Jumat, 28 November 2014

Mencari Passion di AIESEC




Hola teman-teman! :D 

Perkenalkan nama aku Agie! Saat ini aku masih belajar di Universitas Diponegoro Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Perpajakan 2012. Anywayyy, akhirnya ketemu juga tempat yang asik secara independent bagi aku untuk menulis dan mengispirasi sesama generasi muda :D
Nah tulisan yang aku posting di Jendela Undip ini cukup menarik untuk dibaca apa lagi bagi kamu mahasiswa baru yang sedang dalam proses pencarian minat dan bakal!

Singkat cerita nih, awal kuliah dulu sempet bingung banget kalo udah ditanya temen kayak begini, “Eh gi! Kamu tuh passion-nya apa sih?” atau “kamu itu tau gk sih gi, passion kamu apa?” ZzzZz ….. jelas dong mahasiswa baru kayak aku belum tau betul sebenernya passion aku itu apa dan bahkan untuk tau apa sebenarnya makna kata passion sendiri pun, aku belum ngerti sama sekali. Naahh, mungkin pertanyaan ini  juga pernah kalian rasakan bukan?

Sebelum aku certain gimana sih, cara aku bisa menemukan passion aku itu apa? Kali ini aku bakal ajak kalian mengenal sedikit lebih jauh diri aku diawal perkuliahan dulu sampai aku yang sekarang dan yang akan datang.

Awal perkuliahan di semester awal bagi aku adalah fase dimana aku gunakan untuk beradaptasi, karena pada dasarnya waktu di awal perantauan aku itu orang yang kurang bisa untuk bergaul dengan orang baru. Hehehe :D Mungkin karena sewaktu di Lampung dulu lingkungan bermainku tidak seluas di Semarang, dimana disini banyak orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Pemalu,minder dan kurang percaya diri adalah aku diawal perkuliahan tepatnya disemester awal hihihi ada satu moment dimana aku memutuskan untuk berubah 360%, mau tau apa?? Kejadianya cukup simple, dimana pada saat itu aku hadir disalah satu acara kumpul komunitas yang diadakan oleh AIESEC Undip yang dinamakan YouthTalk, mungkin teman-teman udah sedikit tau tentang YouthTalk yang di adakan rutin oleh AIESEC Undip sebagai wadah berbagi pengalaman dan ide dari  anak muda Semarang.

Asia Pasific Leaders Summit

Yap! Konten dalam YouthTalk pada waktu itu benar benar menampar aku sebagai generasi muda! Mengangkat issue youth change maker, di sana aku banyak melihat anak muda yang telah melakukan perubahan bagi lingkungan mereka. Sedangkan aku masih duduk santai, menjadi seorang penonton dan penikmat dari sebuah perubahan besar yang dilakukan oleh sesama anak muda seumuran aku. Nahh malu gk tuh? 

Hal ini menjadi titik balik bagi untuk aku memutuskan menjadi pribadi yang tidak pemalu, tidak lagi minder dan mulai untuk percaya diri! Yes :D Dalam hal ini kepekaan untuk merasakan titik balik dari perubahan sangat di butuhkan. Simple, peka!

Aku putuskan untuk aktif disebuah organisasi diawal perkuliahan semester satu sebagai wadah bagi aku untuk dapat melatih menejemen dan pengembangan diri hehe. Pada saat itu, aku putuskan untuk hanya aktif di satu organisasi dulu, karena saat itu aku belum pintar dalam urusan ngatur waktu antara akademik  dan non-akademik :D Di awal perkuliahan, organisasi yang aku ikuti adalah AIESEC. anyway percaya atau tidak organisasi kepemimpinan yang terdapat di 125 Negara ini membantu aku banget untuk menemukan passion aku dan bagaimana aku bisa menciptakan value atau nilai lebih dari diri aku :D 

Banyak banget pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang aku dapat di luar aktivitas perkuliahan ketika aktif di AIESEC Undip. baik kemampuan kepemimpinan untuk memimpin sebuah project atau team, kemampuan bergaul dan berbahasa asing yang lebih luas serta cara berfikir yang lebih global.
Awal mengikuti aktivitas di AIESEC aku dialokasikan ke department Business Development, nahh business development ini adalah sebuah department yang kegiatannya untuk mencari sponsor guna mendanai project sosial yang dibuat oleh AIESEC Undip. aku memang sengaja untuk masuk ke department ini, karena aku rasa memang cocok dengan fakultasku yaitu ekonomi dan bisnis :D kemampuan berbicara depan umum, bernegosiasi dan meyakinkan orang lain berkembang disini. Perlahan tapi pasti aku udah gak minder dong, udah percaya diri dan malah bisa meyakinkan orang lain karena pengalaman marketing ke perusahaan.

Merasa tertarik dan tertantang dengan ilmu pemasaran, saat itu aku memberanikan diri untuk pindah ke department lain yang pada saat itu seperti taman bermain baru bagi aku! hehe Yaitu departemen komunikasi. Kalooo yang ini beda dengan Business Development walaupun ada aktivitas marketingnya juga, department komunikasi ini melakukan fungsi soft marketing dan public relation di mana kita melakukan kegiatan kampanye di media sosial tentang program AIESEC dan brand activation seperti event YouthTalk. Menjabat sebagai manager di department ini khususnya di bagian brand management meningkatkan kemampuan aku dalam pemasaran tentunya, khususnya dalam hal pengembangan produk, segmentasi pasar dan memanfaatkan relasi untuk meningkatkan brand AIESEC Undip! :D Perlahan tapi pasti! Agie yang dulu yang cuman bisanya duduk santai, sekarang udah bisa berbuat sesuatu paling tidak melakukan perubahan besar dalam diri nya sendiri.


Hampir 3 tahun aku aktif berorganisasi di AIESEC. Mulai dari jadi staff, Panitia project, Manager di dalam department dan sekarang menjabatan sebagai President divisi program marketing untuk tahun jabatan 2014-2015 di AIESEC Undip.

Tentu bukan hal yang muda bagi aku untuk bisa ada di posisi sekarang dengan diri aku yang baru. Butuh banyak perjuangan, kerja keras, mental dan tekad yang kuat untuk bisa berubah jadi Agie yang lebih baik tentunya. Pengalaman dan proses belajar di AIESEC membantu dalam menentukan dan memilih apa sebenarnya passion aku. 

Bisa dibilang dalam menemukan sebuah passion kita harus deal dengan proses, menikmatinya mencoba hal baru dan mengembangkan sesuatu yang kita suka tanpa merasa lelah merupakan sebuah proses bagaimana kita dapat tau apa sebenarnya passion kita :D

Another shot, when the others have a roll dance!!!

Next stage! Ketika kamu udah tau apa passion kamu, ini moment yang tepat untuk menjawab pertanyaan tentang “Siapa sih diri kamu sebenarnya?”. Hal ini pun aku lakukan ketika aku udah tau bahwa pemasaran merupakan hal yang aku suka dan minati, sehingga mudah bagi aku untuk berkata bahwa aku adalah seorang marketer hebat dimasa depan!

Simple, berani dan penuh keyakinan adalah cara bagi aku untuk menentukan mimpiku.

Itu dia singkat cerita pengalaman aku bagaimana menjawab dan menemukan apa passion aku di usia 20an saat ini Cobalah untuk peka, berani untuk mencoba hal baru, berfikir berbeda dan menikmati proses merupakan pesan dari aku untuk teman-teman pembaca Jendela Undip yang sedang menjawab pertanyaan “apa sihh passion kamu?!”. Hehehe.

Good luck everyone, terima kasih sudah membaca :D
 
Aku tunggu cerita kamu!

Minggu, 23 November 2014

Saya Berani untuk Bermimpi (LPDP, Korea Selatan)


Ditulis oleh: Muh Fauzi

Pernah saya bermimpi untuk bisa mengenyam dunia pendidikan di luar negeri dan merasakan atmosfer bersama siswa dari belahan dunia lain. Ketika itu saya bermimpi untuk bisa sekolah di luar negeri pada tahun 2010. Saat itu saya masih menjadi mahasiswa baru Universitas yang berlambangkan pangeran berkuda dengan keris nya tersebut. Mimpi untuk bisa sekolah di luar negeri adalah ketika saya melihat senior saya menjadi Mawapres dan mimpi dia untuk bisa ke luar negeri. Sejenak waktu itu saya berfikir juga “kalau dia bisa kenapa saya gak? kan kita mempunyai kapasitas otak yang sama?”. Ya ini lah titik tolak saya membangun dan menguatkan mimpi dan tekat saya untuk bisa berpendidikan tinggi seperti cita-cita kedua orang tua saya. Perlu diketahui bahwa kedua orang tua saya bukanlah dari kalangan dengan pendidikan tinggi. Ayahnya saya hanya sekolah sampai Pendidikan Guru Agama (itupun gak sampai lulus hehe wkwkwk ) dan Ibu saya hanya sekolah SD (tidak tamat juga wkwkwk). Tapi merekalah yang menciptakan dan mendisiplinkan saya. Flash back bentar deh, penguatan dunia pendidikan saya peroleh dari Ibu saya yang hanya mengenyam bangku SD namun dari beliau lah saya diajarkan bagaimana menulis, membaca, dan kedisiplinan menuntut ilmu. Dulu sepulang SD saya pasti makan terus di “hajar” tuh pakai PR. Kalau saya salah dan malas pasti penggaris dipukulkan ke tangan saya (dipukulnya kagak keras lho ya hehe....). Inilah kedisiplinan pendidikan yang ibu saya terapkan kepada anak-anaknya. Begitu pula Ayah saya, beliau menginginkan anak-anaknya untuk mengenyam dunia pendidikan setinggi-tingginya, tidak seperti kedua orang tuanya. Hingga membawa kami anak-anak beliau untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Oh iya saya anak terakhir dari tiga bersaudara (tapi jangan pernah mengira anak terakhir pasti dimanja, beuhhhh kagak terjadi deh di keluarga saya haha...).


Oke lanjut.... Mimpi yang saya ciptakan tidak lantas hanya menjadi sebuah angan tanpa sebuah usaha dan perjuangan lho. Dari situlah saya mulai untuk berjuang mewujudkannya. Bagaimana mewujudkannya????. Hmmm emang tidak gampang sih. Tapi semua ada jalan kok kalau kita berusaha dan berdoa. Saya awali dengan belajar bahasa Inggris. Jatuh bangun saya untuk belajar bahasa ini. Ya karena saya gak terlau suka dengan pelajaran bahasa, Pusingggggg. Les sana sini belajar otodidak lama-lama ada peningkatan, walau sampai saat ini tidak lancar sekali berbahasa inggris. Tidak sedikit uang yang saya pakai untuk les sana dan sini, tapi ini wujud investasi lho. Jangan pernah takut berinvestasi dengan dunia pendidikan (ini sih pengalaman saya). Sedikit cerita saja, dulu S1 saya dapet Scholarship dan saya juga part-time ngajar sana sini hanya untuk bisa membiayai les dan membeli buku yang saya inginkan (sampai-sampai pas wisuda setengah mobil penuh dengan kardus isi buku wkwkwk).


Selama S1 pula saya tidak menyia-nyiakan waktu saya hanya mengejar dunia akademik saya. Saya banyak terlibat dalam berbagai aktivitas Unit Kegiatan Kemahasiswaan. Ikut kepanitiaan dan kegiatan volunteer itu menyenangkan sekali dan menjadi kenangan yang tidak terlupakan sampai saat ini. Terus bagaimana membagi waktu belajar dan kegiatan luar kampus?????. Inilah pertanyaan yang sering orang tanyakan. Yang saya lakukan sih, saat dikelas jangan pernah sia-siakan apa yang dosen ajarkan, sedapat mungkin serap semua yang dosen katakan dikelas dan buat catatannya. Ini penting ketika kita banyak kegiatan, dan saat ujian kita akan lebih mudah mengingat dari apa yang kita catat sendiri. Lah terus kalo harus bolos kuliah gimana dunk?????.

Yups bener juga sih, dulu saya pernah ada kegiatan di Dies Natalis UNDIP. Saat itu saya menjadi tim koordinator kegiatan sosial operasi bibir sumbing dan operasi mantap KB wanita (MOW). Ketika itu ada pasien banyak dan salah satunya balita dari Nias (adik ini menderita bibir sumbing dan cewek lagi, aduh seidh kami yang melihatnya). Waktu itu saya ada kuliah bersama tim yang lain (bayangkan aja agenda segede itu hanya dipegang 5 orang termasuk saya, apa gak mumet itu haha...). Benar lah saya di kelas tapi jiwa tidak dikelas, banyak ditelfon dosen sama dokter2 disana bahwa pasien bla bla bla.... Okelah saya putuskan cabut aja dari kelas (panggil semua tim dan kita cabut bareng demi kemanusiaan haha). Ini contohnya seperti ini. Atau ada juga jiwa dikelas tapi pikiran memikirkan organisasi wkwkwk.


Tips kedua, time is money, bener banget ini pepatah. Tugas mahasiswa dan laporan pasti bejibun kan??? haha. Saya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Setiap ada kekosongan jadwal pasti saya gunakan mengerjakan tugas dan laporan. Saya dalah orang yang dididik untuk tidak suka mengerjakan segala sesuatu mendekati deadline. Pastikan semua tugas selesai walau harus begadang di saat weekend dan jarang main (memang hingga saya wisuda banyak tempat di Semarang yang belum saya sempat kunjungi. Penginnya sih habis wisuda mau keliling Semarang, eh waktu tidak memungkinkan).


Tips ketiga, saya suka dengan aktivitas non akademik yang bisa menunjang akademik. Apa itu????. Ya saya suka dengan dunia penelitian. Dunia inilah yang akhirnya membawa saya menyukai dunia tulis menulis ilmiah. Hingga setiap tahun saya dapet itu dana dari Dikti untuk PKM. Selama menjadi mahasiswa yang belum pernah didanai adalah PKM-M, PKM-GT. Semua PKM sudah saya coba dan membuahkan hasil. Alhamdulillah yaaa (ala Syahroni punya haha....). Aplikasi ilmu di kelas banyak saya tuangkan di PKM-PKM seperti ini. Sungguh ini menyenangkan sekali, yaitu kita dapet ilmu, sosial dan juga uang haha...(uang adalah yang paling saya suka wkwkwk).


Lanjut ke mimpi. Cerita diatas sebagai awal mimpi saya. Kenapa saya bisa kuliah di Korea sini????. Banyak yang tanya seperti ini. Ceritanya panjang nih (negara ini sebenarnya bukan negara utama yang saya inginkan untuk belajar, tapi entah tahun 2012 saya mencantumkan beberapa foto Korea di Blog saya untuk tujuan studi saya, ehhhh beneran malah hehe...). 


Awal yang saya ingin ceritakan, sejak tahun pertama saya menyebut diri saya sebagai dreamer. Saya banyak berburu universitas-universitas dunia dan mencoba kontak dengan professor-professor yang mempunyai ketertarikan dengan  keilmuan yang saya suka. Banyak universitas yang  saya kontak tuh professor dan IO nya dari Harvard University, John Hopkins dan banyak sekali. Ini adalah tips untuk bisa mewujudkan mimpi sekolah di luar negeri. Saya dapet tips ini dari dosen saya dan juga temen di Kementerian Kesehatan. Awalnya dari kontak dengan professor eh jadi anak didik nya. Ini yang saya terapkan dalam mengejar mimpi saya. Dari puluhan professor yang saya hubungi hanya beberapa yang merespon positif. Pengalaman saya ada 3 professor yang mau menerima saya, 2 orang dari Japan (Kyoto University) dan 1 dari Korea ini. Kenapa saya ambil Korea bukankan Japan lebih bagus ya???. Sebenarnya iya sih, alasannya adalah beasiswa dan si prof minta saya untuk kursus bahasa Japan dengan biaya sendiri (ekkkkkk matekkkkkk kagak mau saya mana ada duit gilaaaa). Lagi-lagi duit ya masalahnya haha.


Akhirnya saya lepas nih kesempatan mimpi saya di Kyoto University Japan, sedih saya. Oh iya tips hubungi professor nya nih : pertama-tama buka website universitasnya terus search tuh professor dan interest topic beliaunya. Eitssss jangan langsung kontak ya (pengalaman nih wkwkwkwk *malu*). Baca publikasi beliau !!!! haha. Kalau udah baca publikasi, nah mulai kontak tuh. Caranya: perkenalkan siapa kita dan darimana. Oh iya sebelumnya siapkan amunisi tentang study plan ya singkat saja.

Dear Professor Han,
Let me introduce my self, my name’s Muh Fauzi. I am student from Indonesia majoring in Epidemiology and Tropical Disease. Since i read your publication in Science Direct Journal, i have interest to study about malaria disease.
According to your interest topic in your publication, i have a thought bla bla bla.....
It will be proud to know you in detail. In summarize, i have intention to be your student and supervised by your self in your laboratory. I will obey in every single rule in your lab and supervision. For your consideration, please find attached my short CV as below.
Best Regards,



Kurang lebih isinya seperti ini. Terlalu banyak yang saya kirim jadi saya agak-agak lupa. Intinya kontak professor adalah tampilkan CV terbaik kita (beberapa professor suka dengan kegiatan internasional dan publikasi/ tulisan / prestasi kita tingkat internasional), short study plan, dan publikasi si prof. Nah kalau sudah intens nih kontak ama prof kita bisa mulai nih menanyakan scholarship wkwkwk ujung-ujungnya ini haha. Iyalah kalo saya tanpa scholarship mah kagak mau bro wkwkwkwkwk. 


Cerita saya adalah pilih Korea ini adalah seharusnya berangkat untuk exchange student eh sudah mau berangkat tapi saya malah revoked nih sama univ karena ketahuan saya udah lulus wkwkwkwk. Kalaupun saya berangkat exchange pun saya harus bayar pakai duit sendiri, Alhamdulillah Allah punya rencana lain.

Sejauh saya kontak dengan Prof di Korea ini adalah kurang lebih 2 bulanan, hingga akhirnya saya harus melewati beberapa seleksi dengan si prof. Seleksi pertama saya adalah dengan presentasi via skype tentang keilmuan kami dan tanya jawab dengan lab members (isinya anak Master ama PhD yang tanya2 dengan presentasi saya waktu itu).Sudah, si prof kemudian memutuskan untuk memberikan scholarship kepada saya semua-muanya. Termasuk biaya kuliah bahasa Korea selama 2 semester ini. Eitssss belum selesai akhirnya si prof mengunjungi saya ke Indonesia dan bertemu dengan dosen saya untuk direct interview diantara saya, dan dosen saya di Indonesia.





Perjuangan belum berhenti kawan. Akan membanggakan jika dari negara saya lah saya bisa makan dan hidup di negara lain. Tidak ingin rasanya saya membawa malu atas negara lain yang membiayai saya. Okay saya ingat waktu itu ada email masuk bahwa saya bisa ikut beasiswa LPDP Afirmasi prestasi (waktu itu saya hanya abaikan ini beasiswa) eh H-1 saya kumpulkan semua syarat yang dibutuhkan dan H-1 jam saja saya kirim semua dokumen. Tak lama kemudian selang beberapa minggu saya di lolos seleksi dokumen. Dokumennya apa aja sih???

  1. Ijasah (waktu itu saya belum punya ijasah jadi pakai bukti sudah sidang dari dosen pembimbing diperbolehkan)
  2. Surat2 (di website LPDP)
  3. Surat rekomendasi dosen kita
  4. LOA (bagi yang sudah punya, waktu itu saya minta si prof untuk buatin buat saya. LoA gak jamin memperkuat palikasi kota lho karna banyak temen juga yang gagal LPDP walau sudah ada LoA)
  5. English proficiency test atau bahasa lain (japan, perancis, korea dengan test yang setara dengan TOEFL, IELTS LDPD gitu)

Setelah lolos dokumen LPDP, saya diundang wawancara dan LGD. Pasti banyak yang tanya LGD itu apa. Jadi saya ceritakan sedikit wawancara. Di dalam ruangan kalau saya dulu ada 3 (professor dan dosen dari daerah Jakarta dan Bandung gitu logatnya) sama 1 orang psikolog. Mereka akan bertanya tentang kita semua-muanya. Pertama kita disuruh kenalan (in my case full english karena saya ambil aplikasinya LN), terus ditanya-tanya tentang kenapa kamu pengin kuliah di LN, mau meneliti apa, belajar apa disana, terus buat Indonesia apa, kenapa LPDP harus biayain kamu, terus sama psikis kita. Kasus saya waktu itu banyak dicerca tentang study plan saya sehingga psikis saya gak terlalu ditanyakan. Sedikit cerita, di dalam ruangan tersebut saya dulu dibuat tidak bisa menjawab (susah banget milih). Saya disuruh milih, oke setelah saya melihat kemampuan Anda, kami akan berikan LPDP bagi Anda tapi Anda cari universitas lain selain di Korea, apa berani Anda mencari di Univ lain? Karena saya lihat Anda banyak melakukan kontak dengan prof di LN jadi akan lebih mudah kalau Anda hubungi beliau lagi dengan mengatakan sudah dapet scholarship dari Indo.Jujur saya waktu itu menghabiskan waktu hampir 20 menit memikirkan jawaban tersebut (psikolog tersebut menilai dari  sini juga lho). Akhirnya saya jawab, baik saya berani Pak, saya akan pindah dari Korea (keluar ruang saya langsung lemas apa yang barusan saya katakan). Iyalah si prof sudah menyiapkan semuanya kok di Korea haha. Tips wawancara yang saya peroleh dari reviewer LPDP jawablah setiap pertanyaan dengan yakin 100% tanpa keraguan dan buktikan dengan kemampuan berbicara kita.

Lanjut di hari kedua (ada yang wawancara dan LGD jadi satu hari, tapi saya dapet dua hari). LGD atau Leaderless Group Discussion dimana disini kita diberikan isu terhangat pada saat itu dan diawasi oleh beberapa psikolog. Kita dibagi menjadi Tim. Satu tim masuk ke ruangan dan membahas tentang topik tersebut dan bagaimana mengatasinya. Topik saya dulu tentang penutupan Dolly oleh Risma di Surabaya, Setujua atau Tidak dan bagaimana pendapat kita. Oh iya disini TIDAK DIPERKENANKAN ada yang mendominasi (pemimpin diskusi tidak ada) jadi kita seperti percakapan sehari-hari saja mengalir biasa. Waktu yang diberikan saya lupa berapa.

Lanjut lagi jika lolos tahap tersebut adalah tahap PK atau program kepimpinan. Disini adalah kita digembleng dengan kepemimpinan kita. Kita diberikan banyak sekali tugas, pra, hari H dan pasca (pasca PK bagi yang masih lama di Indonesia dan yang studinya di Indonesia dimungkinkan adanya tugas ini). Kegiatan ini adalah kegiatan puncak 90% kita akan diterima sebagai awardee LPDP yeeeeee seneng lah ya. Asalkan kita mengerjakan semua tugas dan peraturan yang panitia berikan maka kita lolos kok PK dan PK itu sumpah ngangenin banget. Disini kita bertemu dengan orang-orang pilihan Indonesia yang super banget mereka semua. Pemikiran mereka wauw banget untuk Indonesia (saya minder banget dari UNDIP waktu itu yang se-PK Cuma saya sendiri, mayoritas dari ITB dan UI).


Akhirya selang 2 minggu setelah PK dan dinyatakan lulus saya langsung buru-buru untuk berangkat ke Korea. Mepet banget nih waktunya. September tgl 5 saya sampai di Korea dan memulai rutinitas langsung masuk Lab (gila pikiran saya pertama kali, cuapekkkkkkk banget men habis sampai Incheon langsung dibawa temen lab ke Lab dan perkenalan lab dan welcoming party, ekkkkkk). Sampai tulisan ini dibuat saya sedang menempuh kuliah bahasa korea dan juga join research. Setiap hari saya berangkat jam 9.30 pagi dan pulang sekitar jam 12 malam kadang jam 00.30 WK (waktu Korea) haha. Shock Culture banget nih belajarnya gak main-main disini. Waktu benar-benar dipakai untuk belajar dan meneliti. Terus apa sih yang saya lakukan di Lab?. Pertama karena saya anggota baru, jadi saya di drop buku untuk dibaca nih sama si Prof dan setelah 2 bulan saya diberikan sebuah topik untuk diteliti. Sekarang saya sedang pusing membuat penelitian tersebut. Oh iya disini saya masih ujian lagi lho untuk masuk Medical Schoolnya, edan pikir saya mah. Insya Allah saya akan bertahan disini untuk 4 tahun demi bisa menyelesaikan program Ms-PhD. Doakan saya ya agar saya bisa pulang ke Indonesia dengan gelar Ms-PhD (khawatir nih ternyata pusing belajar dinegara orang wkwkwk).


-Muh Fauzi-
Ms-PhD Student
Dept. Medical Environmental Biology and Tropical Medicine
Kangwon National University School of Medicine
Kangwon Malaria Research Laboratory (KMRL)