Minggu, 04 Januari 2015

Konferensi dan Jalan-Jalan Gratis ke Hong Kong

Ditulis oleh M. Fahmi Priyatna

 
“It Always Seems Impossible Until It’s Done”...............(Nelson Mandela)

Ini bukan cerita yang luar biasa tapi cukup membuat khasanah. Bermula dari orang-orang yang menginspirasi. Kakak angkatan “Sandy (IESP Undip 2010)” yang konferensi karya ilmiah di Jepang, begitu juga teman lintas universitas “Yessy (Unair), Ardy (Unair), Nugraha (Unej)” yang masing-masing berangkat ke “Malaysia, Taiwan dan Jepang”. Apalagi sahabat sendiri “Ratna (IESP Undip 2011)” yang studi ke Korea Selatan selama satu semester dan banyak lagi cerita2 seperti mereka. Mereka semua sangat menginspirasi sekaligus buat ngiri sebenarnya hehe. Mereka semua adalah orang yang memiliki tujuan yang kuat serta dengan gigih memperjuangkannya hingga “Mestakung” “Semesta Mendukung”. Saya juga pengen seperti mereka yang berprestasi dan berhasil ke luar negeri dengan usahanya, tapi “gimana caranya?” hmmm.

Pertanyaan “gimana caranya?” tentu sangat beralasan bagi saya. Pertama, saya tidak punya banyak uang dan kedua bahasa inggris saya ancuur pakai banget. Bagaimana seorang mahasiswa yang cupu gak punya banyak uang, sekaligus berkemampuan bahasa inggris yang payah bisa ke luar negeri? “gimana caranya?” aaaarrgh. Tapi saya gak mau menyerah, saya ingat kalau ada pepatah populer bilang “Banyak Jalan Menuju Roma”, saya hanya perlu menemukan jalan itu, kalau gak bisa jalan A yaa pindah aja ke jalan B dan seterusnya, sampe nyasar gak nemu2 jalannya haha.

Berkali-kali nyasar nyari jalan, akhirnya otak cerdas saya menemukan jalan kecil, berliku dan fantastis bernama “jalan tikus” hehe. Agar “jalan tikus” ini benar2 membawa saya nyampe ke luar negeri, saya harus membuat peta saya sendiri dari start hingga finish. Yupz, saya harus buat “strategic planning” kecil-kecilan, cieee pake bahasa inggris. Haha.

Pada titik start, saya harus menentukan mau ambil jalur yang mana agar nyampe ke luar negeri, apakah jalur “pantura” atau “selatan” wkwk bukan yang itu. Jalur ke luar negeri ada banyak, ada jalur pertukaran mahasiswa, program MUN, lomba2an, hingga konferensi karya ilmiah. Nah, gak terlalu banyak mikir saya langsung memilih jalur konferensi karya ilmiah. Saya memilih start di jalur ini karena saya pernah beberapa kali ikut lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional dan saya cukup PD di bidang itu.

Tapi kan saya belum pernah membuat karya ilmiah berbahasa inggris dan nanti kalau benar-benar berangkat harus presentasi dengan menggunakan bahasa inggris pula, aaarrgh. Baiklah, bahasa inggris itu memang menjadi momok bagi saya tapi saya gak harus pinter berbahasa inggris terlebih dahulu baru akan berangkat ke luar negeri, kelamaan ntar. Poko’e saya harus berangkat ke luar negeri dengan sesegera mungkin, saya harus temukan jalan keluarnya. 

Hmm, makanya mikir! “kata cak lontong”. Baiklah cak! Hahaha.

Makasi cak lontong atas nasihatmu, akhirnya otak saya yang briliant ini kembali menemukan jalan keluar. Saya kan gak harus sendirian berangkat ke luar negeri, saya bisa minta tolong dan ajak sahabat saya “Ratna Hartiningtyas” untuk berangkat bareng. Selain bisa banyak berdiskusi tentang karya ilmiah yang akan dibuat, yang paling penting kemampuan berbahasa inggris Ratna sangat mumpuni dan cantik pula, hihi. Makasi ya Ratna udah mau jadi partner karya ilmiah saya, kalau gak ada Ratna mungkin saya gak bisa berangkat ke luar negeri. Eh atau mungkin cari partner yang lain, hahaha piiss “na”.

Singkat cerita, abstraksi karya ilmiah berbahasa inggris itu akhirnya selesai. Nah ini yang menarik, kita hanya perlu mengirimkan abstraksi karya ilmiah bukan “full paper”, ahihi. Beberapa waktu kemudian, jeng jeeng alhamdulillah banget dapet LoA dari panitia. Karya ilmiah kami dinyatakan diterima oleh dua konferensi yang berbeda, ICEHM Thailand dan SIBR Hong Kong. Kami akhirnya memilih SIBR Hong Kong karena di Thailand pada saat itu sedang terjadi kerusuhan. Konferensi akan dihelat tanggal 27-28 September 2014 di Hotel Kimberley, Hong Kong. Yeeeee, udah 1/3 perjalanan. Mantab!

Masih ada 2/3 “jalan tikus” yang harus ditempuh haha. Kami harus cari pendanaan untuk keberangkatan kami ke Hong Kong. Di fase inilah yang paling menentukan, karena banyak temen2 mahasiswa yang udah lolos dan menerima LoA konferensi namun gak jadi berangkat karena gak ada yang mendanai. 

Saya beda dari yang lain karena niat saya udah bulat, poko’e saya tetap harus berangkat bagaimanapun keadaannya. Sedangkan Ratna sebelumnya udah pernah ke Hong Kong, jadi gak terlalu jadi masalah bagi dia untuk tidak jadi berangkat kalau keadaan tidak memungkinkan. Sampai hingga nanti dicerita ini akan memperlihatkan “keajaiban” yang menghampiri kami, widiiii! ^o^

Agar bisa dapat dana, ada jurus ampuh yang paling sering dilakukan mahasiswa yaitu dengan nyebar proposal permohonan dana. Begitupun dengan kami, kami ikuti jurus ampuh itu. Kyiaat zet zet, proposal jadi deeeh. Jumlah proposal yang tercetak waktu itu kalau tidak salah sebanyak 50 proposal dan menghabiskan uang berkisar 500rb. Syukurnya, waktu itu saya punya uang lebih dari hasil juara LKTI jadi gak perlu minta uang tambahan dari ortu. Sekarang tinggal bagaimana proposal yang udah tercetak nyampe ke instansi/ perusahaan calon pendonor. 

Nah pada waktu penyebaran proposal, Ratna gak bisa terlalu diganggu karena sedang magang di Bank Indonesia, Jakarta. Saya tau kalau Ratna pasti sibuk, sebelumnya saya juga pernah magang di BI dan saya sangat merasakan bahwa BI memposisikan mahasiswa bener2 seperti “pegawai” yang paham ini dan itu, masuk pukul 07.15 pulang pukul 16.00. Asik deh magang di BI, mungkin bagi temen2 mahasiwa yang belum magang, BI bisa menjadi list teratas tujuan tempat magang.

Kembali ke “laptop”. Yak jadi saya yang harus bener2 meluangkan waktu untuk menyebarkan proposal. Sebelumnya kami udah kasih sebagian proposal ini kepada agen yang Ratna kenal, jadi saya hanya harus menyebarkan sebagiannya lagi. Gak banyaklah 25 proposal, ada yang saya kirim via pos dan ada juga yang saya datangi langsung ke instansi yang bersangkutan.

Ada “moments of the day” saat saya menyebarkan proposal, saya rasa momen2 ini sangat ngena dan saya sangat bersyukur mengalami hal-hal menarik di hari itu. Hari itu saya tiba di Jakarta untuk 2 tujuan utama: (i) menyebarkan beberapa proposal dan (ii) keesokan harinya akan pulang kampung karena waktu itu sedang liburan panjang semester. 

Saya berangkat ke Jakarta menggunakan Kereta Ekonomi dan tiba di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 02.30 WIB, jadinya saya mesti luntang-lantung dulu di stasiun sambil sesekali update status haha. Oia hari itu berada di Bulan Ramadhan, saya sadar harus makan sahur agar nantinya kuat menyebarkan proposal. Untungnya ada sevel di stasiun jadinya bisa membeli makanan buat sahur.

Zet zeet, karena masjid di stasiun sedang ditutup maka saya memutuskan keluar dari stasiun pukul 03.30 WIB untuk mencari masjid. Alhamdulillah, tak jauh dari stasiun ada masjid yang udah buka dan terlihat sekali masjid itu udah biasa dikunjungi “pengadu nasib” seperti saya. Diperbolehkan mandi di kamar mandinya, iyalah masa di tempat shalatnya haha. Setelah saya mandi dan selesai menjalankan shalat subuh, saya berdoa dan siap melangkahkan kaki buat nyebar proposal. Saya ingat sedikit mantra di Novel Negeri Lima Menara, saya ucapkan “Man Jadda Wa Jada” “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat”, udah kayak pejuang 45 sambil ngepal tangan dan melangkahkan kaki dengan pasti ke luar masjid, berangkaaaaaaat! Wkwkwkwk.

Beberapa instansi yang saya tuju adalah: (i) DIKTI, (ii) Kemenpora serta (iii) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Mungkin pada bertanya2, kog KKP? Iya karya ilmiah kami berhubungan dengan ekonomi kelautan. Nah lanjut yaa, pada waktu menyebarkan proposal inilah saya sadar bahwa bekal uang yang saya bawa sangat terbatas. Dengan menggunakan transportasi umum, saya turun di lokasi yang letaknya tidak berdekatan dengan instansi tersebut. Sehingga saya harus berjalan beberapa ratus meter, ketika itu masih pagi dan puasa saya masih kuat banget hehe, jalannya aja masih kenceng. Setelah sampai di instansi ada beberapa format surat pengantar proposal yang salah dan harus saya benahi. Saya harus berjalan lagi menuju tempat rental komputer dan sejenisnya untuk memperbaiki itu. 

Muter2 kesana kemari gak nemu juga rental komputernya. Matahari sudah cukup terik, saya lihat ke jam tangan sudah pukul 11.15 WIB. Saya sudah mulai kesal, capek dan hauus banget. Mulanya jalan dengan gagah dan kenceng, sekarang kepala tertunduk lemes. Pengen naik ojek tapi uang gak cukup. Saya itung-itung uang persediaan saya hanya cukup buat naik transportasi umum ke KKP dan buka puasa serta sahur besok. Memang ada uang lebih sekitar 150rb, tapi hanya cukup buat naik Damri di sore hari ke Bandara Soeta dan bayar pajak bandara karena keesokan harinya saya sudah ada jadwal flight ke Pekanbaru (Kampung Halaman).

Balik lagi ke rasa yang udah mulai kesal dan badan yang udah sangat lemes. Lagi-lagi saya membesarkan semangat dan sabar dengan mengingat kutipan mantra dari Novel Negeri Lima Menara “Man Shabara Zhafira” “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Iya secara gak sadar pengalaman baca novel dengan kisah luar biasa itu bisa menguatkan saya. Saya bisa aja kog minta uang tambahan dari ayah saya, ayah saya pasti kasih. Tapi kondisi ini beda, ini udah menyangkut komitmen dan prinsip. Saya bukan tipe yang dikit-dikit minta bantuan, minta bantuan kog dikit-dikit, haha.

Yes, hari itu berhasil saya lewati. Saya masih utuh lahir dan batin, wkwkwk. Uang saya pun ngepas bisa mengantarkan saya sampai kampung halaman. Tinggallah hari-hari mengonfirmasi dan menunggu kabar baik dari hasil penyebaran proposal.

Dua minggu berlalu saatnya untuk mengonfirmasi. Beberapa kali mengonfirmasi proposal dari instansi-instansi yang telah saya kirim, ternyata hasilnya masih nihil. “Maaf mas perusahaan kami belum bisa berkontribusi, mungkin di lain waktu, tuut tuut” kata admin intansi. Tinggal satu instansi lagi yang belum bisa dihubungi, dari KKP. Udah ngga yakin juga bisa dapat bantuan dari KKP, yaudahlah. 

Waktu itu saya hanya berharap dengan pihak kampus FEB Undip, Alhamdulillah ternyata kampus mau ngasih 3,5jt untuk bantuan dana. Tentunya uang ini masih sangat kurang untuk ikut konferensi di Hong Kong. Untuk registrasinya aja sekitar 5jt, belum penginapan dan makan disana, beeeh. Tapi karena keyakinan saya waktu itu, tanpa ragu saya buka salah satu website penjualan tiket pesawat dan gak pikir panjang langsung saya beli tiket PP Jakarta-Hong Kong pakai uang dari kampus. Dalam hati berujar, “Sisanya biar Allah yang menutupi”.

Maka kembali terbukti ayat-ayat yang menggetarkan jiwa dan membakar semangat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya (QS. At-Thalaq: 2-3)”. Pagi itu pukul 09.00 WIB lebih-lebih sedikit, saya yang udah gak yakin akan dapat sponsor dari manapun tapi ternyata secercah harapan itu kembali datang. Saya dihubungi langsung oleh petinggi dari KKP. Mereka (KKP) sangat terkejut ada karya ilmiah mahasiswa yang membahas tentang topik yang sangat hangat dan menjadi fokus dari KKP baru-baru ini. Bapak yang menghubungi saya sedikit interogasi saya tentang tema tersebut dan langsung saya jawab tap tip tup jebret dengan yakin. Beliau langsung mengundang kami untuk datang ke kantor pusat KKP di Jakarta mempresentasikan karya ilmiah kami.

Meeting pertama kami bersama dengan tim KKP tidak berjalan mulus. Mereka terlihat belum cukup puas dengan karya ilmiah yang kami buat. Hingga kedua belah pihak menyetujui untuk bekerjasama saling membantu perbaikan karya ilmiah kami. Padahal waktu itu saya kira diundang kesana untuk presentasi dan langsung dikasih dana, wkwkwk. Tapi syukurnya kami tidak langsung ditolak bahkan dibantu untuk membenahi karya ilmiah kami.

Sejak meeting dengan KKP, barulah kami benar-benar serius membuat karya ilmiah yang konkrit dan dapat diimplementasikan. Sebelumnya karya ilmiah kami hanya menggunakan data sekunder, tapi kami gak mau menyia-nyiakan kesempatan kedua. Karya ilmiah kami harus mantab, kami memutuskan untuk berkunjung langsung ke daerah observasi dan menggunakan data primer.

Gambar 1. Ratna lagi wawancara

Setelah pertemuan pertama ternyata KKP beberapa mengundang kami untuk melaporkan perkembangan karya ilmiah kami. Hingga tiba di h-7 sebelum keberangkatan pihak KKP benar2 membuat kami kegirangan, mereka bersedia membayar registrasi konferensi kami berdua dan membelikan tiket pp Ratna CGK-HKG, uwaaaa! Bukan hanya itu, h-1 sebelum keberangkatan kami melakukan gladi bersih dengan simulasi presentasi dan tanya jawab. Yessss, setelah gladi bersih KKP benar2 membuat kami terharu. Kami diberikan uang saku yang sangat cukup untuk berada di Hong Kong selama 9 hari bahkan bisa berlebih untuk membeli oleh2 :’)


Sky Terrace, The Peak!


Begitulah kawan, teringat kata Yusuf Mansur “Semua yang awalnya terlihat bagaikan ombak yang menggulung-gulung besar, tapi ketika dicoba dan dijalani hanya bagaikan air riak sungai yang kecil”. Bahkan saya dapat membuktikan kepada teman2 yang dulu sering nyindir kalau saya gak bakal bisa ke luar negeri karena gak bisa bahasa inggris, saya bisa kawan! “It Always Seems Impossible Until It’s Done”. Bahkan setelah ini, mahasiswa yang berkemampuan bahasa inggris pas-pasan bahkan ancur ini berniat melanjutkan S2 (master) ke Eropa bersama sahabat-sahabat pejuang mimpi. Kira2 bisa ngga nih kawan? Kita liat aja yaa. Allah selalu menyaksikan hambanya yang bertekad dan mengabulkan semudah Kun Fa Yakun! Amiin.

Selepas presentasi