Saya dihubungi langsung oleh petinggi dari
KKP. Mereka (KKP) sangat terkejut ada karya ilmiah mahasiswa yang membahas
tentang topik yang sangat hangat dan menjadi fokus dari KKP baru-baru ini.
Bapak yang menghubungi saya sedikit interogasi saya tentang tema tersebut dan
langsung saya jawab tap tip tup jebret
dengan yakin. Beliau langsung mengundang kami untuk datang ke kantor pusat KKP
di Jakarta mempresentasikan karya ilmiah kami.
Meeting pertama kami bersama dengan tim KKP tidak
berjalan mulus. Mereka terlihat belum cukup puas dengan karya ilmiah yang kami
buat. Hingga kedua belah pihak menyetujui untuk bekerjasama saling membantu
perbaikan karya ilmiah kami. Padahal waktu itu saya kira diundang kesana untuk
presentasi dan langsung dikasih dana, wkwkwk. Tapi syukurnya kami tidak
langsung ditolak bahkan dibantu untuk membenahi karya ilmiah kami.
Sejak meeting dengan KKP, barulah kami benar-benar serius
membuat karya ilmiah yang konkrit dan dapat diimplementasikan. Sebelumnya karya
ilmiah kami hanya menggunakan data sekunder, tapi kami gak mau menyia-nyiakan
kesempatan kedua. Karya ilmiah kami harus mantab, kami memutuskan untuk berkunjung
langsung ke daerah observasi dan menggunakan data primer.
Gambar 1.
Ratna lagi wawancara
|
Setelah pertemuan pertama ternyata KKP beberapa mengundang
kami untuk melaporkan perkembangan karya ilmiah kami. Hingga tiba di h-7
sebelum keberangkatan pihak KKP benar2 membuat kami kegirangan, mereka bersedia
membayar registrasi konferensi kami berdua dan membelikan tiket pp Ratna CGK-HKG,
uwaaaa! Bukan hanya itu, h-1 sebelum keberangkatan kami melakukan gladi bersih
dengan simulasi presentasi dan tanya jawab. Yessss, setelah gladi bersih KKP
benar2 membuat kami terharu. Kami diberikan uang saku yang sangat cukup untuk
berada di Hong Kong selama 9 hari bahkan bisa berlebih untuk membeli oleh2 :’)
Sky Terrace, The Peak! |
Begitulah kawan, teringat kata Yusuf Mansur “Semua
yang awalnya terlihat bagaikan ombak yang menggulung-gulung besar, tapi ketika
dicoba dan dijalani hanya bagaikan air riak sungai yang kecil”. Bahkan
saya dapat membuktikan kepada teman2 yang dulu sering nyindir kalau saya gak
bakal bisa ke luar negeri karena gak bisa bahasa inggris, saya bisa kawan! “It
Always Seems Impossible Until It’s Done”. Bahkan setelah ini, mahasiswa
yang berkemampuan bahasa inggris pas-pasan bahkan ancur ini berniat melanjutkan
S2 (master) ke Eropa bersama sahabat-sahabat pejuang mimpi. Kira2 bisa ngga nih
kawan? Kita liat aja yaa. Allah selalu menyaksikan hambanya yang bertekad dan
mengabulkan semudah Kun Fa Yakun! Amiin.
Selepas presentasi |
Langganan:
Postingan (Atom)