Minggu, 07 Desember 2014

Apa sih Model United Nations? Jadi Model?

Ditulis oleh: Temi Chintia Risva

Banyak cerita yang mewarnai perjalananku sampai bisa menginjakkan kaki di Inggris. Melalui LIMUN (London International Model United Nations),  aku dan Sembilan teman-teman dari Undip lainnya berangkat mewakili kampus Diponegoro dan Indonesia tentunya untuk berkompetisi dalam ajang MUN paling besar se-Eropa tersebut.

Mungkin banyak diantara kalian yang masih asing dengan istilah MUN. Simpelnya, MUN adalah sebuah ajang dimana tiap delegasi akan berperan sebagai ambassador dari suatu negara dalam sidang PBB. Kami bersidang, berdebat, dan bernegosiasi untuk mencapai sebuah resolusi. Ya begitulah, terdengar membosankan dan membingungkan. Tapi ya memang begitu. Aku bingung harus menjelaskan dengan cara apa hehe

MUN dan bidang keilmuan yang aku tekuni di kampus adalah dua hal yang jauh berbeda. Sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, aku berjibaku degan hal-hal yang cenderung bersifat ilmiah. Aku belajar soal penyakit dan faktor penyebabnya, serta bagaimana cara mencegah penularannya. Aku tidak pernah diajarkan bagaimana cara melakukan lobbying, bagaimana teknik bernegosiasi. Aku tidak dituntut untuk tau cara berdiplomasi. Tapi melalui MUN, aku belajar. Sangat banyak belajar. Disinilah aku ditempa, dipaksa untuk mengasah hard skill dan soft skill secara bersamaan, dituntut untuk berpiikir kritis, banyak membaca, mengasah public speaking, dan memperkuat team work. Disinilah tempat dimana aku sadar bahwa banyak hal baru yang bisa aku temui diluar kehidupan kampusku.

Oke, kembali ke cerita perjalanan LIMUNku.  Tahun 2012 adalah kali pertama aku mengenal LIMUN. Entah dari siapa tepatnya aku lupa, tapi saat itu aku mendapat informasi tentang pendaftaran LIMUN batch 3. Ya, saat itu tim Undip for LIMUN sedang mencari generasi cemerlang ketiga yang akan mewakili Undip dalam ajang prestis tersebut.

Sejak SMP aku memang sangat tertarik dengan dunia internasional. Sebagai orang yang sangat berambisi untuk bisa studi ke luar negeri, tentunya kesempatan yang ditawarkan oleh Undip for LIMUN menjadi angin segar ditengah penatnya  kehidupan kampus. Saat itu aku berpikir bahwa LIMUN dapat menjadi batu loncatanku untuk bisa mewujudkan mimpiku melanjutkan studi di luar negeri.

Singkat cerita, sambil terus membayangkan indahnya kota London, aku memutuskan untuk mendaftarkan diri. Saat itu aku tidak mendaftar sendiri. Aku mengajak tiga orang teman yang kebetulan sedang melakukan sebuah prject sosial bersamaku. Kami mendaftarkan diri bersama.

Persiapan sangat singkatpun aku lakukan. Test TOEFL dalam waktu 1 hari, mengerjakan essay dalam waktu satu malam, dan mengisi formulir aplikasi dalam waktu satu jam. Essay yang aku tulis saat itu pun merupakan hasil copy-paste dari internet. Google memang selalu jadi teman terbaikku.

Setelah mengumpulkan essay dimenit-menit terakhir deadline, aku menunggu sambil harap-harap cemas. Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan panggilan untuk melakukan interview. Masih dengan persiapan minim, aku pun mengikuti interview. Berbekal beberapa sertifikat prestasi dibidang public speaking yang aku miliki, dan pengalaman sukses dalam beberapa interview, saat itu aku cukup percaya diri, bahkan bisa dibilang over confidence.

Saat memasuki ruang interview, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa persiapan menentukan keberhasilan. Saat itu, didepan dua interviewer, aku seperti orang bodoh. Essay hasil copy-paste-ku dicecar habis-habisan. Banyak pertanyaan yang terkait essayku yang aku tidak bisa jawab. Aku bingung ketika ditanya mengenai isu-isu global yang sedang hangat saat itu. Aku bungkam ketika mereka bertanya padaku apa itu MUN dan LIMUN. Aku pasrah ketika diminta menjelaskan begaimana sidang MUN berlangsung. Aku benar-benar tidak berdaya. Bingung, gugup, susah berkata-kata. Semua jawaban yang aku keluarkan hanyalah ungkapan-ungkapan kosong tidak berisi. Ya bagaimana mau ada isinya kalau membaca saja tidak pernah. Tapi aku tidak putus asa, aku masih berusaha optimis. “ah, peserta yang lain juga belum tentu bisa. Setidaknya, dari segi pengalaman aku masih lebih unggul”, begitu pikirku saat itu.

Saat pengumuman tiba, aku merasa duniaku runtuh. Namaku tidak ada diantara deretan nama peserta yang lolos seleksi. Aku gagal. Untuk pertama kalinya, aku gagal dalam interview. Sementara itu, aku melihat dua nama teman yang aku ajak mendaftar bersama, terpampang disana. Mereka diterima. AKu senang tapi juga sedih. Kenapa bukan aku? Banyak pertanyaan berkecamuk dipikiranku. Tapi kemudian aku sadar bahwa persiapan yang dilakukan teman-temanku jauh lebih baik dari aku. Saat itu aku tau bahwa apa yang aku miliki saat itu belum cukup, jauh dari cukup. Saat itu juga, aku berjanji bahwa aku akan mengikuti seleksi di tahun berikutnya, dan aku berjanji aku akan melakukan apapun agar aku bisa diterima.

Aku tahu, banyak yang harus aku persiapkan agar aku bisa lolos pada seleksi tahun berikutnya. Aku memutuskan memulai langkahku dengan bergabung dalam klub debat bahasa inggris untuk melatih kemampuan speakingku. Tidak hanya itu, klub ini juga memaksa aku untuk terus update dengan banyak membaca berita. Banyak ilmu dan informasi yang aku pelajari, mulai dari prinsip ekonomi, isu internasional, sejarah, kesehatan, lingkungan, berita dunia hiburan, olah raga, social, masalah gender, dan masih banyak lagi. Aku juga bertemu banyak teman baru dengan kecerdasan luar biasa yang kadang membuatku berpikir bahwa aku hanyalah butiran debu di hamparan bebatuan hahaha

Selama setahun aku mempersiapkan diriku. Mengikuti banyak perlombaan debat, mendapat banyak ilmu baru, sharing dengan para debaters yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam MUN (disini aku mendapati bahwa sebagian besar MUNers ternyata adalah debater), mencari informasi mengenai MUN dan LIMUN, dan masih banyak lagi. Aku benar-benar serius kali ini. Aku tidak ingin mengulangi kegagalanku lagi.


Pada pertengahan tahun 2013, pendaftaran dan seleksi Undip for LIMUN pun akhirnya dibuka. Aku langsung mendownload formulir aplikasi dan mempersiapkan essayku. Kali ini aku sudah jauh lebih siap. AKu membaca beberapa referensi sebagai modal dasar essayku, tidak lagi asal dan copy-paste dari mbah google. Aku sangat serius mengisi formulir registrasi dan menulis motivation letterku. Aplikasi juga aku kumpulkanbeberapa hari sebelum deadline.

Seleksi tahun ini agak berbeda, atau bisa dibilang lebih sulit dari tahun sebelumnya. Jika sebelumnya aku hanya harus melewati proses seleksi administrasi dan interview, kali ini aku ada proses FGD yang harus aku taklukkan. Waktu itu, dari semua tahapan seleksi, FGD menjadi pertarungan paling sengit. Bagaimana tidak, aku dihadapkan dengan puluhan orang hebat, dikumpulkan dalam satu kelompok, dan diminta untuk membahas beberapa isu. Aku ingat, ada tiga isu yang dibahas, tentang Right of self determination for country, Nuclear power, dan isu mengenai LGBT (lesbian, gay, bisexual, dan transgender). Semua kandidat berusaha untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Semua aktif, semua memiliki kemampuan speaking diatas rata-rata, semua tau isu yang didiskusikan. Bah, kala itu persaingan terasa begitu ketat.

Setelah melewati tahap FGD, tahap interview sudah menungguku. Aku datang dengan membawa setumpuk kertas berisi berita dan segala informasi tentang UN, MUN, dan LIMUN. Saat namaku dipangil, aku langsung berdiri dan mengikuti instruksi salah seorang panitia untuk memasuki sebuah ruangan. Saat membuka pintu ruangan, jeng jeng, aku masuk dalam ruangan panas. Tiga orang interviewer sudah menantiku. Dan salah satu diantaranya adalah orang yang juga menginterview aku tahun lalu. Ya, orang yang tahun lalu menyaksikan kebungkamanku diruang interview dan orang yang tahun lalu tidak meloloskan aku (kebetulan memang dia terkenal sangat perfectionist). Oh tidak, aku ketakutan. Tapi persiapan yang aku lakukan ternyata sangat membantuku. Interview waktu itu aku lewati dengan cukup baik, setidaknya jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.

Untuk kedua kalinya, aku harap-harap cemas menunggu pengumuman. Bayang-bayang kegagalan tahun lalu menghantuiku. Ingatan soal proses FGD membuatku berpikir bahwa ada begitu banyak kandidat yang sangat berpotensi, sementara hanya beberapa yang akan diterima. Belum lagi pengalaman diinterview oleh orang yang sama dua kali, dan ditambah cerita bahwa tahun lalu tidak ada seroangpun peserta yang lolos dariinterview yang dilakukan interviewerku. Aku semakin was-was. Waktu itu aku hanya bisa pasrah dan berdoa. Aku sudah melalukan porsiku, aku sudah berusaha semampuku.

Pagi itu aku ketika aku masih bersiap-bersiap berangkat kekampus, handphone ku berbunyi. Sebuah SMS dari teman yang juga mengikuti seleksi LIMUN. “We are going to London!” begitu bunyi pesannya. Aku masih tidak percaya. Kemudian aku langsung menyalakan kaptopku dan membuka web Undip for Limun. Ternyata benar, aku diterima! Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu. Senang bercampur haru. Aku puas karena usaha selama satu tahun yang aku lakukan tidak sia-sia.

Hari itu adalah hari dimana sekali lagi Tuhan membuktikan bahwa kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Hari itu aku kembali disadarkan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pencapaian. Hari itu pula aku benar-benar yakin bahwa “success is when preparation meets the opportunity”. Hari itu aku pun percaya bahwa Tuhan melihat perjuanganku dan Ia memiliki waktu yang tepat untu menjawab doaku.

Diterima menjadi delegasi Undip for LIMUN bukanlah akhir dari perjuanganku, melainkan awal dari sebuah kisah yang penuh dengan hambatan, tantangan, tapi juga menyenangkan. Setelah terpilih sebagai delegasi, ada banyak tugas yang menantiku didepan. Selama sekitar tujuh bulan aku dan timku bekerja bersama. Mempersiapkan segala kebutuhan kami untuk bisa sampai disana. Segala upaya kami lakukan untuk mencari dana, mulai dari mengurus proposal ke kampus, mencari dukungan sponsorship, hingga fundraising. Belum lagi kami juga harus mempersiapkan diri menghadapi LIMUN dengan terus berlatih, mengikuti acara MUN local, mengurus pendaftaran ke panitia LIMUN, mendaftarkan VISA, dan masih banyak lagi. Semuanya diurus dihari-hari aktif kuliah. Kami harus bisa membagi waktu dengan bijaksana.

Tujuh bulan penuh dengan kesibukan pun harus aku dan teman-temanku hadapi. Kuliah sambil mengurusi beberapa urusan birokras di pagi hari, rapat dimalam hari, kuliah lagi, begitu seterusnya. Perjalanan kami pun tudak bisa dibilang mulus. Kami pernah nyaris gagal mengadakan fundraising MUN training karena ada pembatalan tempat di H-1 acara. Dua orang anggota tim kami nyaris tidak bisa berangkat karena aplikasi VISA mereka ditolak satu bulan sebelum keberangkata. Kami juga terus-terusan dibuat panic dengan kondisi nilai tukar Rupiah yang terus memburuk. Tapi semua masalah itu berhasil kami lalui. Hari itu, 4 Februari 2014, kami, 10 orang mahasiswa Universitas Diponegoro berangkat mewakili almamater dan Indonesia dalam LIMUN 2014. Banyak cerita yang kami ukir dan pelajaran yang kami selama 21 hari disana. Tapi yang paling berharga adalah pengalaman yang kami dapatkan dengan menjadi delegasi LIMUN. Pengalaman yang sangat berharga tentang arti sebuah kerja keras dan team work. Pengalaman yang mungkin tidak akan kami dapatkan dibangku kuliah. Untuk semua pengalaman, pembejalaran, untuk semua suka, duka, tangis dan tawa yang sudah kami lewati, kami dan khususnya aku bersyukur karena aku adalah bagian dari Undip for Limun batch 4

Rabu, 03 Desember 2014

Dikirim UNDIP untuk Kuliah Pertukaran di Korea + Jalan-jalan Gratis!

Ditulis oleh: Candri Rahma Maharani

Tadinya bisa berangkat ke Korea Selatan hanya impian jaman SMA. Waktu itu Suju, SNSD dan Shinee lagi mulai ngehits di Indonesia. Sekarang akhirnya saya bisa sampai di Korea Selatan untuk studi dan jalan-jalan. Miracle-nya adalah, saya bisa berangkat GRATIS! Sebenernya kesempatan berangkat ke luar negeri  terbuka sangat lebar. Sedihnya ngga banyak yang tau dan mencari tau, apalagi berusaha untuk mendapatkannya.

Jadi yang saya lakukan di kota Chuncheon adalah kuliah di Kangwon National University selama satu semester. Saya sebagai pertukaran pelajar nantinya bakal masuk kelas-kelas internasional yang dipandu dalam bahasa inggris. Saya dapat info mengenai exchange program ini ngga jauh-jauh kok, cuma buka website International Office-nya UNDIP (io.undip.ac.id) trus daftar deh.

Untuk mendaftar pertukaran pelajar via International Office ada beberapa requirement yang harus diperhatikan. Berikut saya copy-paste dari web IO UNDIP dan saya beri penjelasan di setiap poinnya.


Diem-diem nge-foto Profesor saya pas lagi ngajar

The requirements for the applicant is as below:
1. Undergraduate students who can participate in classes taught in either Korean or English
Saya waktu daftar program ini juga baru bisa ngomong anneyonghaseyo sama saranghae. Belum bisa nulis apalagi baca hangul (Korean writings). Cuma bermodalkan bahasa inggris aja buat ngisi application form dan melalui tahap interview. Jadi dari pada takut duluan, mending coba dulu. Siapa tau lagi dapet rejeki kaya saya.

2. Students who obtained an average grade of more than 60% (based on a 100% grading scale) in the Academic Year 2013.
Kalo IPK uda diatas 3 uda aman aja deh. Walaupun IPK-nya belum 3 tetep coba aja dulu. Kadang pihak penyeleksi punya pertimbangan lain mengenai hal ini dan mengabaikan IPK, atau kadang mereka terpesona sama CV kamu dan ngga notice IPK kamu dibawah 3. Sekali lagi yang penting, COBA DULU!

3. Students should select more than three classes per semester from the list of courses taught in English (including at least one class related to his/her desired field of study) on study plan.
Bikin essay tentang Study Plan kamu selama satu semester di Korea nanti. Di application package bakal ada daftar mata kuliah yang akan diajarkan dalam bahasa inggris. Silakan dipilih dan beri alasan mengapa kamu pilih mata kuliah itu, apa korelasinya dengan current issues, dan apa yang akan kamu lakukan setelah selesai masa studi. Ini cuma gambaran aja sih, kalo mau ditambahin poin lain juga boleh, sebagus-bagusnya yang bisa kalian bikin.

4. A copy of proof of enrollment
Bahasa Indonesianya sih Surat Keterangan Mahasiswa. Kalo di FEB UNDIP, formatnya bisa di download di website fakultas. Sayangnya semua dokumen aplikasi harus dalam bahasa inggris. Jadi silakan download formatnya atau minta di dekanat, kemudian terjemahkan sendiri dalam bahasa inggris.

5. A copy of transcript
Dokumen berikut juga harus dalam bahasa inggris. Rempongnya kalo di FEB, bikin transkrip dalam bahasa inggris ini perlu proses yang bikin bolak-balik dekanat sekitar 3-4 kali dalam kurun waktu 2 minggu. Mau tau kenapa? Silakan coba sendiri :p

6. A letter of recommendation from a supervisor from your study field (Dekan/ PD III/ Ka.Jur)
Surat rekomendasi ini bisa kita bikin sendiri. Cari aja contohnya di mbah google, ada banyak banget yang keren-keren. Tulis sebaik-baiknya tapi jangan bohong juga yaa. Kemudian ajukan ke dekan, PD 3 atau kajur untuk di tanda tangani. Biasanya sebelum beliau mau tanda tangan akan ada sedikit wawancara untuk memastikan apa yang kamu tulis itu benar adanya.

7. A copy of Passport
Belum ada rencana keluar negeri tapi uda bikin passport?? emang agak freak sih. Tapi banyak untungnya kok percaya deh. Karena pendaftaran student exchange atau apapun yang keluar negeri akan lebih diutamakan yang memiliki passport. Bayangkan aja kalo uda melalui seleksi panjang, sudah diterima, tapi gagal berangkat karena ribet bikin passport. Padahal kalo mau keluar negeri nih masih banyak hal lain yang mesti diurus. So, ketika masih ada waktu senggang, persiapkanlah passport sedini mungkin.

8. A letter of self-introductiion, CV. and Health Certificate
Self Introduction sama CV ini satu paket. Apa yang ada dalam self introduction adalah merangkum poin penting yang ada di CV. CV juga ngga perlu sampai 5 lembar dan mencantumkan semua seminar dan kepanitiaan yang kalian punya. Cantumkan yang penting-penting saja, akan lebih baik jika semuanya berkaitan dengan opportunity yang kalian daftarkan. Kalo mau daftar exchange ke korea, ya cantumkan pengalaman2 international kalian, skor kursus bahasa korea, dll.
Health certificate ini boleh dalam bahasa indonesia. Saya sih dulu cuma pake surat sehat dari puskesmas yang bisa didapet gratis kalo pake kartu Askes (sekarang BPJS Kesehatan).

Ah tapi saya ngga pede kak mau daftar. Mesti nyiapain apa aja yah? Harus belajar apa aja? Pertanyaan-pertanyaan itu yang sering kali saya dengar dari teman-teman. Persiapannya ngga Cuma materi aja yah, tapi mental juga. Nah berikut tips and trick nya :

1. Jangan menunggu, mulailah mencari.
Saya suka agak gemes sama temen-temen yang bilang "Kalo dapet info kasih tau aku ya.". Saya sih kalo ada opportunity kece memang selalu saya share di akun media sosial. Tapi kalo mental 'nunggu kabar' kaya gini, saya rasa akan susah tembusnya. Mulailah mencari opportunity yang tersebar dimana-mana. Website International Office itu cuma salah satunya. Mintalah teman kalian yang terkenal 'opportunity hunter' untuk invite kalian ke group2 dimana anggotanya biasanya saling share opportunities. Kalo online, jangan cuma buka twitter sama instagram doang, tapi ikutin percakapan yang ada di grup2 tersebut. Kalo nemu yang cocok, langsung deh daftar. Jangan nunggu temen ato sahabat kamu ngasih tau ada opportunity.

2. Siapkan dokumen sedini mungkin.
Kalo uda ngincer  satu atau lebih opprtunity, siapkan dari jauh-jauh hari. Dari jauh-jauh bulan kalo perlu. Karena biasanya jarak dari pembukaan pendaftaran sampai deadline mengumpulkan itu ngga lebih dari 1 minggu. Dan ngga mungkin banget kalian mempersiapkan semua dokumen pendaftaran dalam waktu singkat. Saya saja bikin passport awal tahun 2013 memang untuk mendaftar exchange ke Korea yang dibuka bulan november. Dan saya juga menyiapkan dokumen-dokumennya 2 bulan sebelum pendaftarannya dibuka. Sudah mengira-ira kapan pendaftaran akan dibuka, jadi saya siapkan terlebih dahulu.

3. Sharing dan Networking
Sama seperti yang ada di postingan saya sebelumnya mengenai beasiswa Astra International, punya banyak teman dan banyak sharing memang sangat menguntungkan. Saya mendapat banyak sekali info berharga dari sahabat saya, Ratna Hartiningtyas, yang berangkat ke Korea dengan program yang sama semester lalu. Dulu kami ada di 1 tim dan mengerjakan project sosial bersama. Karena sudah sangat dekat kami jadi tidak tanggung-tanggung dalam share informasi. Belum cukup, ternyata mbak-mbak yang kerja di International Office juga kenalan lama saat saya berproyek sosial di semester awal kuliah. Masih ada lagi, teman lain yang sudah berangkat ke Korea tahun sebelumnya, ternyata adalah teman SMA saya. Ada lagi yang tetangga saya, dan lainnya adalah teman main saya. Ngga usah heran deh kalo info yang saya dapat bisa sangat detail.

4. Kalau sudah yakin, jangan menyerah.
Bisa diakui bahwa saya berhasil berangkat bukan hal yang mudah. Beberapa hal yang manjatuh-bangunkan perasaan juga telah terjadi. Saya melalui beberapa proses galau.

Yang pertama adalah nervous habis-habisan menjelang interview dan pengumuman. Sudah lolos proses ini, announcement yang menyatakan saya diterima ternyata tidak hanya membuat saya lega dan bersyukur, tapi juga galau luar biasa karena tidak direstui orang tua. Maklum saya anak bungsu dan sedari kecil hidup bersama orang tua. Jadi membiarkan anaknya merantau ke negeri orang tentu bukan hal yang mudah bagi orang tua saya.

Yang kedua adalah faktor ekonomi. Saya bukan dari keluarga yang sangat kaya. Hanya berkecukupan saja. Yang jelas untuk menyisihkan puluhan juta untuk keluar negeri adalah hal yang berat. Apalagi ketika dinyatakan lolos seleksi, saya belum tau apakah saya akan mendapatkan beasiswa atau tidak. Maka saya harus menyiapkan nominal cukup besar untuk menutup biaya dormitory, makan, asuransi kesehatan dan biaya pesawat. Hal yang saya lakukan saat itu adalah sepenuh hati meminta restu dari orang tua. Saya sengaja menyelesaikan skripsi saya dalam 3 bulan, karena saya memang ingin bebas tugas ketika exchange. Barulah saya ceritakan perjuangan saya untuk sampai ke titik ini. Orang tua saya memang luar biasa. Walaupun sangaaaaaat berat, akhirnya mereka mendukung keberangkatan saya.

Berpedoman pada pengalaman Ratna, saya bilang ke orang tua bahwa saya "hutang" sebesar 20juta kepada mereka. Ini adalah perkiraan nominal yang akan saya habiskan mulai dari berangkat sampai pulang lagi ke Indonesia. Janji saya adalah ketika saya pulang, saya akan segera lulus dan mencari kerja. Uang dari gaji saya tersebut yang kemudian akan saya gunakan untuk membayar hutang kepada orang tua. Inilah hebatnya orang tua saya dalam mendidik anak-anaknya menghargai uang dan kerja keras. Ketika menginginkan sesuatu, ya memang harus ada yang dikorbankan dan diperjuangkan.

Saat itu saya sudah mantap untuk berangkat dengan uang hasil 'berhutang'. Berniat belajar serius dan berhemat habis2an di negara orang. Tapi memang miracle does exist. Tiba-tiba saya mendapat info kalau saya adalah scholarship student dari Kangwon National University. Jadi dorm, meal dan insurance yang harusnya memakan biaya belasan juta itu akhirnya ditanggung universitas. Legaaaa bukan main. Saya cuma bisa bersyukur setiap saat.

Berarti yang harus saya tanggung hanyalah biaya flight PP saja. Masih dengan mindset 'berhutang', saya berusaha mencari tambahan dana. Saya bolak-balik muter-muter Semarang yang sangat panas hampir tiap hari untuk masukin proposal sponsorship. Saya memang tidak mengajukan bantuan dana ke perusahaan karena jatohnya emang susah. Mereka biasanya tidak akan memberi dana kepada program yang tidak berkorelasi dengan anggaran yang mereka punya. Maka saya mengajukan proposal ke fakultas, universitas, walikota, gubernur dan dinas pendidikan. Ada yang tembus dan ada yang tidak. Tapi total bantuan dana yang saya dapat saat ini adalah 6 juta rupiah. Cukuplaaah untuk menanggung biaya bikin visa dan beli tiket pesawat. Masih sisa buat jajan2 di Changi ketika transit. Dan beruntunglah bulan depan masih ada beasiswa yang akan turun ke rekening saya sebesar 5juta rupiah. Uang itu yang akan saya pergunakan untuk beli tiket pesawat pulang nantinya.

Kalo masalah beli sabun, shampo, lotion dll selama saya di Korea, orang tua masih tetap memberikan uang bulanan selayaknya seperti saat saya masih di Indonesia. Jadi pengeluaran orang tua saya untuk kebutuhan saya masih biasa saja, tidak perlu dilebihkan.

Oiya, disini masih winter. Ketika saya datang suhunya masih 3 derajat celcius. Suhu kulkas saya dirumah aja masih kalah. Jelas saya butuh peralatan winter untuk bisa bertahan hidup, seperti jaket winter/coat, boots, sarung tangan, syal, kupluk, long john, baju-baju hangat seperti sweater dan lain-lain. Membeli barang2 ini butuh biaya yang cukup besar. Misalnya jaket winter harganya bisa 500-700ribu rupiah. Belum lagi boots dengan kisaran harga yang sama. Tapi lagi-lagi koneksi menyelamatkan saya. Sahabat2 saya yang sudah pernah exchange saat musim dingin merelakan barang-barangnya saja pinjam selama 1 semester. Jadi saya berangkat membawa 1 jaket winter, 1 coat dan 1 boots hasil meminjam dari Ratna dan Destria, sahabat2 saya di organisasi AIESEC. Alhasil saya menghemat antara 1-2 juta rupiah.

Bersama perkumpulan mahasiswa Indonesia di Chuncheon, Korea Selatan.

Saya sudah tidak lagi memikirkan persiapkan alat make up. Walaupun saya suka dandan dan ngotak-atik muka, saya terlampau sibuk memikirkan kebutuhan lain sehingga hal ini terlupakan. Baiknya sahabat-sahabat saya, mereka sengaja membelikan saya seperangkat alat make up yang saya tahu persis bernilai ratusan ribu. Leta, Kiki dan Ayu memang tahu betul produk favorit saya. Duh saya masih terharu kalau ingat mereka memberikan bungkusan tersebut kepada saya saat mengatar saya ke airport.

Sebelum saya berangkat saya masih sempat berfarewell dengan sahabat-sahabat saya lainnya. Niatnya cuma pamit dan minta doa biar semuanya lancar dan pulang dengan selamat, bisa bawa ilmu dan bisa berbagi. Karena sahabat-sahabat saya terdiri dari beberapa kubu, saya sampai farewell hingga 7x dalan 7 pertemuan di 5 restoran berbeda. Hahaha

Well, karena achievement apapun yang kita capai saat ini adalah hasil doa dan bantuan dari sahabat-sahabat juga. Jadi jangan sampai melupakan mereka :)

Bersama Student Exchange lainnya di perpisahan kelas Bahasa Korea

Begitulah.. berarti biaya hidup saya sudah ditanggung oleh banyak pihak. Saya tinggal berangkat mengemban tanggungjawab. Trus nge-gaulnya gimana? Masa sudah sampai Korea tapi ngga jalan2? Masa mau stay di dorm dan belajar tiap hari? Haha ngga dong pastinya..

Disini kecanggihan koneksi kembali beraksi. Saya sengaja mencari banyak teman yang punya pengalaman dibidangnya. Sebelum saya berangkat, ada teman yang menginfokan tentang opportunity dari KTO, yaitu organisasi yang pemerintah yang fokus pada tourism di Korea Selatan. K-Performance Supporters namanya. Opportunity ini memberikan kesempatan anggotanya untuk datang ke acara-acara yang diadakan tourism Korea. Misalnya festival, konser, teater, dll, peserta akan diundang secara free! Pertanggungjawabannya hanya setiap saya datang ke acara mereka, saya harus berfoto, mempublish dan ngepost foto tersebut di akun media sosial dan blog saya beserta reviewnya dalam bahasa inggris. Untunglah hobi saya nyampah dan pamer di sosmed ini membuat teman FB dan followers instagram saya cukup banyak dan saya diterima menjadi peserta program ini. yeaaay! Hobi saya ngeblog yang sekian lama terlupakan akhirnya mampu terasah kembali.

Teman2 saya sampai menjuluki saya wanita gratisan. Sudah exchange gratis, winter tools minjem, make up tools dikasih, masih jalan-jalan gratisan juga di Korea.

Ngga cuma saya, kalian juga bisa mendapatkan yang sama bahkan lebih dari ini. Cuma tinggal mau berusaha atau engga. Jadi jangan cuma jadi orang yang iri sama teman yang berhasil, tapi colong info dan trik dari mereka, kemudian berusaha lebih keras. Sekali lagi, miracle does exist. Tuhan selalu memberi sebesar apa yang kita usahakan.

Good luck para pencari gratisan! 




Astra 1st - Astra International Scholarship Program

Ditulis oleh: Candri Rahma Maharani

Kali ini saya ingin berbagi tentang beasiswa yang saya dapatkan dari Astra International. Pasti tau dong grup perusahaan terbesar di Indonesia ini, manufaktur otomotifnya juga terbesar di Asia Tenggara. Kendaraan yang sekarang kalian pakai juga mungkin adalah bikinan anak-anak perusahaan Astra International.

Sebagai mahasiswa di jaman high cost education, saya sadar pengeluaran orang tua saya extra besar untuk membiayai pendidikan tinggi saya. Beruntunglah saya temasuk hoki dan mampu mengganti biaya besar yang dikeluarkan orang tua.

Kalo dihitung-hitung kaya gini :
Uang gedung (SNMPTN) = 3.000.000
Biaya kuliah (8 semester) = 1.050.000 x 8 = 8.400.000
TOTAL = 11.400.000

Beasiswa yang saya dapat dari Astra International
10.000.000 x 2 = 20.000.000

Kasarannya, 20.000.000 - 11.400.000 = 8.600.000

Saya masih punya sisa 8.600.000 yang dialokasikan untuk kebutuhan kuliah lain seperti buku, fotocopy, biaya KKN, dll. Ini adalah pengeluaran di jaman saya loh. Adik-adik angkatan saya pasti punya pengeluaran yang jauh lebih besar.

Demi mendapat beasiswa ini susah-susah gampang. Berujunglah saya jadi kalong tiap malam yang nongkrongin internet buat nyari beasiswa-beasiswa kece. Ketemulah beberapa opportunity. Kemudian saya daftar Beswan Djarum. Sudah ngurus berbagai macam surat mulai dari transkrip, surat keterangan mahasiswa, setifikat yang ditanda tanganin PD 3, formulir pendaftaran dan surat-surat menyebalkan lainnya. Akhirnya saya menyerah ditengah jalan karena merasa terlalu ribet ngurus dokumen. Atau memang saya yang malas, bisa jadi. Saya masih daftar beberapa beasiswa dari perusahaan dan institusi lain. Belum rejeki. Saya gagal berkali-kali di tahap awal.

Bersama penerima beasiswa Astra International chapter UNDIP. Kebetulan selama batch 2 dan 3 saya satu-satunya cewe dari UNDIP. Bahkan satu-satunya dari jurusan non-teknik



Kemudian saya lihat opportunity lain yaitu Astra 1st. Pendaftarannya jauh lebih mudah saat itu, hanya isi application form, kemudian di-submit, dan tinggal menunggu pengumuman. Setelah lolos seleksi administrasi, masih ada psikotest dan interview. Dari pendaftar awal yang (katanya) 8000 orang, rejeki saya buat jadi 1 dari 62 penerima beasiswa terpilih.

Pendaftaran Astra 1st biasanya dibuka setiap bulan maret, dilanjutkan dengan rangkaian seleksi yang juga telah terdaftar di kota-kota besar.

Infonya bisa dilihat Website Astra

Syarat terpenting sebelum berani daftar-daftar beasiswa bergengsi, latihlan bahasa inggris kalian sebaik mungkin. Secara lisan maupun tulisan. Karena beasiswa jaman sekarang biasanya dari pendaftaran sampe interview diadakan dalam bahasa inggris. Pencarian mereka tidak hanya sebatas orang yang punya jiwa leadership, tapi juga kemampuan komunikasi yang mencerminkan standar perusahaan. Pastikan kalian sudah pernah test TOEFL, walaupun hanya TOEFL prediksi di bimbel abal-abal. Setidaknya kalian tahu kemampuan kalian dan mana yang harus diperbaiki. Selain itu ketika ada pendaftaran beasiswa, conference, organisasi apapun, kalian telah siap dengan dokumen wajib yang satu ini.

Berikut adalah syarat pendaftaran Astra 1st. Beberapa notes penting saya tambahkan untuk diperhatikan.

ASTRA 1ST
Requirement:

1.        Undergraduate student on your 2nd - 7th semester

2.        Achieved minimum GPA of 3.00
Kejarlah IPK kamu minimal diatas 3. Kalian yang masih semester awal belajarlah baik-baik dan pertahankan IPK yang baik, kalian akan bersyukur ketika nanti di semester akhir. Bagi yang sudah semester tua dan IPK belum sampai 3, mending ngulang aja deh. Ini nantinya bakal ngebantu banget dalam mencari kerja kok.

3.       Actively involved in organizational activities
Naah.. ini poin penilaian paling serius di semua pencarian kerja dan beasiswa. karena pengalaman organisasilah yang mampu memperlihatkan kemampuan kalian dalam memimpin dan mendelegasikan tugas. Pastikan kalian mempunyai peran penting dalam suatu organisasi atau project. Misalnya kalian join banyak organisasi tapi di semua organisasi cuma jadi staff, padahal kalian sudah semester 6, itu tidak akan menjadi nilai plus.

4.       Enrolled at the university in the area of java
Sejak tahun ke-3 Astra 1st entah kenapa ada aturan ini :(

5.       Not currently receiving scholarships from others institutions / companies
Biasanya perusahaan tidak mau memberi beasiswa ke mahasiswa yang sudah di"biayai" perusahaan lain. Karena ketika seseorang mendapat beasiswa, berarti ia akan meng-endorse perusahaan tersebut mulai dari yang terlihat secara fisik sampai yang terpenetrasi seperti work culture dan mindset. Tapi kalo beasiswa dari pemerintah kaya PPA BBM sih biasanya masih boleh daftar. Atau kalo "pinter" nutupin, boleh aja uda dapet beasiswa dari Mandiri misalnya, trus daftar Astra 1st. hehe tapi ati2 yah kalo ketauan beasiswa kamu bisa dicabut.

Cuma begitu doang syaratnya, ngga ribet. Banyak beasiswa lain yang syarat pendaftarannya aja uda bikin rambut kriting.

Pembukaan Astra Workshop Program di Astra International Head Office,  bersama 61 penerima beasiswa lainnya.

Trus ini nih benefit2 yang bakal kalian dapet.

The grantee will attend a series of activities such as :

1.       Comprehensive personality development program
Bakal ada workshop selama 4 hari dimana softskill kalian diasah habis-habis bareng peserta yang lain. Mulai dari seminar dari petinggi Astra, kompetisi, games, company visit, sesi pengembangan diri, dll. Tenang aja, semua biaya transportasi bakal di-reimburs alias diganti sesuai standar yang berlaku. Selama workshop tidak akan dipungut biaya apapun padahal fasilitasnya keren abis. biasanya kita nginep di vila atau hotel. bahkan tahun lalu kami menginap di condotel yang kece banget. Yang jelas ngga bakal kelaperan karena bakal dijejelin makanan terus. haha

2.       Donation for study 5 million IDR / semester
Nah ini dia impian semua mahasiswa. Kontrak sebagai Astra 1st adalah 1 tahun. Bantuan dana turun tiap semester sebesar 5juta. Kalau ada pertimbangan khusus bisa jadi beasiswa diputus dan semester berikutnya tidak mendapat bantuan dana lagi. biasanya terjadi kalau mahasiswa sudah dinyatakan lulus atau melanggar pasal-pasal yang ada di MoU.



3.       Learning opportunities in Astra Group
Kesempatan magang bagi peserta Astra 1st terbuka selebar-sebarnya. Bahkan biasanya gausah dicari, anak-anak perusahaan Astra bakal nawarin magang. Karena mereka lebih percaya dari kualitas dari peserta terpilih dari pada harus menerima pendaftar baru yang belum mereka kenal. Atau yang pengen skripsi dan penelitian di affiliated companiesnya Astra, tinggal bilang aja, proposal kalian bakal dimasukin dengan sangat lancar ke perusahaan terkait.)

Presentasi project plan di depan para petinggi Astra
4.      5 million IDR for involvement in project
Nah nantinya kalian akan diberi tugas sebagai pertanggungjawaban penerima beasiswa. Akan ada instruksi untuk mengerjakan suatu project yang challenging banget! Mulai dari survey sendiri, menemukan masalah, membuat solusi, presentasi didepan petinggi Astra, sampe realization project yang impact-nya bakal diukur di akhir project. Ini uda kaya beneran kerja. Jadi pas kalian masuk kerja nanti, uda ngga canggung lagi sama sistem dan prosesinya. Dana yang diberikan juga khusus, tergantung besaran biaya yang kalian ajukan di proposal kegiatan. Ngga bakal ngutak-atik duit beasiswa pribadi kalian kok. Selama satu tahun kalian harus bilak-balik Jakarta kurang lebih 3x. Yang pertama untuk Astra Workshop Program selama 4 hari, kemudian 2x project review. Siapkan surat ijin kuliah yah. Hehe

Selama pengerjaan project inilah kinerja kalian diukur. Kalau pihak Astra suka dengan hasilnya, bisa saja beasiswa kalian yang seharusnya cuma 1 tahun, diperpanjang jadi 2 tahun. Kebetulan dari angkatan saya hanya 15 orang yang di-extend beasiswanya, termasuk saya.

The best part of it, ngga ada ikatan kerja sama sekali. Jadi kalau setelah lulus nanti kalian ngga pengen kerja di Astra (siapa tau ada yang mau langsung kawin aja) kalian dipersilahkan. Tapi buat kalian yang emang ngebet jadi pegawai di Astra, perusahaan ini membuka tangan selebar-lebarnya. Bahkan akan dipermudah. Ngga perlu seleksi administrasi, bikin CV, psikotest atau seleksi dasar lainnya, langsung aja interview sama HRD dan BOD nya. Temen aku nih ada yang belum bikin skripsi tapi uda diterima kerja, bakal ditungguin selulusnya buat masuk ke anak perusahaan tersebut. That's too cool to be true! Ngga usah kalian yang nyari kerja, uda ada banyak anak perusahaan yang ngincer kalian buat dijadiin pegawai.

Random picture di sebuah condotel tempat kami menginap selama project review

Ini aku kasih beberapa tips and trick untuk bergumul di dunia pejuang beasiswa dan opportunity lainnya. Tidak hanya khusus untuk pendaftaran Astra 1st saja, secara general adalah sebagai berikut :

1.       Siapkan dokumen dari jauh-jauh hari.
Walaupun pendaftaran belum dibuka, lihat syarat pendaftaran periode sebelumnya, bikin checklist, trus diurus satu-satu. Karena beberapa dokumen seperti surat rekomendasi, transkrip, dan surat keterangan mahasiswa harus diurus di dekanat dan mendapat tanda tangan dari PD 3. Kalo PD 3-nya lagi sibuk keluar kota atau urusan dinas, ya siap saja menunggu lama untuk mengesahkan dokumen2 tersebut. Belum lagi kalo petugas TU-nya sewot dan rada galak. Siapin keikhlasan hati dan muka manis juga kalo mau lancar. Karena seriously, ketika para petugas melihat kamu yang friendly dan senyum, apalagi bisa ngajak becanda, dokumen kamu bakal lancar dan cepet kelar. dan kalo ada apa-apa kamu bakal dikasih tau lebih detail. Coba deh praktekin aja.

2.       Networking.
 Saya kadang suka heran sama anak-anak yang suka daftar beasiswa diem-diem, ngga mau sharing, ngga mau nanya-nanya senior yang lebih berpengalaman. Takut saingan katanya, atau ada lagi yang takut gagal jadi mending diem-diem aja. Padahal semakin banyak kamu berbagi, akan semakin banyak insight yang didapet. Memang harus ngga tau malu dan PDKT buat nanya-nanya hal seperti ini. Tapi biasanya para senior yang uda dapet beasiswa akan sangat friendly untuk berbagi cerita. Karena mereka juga dapet rejeki kaya gini atas kebiasaan berbagi ilmu. Percaya deh. Dan juga jangan anggep temen-temen kalian sebagai saingan. Itu cuma bakal bikin kalian jadi nyebelin. Rejeki ngga bakal kemana kok kalo perjuangannya uda maksimal.

3.       Siapkan diri untuk prosesi-prosesi tertentu.
Misalnya ada Focus Group Discussion, kalian harus tau kalo dari FGD yang dilihat bukan seberapa banyak kalian ngomong. Tapi lebih ke softskill kalian dalam bekerja tim. Jawaban apapun dalam FGD tidak ada yang salah. Tapi bagaimana kalian menunjukkan kepemimpinan, berkomunikasi dengan baik, tidak mendominasi dan mengintimidasi, solutif dan bersikap menyenangkan, adalah poin-poin penting yang akan dinilai. Untuk beberapa kasus memang akan dibahas hal-hal yang tidak lazim. Misalnya kalian disuruh berdebat tentang mengapa jeruk itu bulat dan berwarna oranye. Jawaban kalian bisa menentukan kalian itu imaginatif, realistis atau konvensional. Mana yang lebih baik? Tergantung si perusahaan sedang mencari orang yang seperti apa. Jadi pastikan juga kalian paham betul posisi yang kalian ajukan.

4.       Good personality and good looking.
Ini akan berlaku ketika memasuki tahap interview. Untuk personality akan berkaitan dengan budaya perusahaan. Kalau di Astra International yang dijunjung tinggi adalah budaya kekeluargaan dan saling belajar. Jadi kalau kalian adalah orang yang individual dan emosional, kemungkinan besar akan segera dicoret dari daftar. Tapi bisa saja personality kamu ini akan cocok di perusahaan lain yang memang menjunjung adat kompetisi dan penghargaan. Jangan lupa good looking. Perusahaan besar akan mencari orang-orang yang mampu merepresentasikan nama baik perusahaannya, mulai dari cara berkomunikasi sampai ke penampilan secara fisik. Asalkan kalian rapi, sopan, ngga berlebihan atau aneh menyebalkan, dibarengi dengan pembawaan yang anggun, tidak grusa-grusu dan tidak panikan, ini uda jadi package sempurna untuk "menjual diri".

5.       Mental baja tulang besi.
Beda sama Gatotkaca, otot kawat doang ngga cukup. Tulang besi memang harus, karena bakal capek melalui serangkaian seleksi yang ribet, nguras tenaga secara fisik dan emosi. Tapi mental baja yang penting. Banyak yang belum mencoba saja sudah takut gagal. Banyak yang ingin mencoba tapi jiper duluan, alias merasa inferior dibanding teman yang lain. Ada lagi yang sekali gagal tapi tidak mau mencoba lagi, trauma katanya. Mental yang kaya gini nih yang cuma bisa kagum atau bahkan iri sama temen-temen yang berhasil, tapi ngga bisa menyamakan prestasi.

Percaya deh, kalo ngga pernah gagal kalian ngga akan bisa memperbaiki diri. Parahnya, kalian akan semakin menjauh dari peluang-peluang berharga. Jadi sebelum menyiapkan dokumen pendaftaran, siapkanlah mental kalian se-strong mungkin. Karena kalo kalian ngga siap gagal, berarti kalian belum siap menang.


Good luck para pejuang beasiswa :)

Jumat, 28 November 2014

Mencari Passion di AIESEC




Hola teman-teman! :D 

Perkenalkan nama aku Agie! Saat ini aku masih belajar di Universitas Diponegoro Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Perpajakan 2012. Anywayyy, akhirnya ketemu juga tempat yang asik secara independent bagi aku untuk menulis dan mengispirasi sesama generasi muda :D
Nah tulisan yang aku posting di Jendela Undip ini cukup menarik untuk dibaca apa lagi bagi kamu mahasiswa baru yang sedang dalam proses pencarian minat dan bakal!

Singkat cerita nih, awal kuliah dulu sempet bingung banget kalo udah ditanya temen kayak begini, “Eh gi! Kamu tuh passion-nya apa sih?” atau “kamu itu tau gk sih gi, passion kamu apa?” ZzzZz ….. jelas dong mahasiswa baru kayak aku belum tau betul sebenernya passion aku itu apa dan bahkan untuk tau apa sebenarnya makna kata passion sendiri pun, aku belum ngerti sama sekali. Naahh, mungkin pertanyaan ini  juga pernah kalian rasakan bukan?

Sebelum aku certain gimana sih, cara aku bisa menemukan passion aku itu apa? Kali ini aku bakal ajak kalian mengenal sedikit lebih jauh diri aku diawal perkuliahan dulu sampai aku yang sekarang dan yang akan datang.

Awal perkuliahan di semester awal bagi aku adalah fase dimana aku gunakan untuk beradaptasi, karena pada dasarnya waktu di awal perantauan aku itu orang yang kurang bisa untuk bergaul dengan orang baru. Hehehe :D Mungkin karena sewaktu di Lampung dulu lingkungan bermainku tidak seluas di Semarang, dimana disini banyak orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Pemalu,minder dan kurang percaya diri adalah aku diawal perkuliahan tepatnya disemester awal hihihi ada satu moment dimana aku memutuskan untuk berubah 360%, mau tau apa?? Kejadianya cukup simple, dimana pada saat itu aku hadir disalah satu acara kumpul komunitas yang diadakan oleh AIESEC Undip yang dinamakan YouthTalk, mungkin teman-teman udah sedikit tau tentang YouthTalk yang di adakan rutin oleh AIESEC Undip sebagai wadah berbagi pengalaman dan ide dari  anak muda Semarang.

Asia Pasific Leaders Summit

Yap! Konten dalam YouthTalk pada waktu itu benar benar menampar aku sebagai generasi muda! Mengangkat issue youth change maker, di sana aku banyak melihat anak muda yang telah melakukan perubahan bagi lingkungan mereka. Sedangkan aku masih duduk santai, menjadi seorang penonton dan penikmat dari sebuah perubahan besar yang dilakukan oleh sesama anak muda seumuran aku. Nahh malu gk tuh? 

Hal ini menjadi titik balik bagi untuk aku memutuskan menjadi pribadi yang tidak pemalu, tidak lagi minder dan mulai untuk percaya diri! Yes :D Dalam hal ini kepekaan untuk merasakan titik balik dari perubahan sangat di butuhkan. Simple, peka!

Aku putuskan untuk aktif disebuah organisasi diawal perkuliahan semester satu sebagai wadah bagi aku untuk dapat melatih menejemen dan pengembangan diri hehe. Pada saat itu, aku putuskan untuk hanya aktif di satu organisasi dulu, karena saat itu aku belum pintar dalam urusan ngatur waktu antara akademik  dan non-akademik :D Di awal perkuliahan, organisasi yang aku ikuti adalah AIESEC. anyway percaya atau tidak organisasi kepemimpinan yang terdapat di 125 Negara ini membantu aku banget untuk menemukan passion aku dan bagaimana aku bisa menciptakan value atau nilai lebih dari diri aku :D 

Banyak banget pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang aku dapat di luar aktivitas perkuliahan ketika aktif di AIESEC Undip. baik kemampuan kepemimpinan untuk memimpin sebuah project atau team, kemampuan bergaul dan berbahasa asing yang lebih luas serta cara berfikir yang lebih global.
Awal mengikuti aktivitas di AIESEC aku dialokasikan ke department Business Development, nahh business development ini adalah sebuah department yang kegiatannya untuk mencari sponsor guna mendanai project sosial yang dibuat oleh AIESEC Undip. aku memang sengaja untuk masuk ke department ini, karena aku rasa memang cocok dengan fakultasku yaitu ekonomi dan bisnis :D kemampuan berbicara depan umum, bernegosiasi dan meyakinkan orang lain berkembang disini. Perlahan tapi pasti aku udah gak minder dong, udah percaya diri dan malah bisa meyakinkan orang lain karena pengalaman marketing ke perusahaan.

Merasa tertarik dan tertantang dengan ilmu pemasaran, saat itu aku memberanikan diri untuk pindah ke department lain yang pada saat itu seperti taman bermain baru bagi aku! hehe Yaitu departemen komunikasi. Kalooo yang ini beda dengan Business Development walaupun ada aktivitas marketingnya juga, department komunikasi ini melakukan fungsi soft marketing dan public relation di mana kita melakukan kegiatan kampanye di media sosial tentang program AIESEC dan brand activation seperti event YouthTalk. Menjabat sebagai manager di department ini khususnya di bagian brand management meningkatkan kemampuan aku dalam pemasaran tentunya, khususnya dalam hal pengembangan produk, segmentasi pasar dan memanfaatkan relasi untuk meningkatkan brand AIESEC Undip! :D Perlahan tapi pasti! Agie yang dulu yang cuman bisanya duduk santai, sekarang udah bisa berbuat sesuatu paling tidak melakukan perubahan besar dalam diri nya sendiri.


Hampir 3 tahun aku aktif berorganisasi di AIESEC. Mulai dari jadi staff, Panitia project, Manager di dalam department dan sekarang menjabatan sebagai President divisi program marketing untuk tahun jabatan 2014-2015 di AIESEC Undip.

Tentu bukan hal yang muda bagi aku untuk bisa ada di posisi sekarang dengan diri aku yang baru. Butuh banyak perjuangan, kerja keras, mental dan tekad yang kuat untuk bisa berubah jadi Agie yang lebih baik tentunya. Pengalaman dan proses belajar di AIESEC membantu dalam menentukan dan memilih apa sebenarnya passion aku. 

Bisa dibilang dalam menemukan sebuah passion kita harus deal dengan proses, menikmatinya mencoba hal baru dan mengembangkan sesuatu yang kita suka tanpa merasa lelah merupakan sebuah proses bagaimana kita dapat tau apa sebenarnya passion kita :D

Another shot, when the others have a roll dance!!!

Next stage! Ketika kamu udah tau apa passion kamu, ini moment yang tepat untuk menjawab pertanyaan tentang “Siapa sih diri kamu sebenarnya?”. Hal ini pun aku lakukan ketika aku udah tau bahwa pemasaran merupakan hal yang aku suka dan minati, sehingga mudah bagi aku untuk berkata bahwa aku adalah seorang marketer hebat dimasa depan!

Simple, berani dan penuh keyakinan adalah cara bagi aku untuk menentukan mimpiku.

Itu dia singkat cerita pengalaman aku bagaimana menjawab dan menemukan apa passion aku di usia 20an saat ini Cobalah untuk peka, berani untuk mencoba hal baru, berfikir berbeda dan menikmati proses merupakan pesan dari aku untuk teman-teman pembaca Jendela Undip yang sedang menjawab pertanyaan “apa sihh passion kamu?!”. Hehehe.

Good luck everyone, terima kasih sudah membaca :D
 
Aku tunggu cerita kamu!