Minggu, 23 November 2014

Make a Difference (2/2)

Ditulis oleh: Ratna Hartiningtyas


Cerita MaD di entri sebelumnya

***

Mata saya berkaca-kaca dan perasaan seperti diulur, hampir menangis menahan haru. Waktu itu langit warnanya jingga, udara peralihan dari musim dingin ke musim semi bersemilir, dan di sekitar berterbangan balon sabun; saya menikmati parade Disneyland yang selama ini cuma bisa ditonton dari You Tube. Nggak pernah terbersit sedikitpun untuk bisa berlibur ke sana. Apa lagi kan saya ini cuma anak dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Ayah sudah pensiun, ibu pegawai TU. Tapi saya meyakini do'a dan cita-cita yang diusahakan itu memang bekerja. Liburan semester ini, satu cita-cita yang pernah saya tulis dan tempel di jendela kamar benar-benar terwujud--explore abroad!

Tapi, saya berharap siapapun itu yang ingin pergi ke MaD, tidak kemudian menganggap ini jalan-jalan gratis, loh! Cari ilmu dan eksplor! Make a difference! Connecting! Entri ini cuma salah satu "utang saya" yang saya janjikan untuk MaD: untuk memberikan "kail" cara mendapat mendapatkan satu life-changing experience selama beberapa waktu di Hong Kong. Kalau teman-teman akhirnya bisa pergi ke sana, itu karena usaha mereka sendiri yang sudah dikerjakan bertahun-tahun. Itu "ikan" teman-teman sendiri.


Entah sejak kapan, mungkin sejak banyak bergaul dengan rekan-rekan blogger yang kebanyakan adalah quiz hunter, saya menjadi pribadi gratisan. Eh, "anak gratisan". Contohnya, sering kali saya mendapatkan hadiah ponsel, kaos, gantungan kunci, bahkan di dalam post-tour MaD ke Macau ini hampir semuanya saya dapat secara cuma-cuma. 

 


MaD (Make a Difference) Subsidy Scheme

Di posting sebelumnya, saya sudah cerita banyak tentang what, when, where, who dan why MaD conference. Jadi, ada satu yang belum: how.

Nah, pertama kali tau tentang MaD adalah gara-gara stalking. Lupa siapa, di facebook teman pokoknya. Waktu itu sekitar bulan November dan saya memang sedang sengang. Makanya, saya langsung saja "research" ke website MaD. Ah! Sial! Konferensi berbayar ini harga tiketnya mahal sekali. Saya juga nggak kepikiran untuk mengeluarkan uang banyak demi bisa hadir. Setelah itu, terbersit untuk menutup tab. Eh, tapi tertarik lagi tetikusnya, karena saat scroll ke atas, saya menemukan tulisan "Asian Subsidy Scheme".




Aplikasi
Aw!!! Jadi, dalam MaD ada jalur khusus yang memberikan subsidi kepada peserta konferensi. Saya yang penasaran kemudian masuk ke halaman aplikasi subsidi dan mencoba untuk mengisi formulir. Sangat mudah untuk bisa lolos. Kita hanya perlu mengisi aplikasi dalam bahasa Inggris yang isinya adalah seputar diri kita sendiri, dan membuat video aplikasi. Dalam formulir tersebut kita hanya perlu mengisi biodata, background CV, motivasi, dan statement yang meyakinkan bahwa kita merupakan calon delegasi yang layak untuk mendapatkan subsidi ini. Dalam formulir itu, kita juga mengajukan proposal subsidi.

UPDATE: Rincian Dana
Sistemnya adalah reimbursement. Waktu itu, saya mengajukan permintaan subsidi USD$650 di personal statement, sayangnya pada akhirnya yang disetujui dari panitia MaD hanya $450. Tapi itu pun masih menutupi semua biaya yang diperlukan, kok. Rincian dana bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan. Saran saya, ambil referensi harga tiket pesawat di Skyscanner.com (ambil kelas ekonomi, jangan aji mumpung, Sob); referensi harga hostel di Hostelworld.com (sama, Sob); makan secukupnya; visa Rp0. Pastikan
selama perjalanan uang yang kita gunakan tidak melebihi anggaran karena mereka tidak akan menutupi biaya di luar ajuan anggaran. Jangan pula terlalu pelit sampai anggarannya bersisa, karena saat reimbursement nanti kita bisa dapat uang pengganti kurang dari yang dijanjikan kalau memang ternyata menurut bon/kuitansi yang kita kumpulkan jumlah pengeluaran kita di bawah angka yang diajukan. Buat yang rasional dan sekali lagi sesuai dengan kebutuhan. Kalau mau jalan-jalan sekalian, menabung dari sekarang. Jalan-jalan nggak dosa, kok. Oia, kalau mau menjejaki punya saya, waktu itu, saya tinggal di Cosmic, Mirador Mansion. Tempat ini cukup strategis karena hanya terpisah beberapa stasiun dari Kwai Tsing, tapi sangat dekat dengan pantai yang memisahkan Kowloon dan HK Island di mana pemandangan terindah Hong Kong berada. 

Membuat Video Aplikasi
Selanjutnya dalam video pendek, saya membuat perkenalan diri, motivasi dan penjelasan visi. Kita hanya perlu menuangkan pandangan kita dengan komunikasi yang clear dan sederhana, tapi menarik. Waktu itu (dan sampai sekarang), saya belum bisa membuat animasi video yang bagus. Laptop saya masih terlalu bapuk untuk punya video editor yang canggih. Jadi, saya mengakalinya dengan Ms. Power Point. Pertama, saya mencari template yang menarik di Duarte.com, kemudian mulai mengutak-atik pesan, memasukkan foto terbaru dan menambah animasi slide-nya. Saya buat auto-next. Dengan F5, hasil presentasinya akan terus melaju seperti sebuah animasi flash. Saya merekam kembali animasi tersebut dengan aplikasi lain, lalu menambahkan lagu. dan voilaaaa! Jadilah video yang keren!

 

Cinta Saya Diterimaaa
Selalu setelah mengirimkan sebuah aplikasi, apa pun itu aplikasinya, saya melupakan harapan saya dan belajar merendahkan ekspektasi. Gunanya, supaya tidak mudah sakit hati dan supaya bisa membohongi diri sendiri, bahwa saya sedang ketiban durian runtuh. Perasaan itu saya temukan di bulan Desember lalu. Di bulan Desember, akhirnya ada pesan mengejutkan di surel (email) mengenai berkas aplikasi saya yang diterima. Aaaaaakkk... senangnya bukan main!!! Saya langsung kirim sms dan surel ke keluarga dan minta izin untuk mempersiapkan keberangkatan segera. Sayangnya, subsidi yang ditawarkan cuma USD$450, sedikit di bawah estimasi. Nah, langkah pertama setelah diterima adalah membuat surat konfirmasi keberangkatan, kemudian mengirimkan scanned paspor, dan mengatur rencana keberangkatan sendiri, berdasarkan beberapa rekomendasi yang diberikan oleh komite MaD. Ini adalah bagian yang menegangkan, karena merupakan kali pertama saya ke luar negeri (not literally), jadi saya pun mulai belajar tentang backpacking dan mempersiapkan segalanya di titik ini. Saya membaca dan membaca dan mendengar.

Bertemu Daring
Semua delegasi Asia bertemu di Facebook, dan ada satu grup lagi yang terbentuk, grup Indonesia. Di sana, semua delegasi saling mencari teman dan mengatur rencana keberangkatan bersama, tapi tetap secara mandiri mengatur tiket pesawat. Semua delegasi bertemu pada hari H. Tidak semua delegasi Indonesia terbang dari Indonesia. Beberapa di antaranya adalah mahasiswa Indonesia yang berkesempatan kuliah di luar negeri. Dari Taiwan, Korea, Jepang. Saya sendiri CS-an dengan kak Fara (UGM) dari Soetta sampai kembali ke Soetta. Saya dan kak Fara mengatur janji dengan seorang delegasi dari Laos dan satu dari Korea untuk tinggal sekamar. Kita hanya perlu pesan on-line, dan membayar uang muka. Tinggal di sebuah kamar yang sempit untuk 4 orang ini cukup memperketat anggaran.

Tiba di Negara Beton
Di hari pertama, saya dan Kak Fara tiba di Hong Kong pukul sebelas malam dan saat itu temperaturnya mencapai sembilan derajat selsius. Kami tidur di bandara berkemul apa saja yang kami punya: syal jaket atau kerudung. Walaupun kedinginan, tapi rasanya tetap saja menyenangkan, karena seperti berada di hotel bintang lima. Oia, di hari pertama kami juga tersesat, karena naik bus ke luar kota. Bus itu melaju ke Hong Kong paling utara, hampir ke Mainland China. *berharap bisa nempelin sepatu di perbatasan wilayah. Chinaaaaaa!*






Daily Hong Kong
Ke mana saja di Hong Kong sangat dekat dan mudah. Yang penting, kita mengerti peta Hong Kong, mengerti rute MTR ke mana saja, dan punya saldo di Octopus Card (kartu multifungsi yang bisa digunakan untuk membayar hampir segala jenis kendaraan umum dan untuk berbelanja di minimarket). Karena cukup sulit untuk mendapatkan makanan yang halal, saya cuma bismillah, sambil liat-liat keterangan nama bahan makanan. Supaya bisa hemat, makanan yang saya pilih hanya makanan siap saji yang yang bisa dibeli di 7-Eleven, seperti sandwich atau wrap-sandwich tuna. Kadang juga ke McD. Jelasnya, tiap hari ke Sevel. Udah segaul anak Sevel Kemang, belum?


Urusan ibadah, biasanya, shalat dijamak atau kadang diqasar kalau sedang buru-buru. Pernah waktu lagi di kamar, di tengah obrolan dengan teman lainnya, seorang teman dari Korea merekam saya waktu lagi shalat. Bikin mau ketawa....

Aha Moments
Selama di Hong Kong, di luar cerita jalan-jalan ke The Peak, Disneyland, Avenue of Stars, Ladies Market, (❤ :p) ada beberapa "aha moment" yang membuat perjalanan ini menjadi spesial. Keduanya tentang TKW Indonesia. Saya jadi ingat oom +Muhammad Zamroni, teman blogger traveller, yang sebelum saya berangkat bercerita tentang Causeway Bay, sebuah kota yang banyak sekali warga Indonesianya, yaitu orang-orang TKW. Ah, tapi belum bisa dibilang "Little Indonesia" atau.. "Indonesia Town", haha.

Momen yang pertama, waktu di Mesjid Kowloon. Setelah shalat, saya siap-siap keluar mesjid pakai kaus kaki dan mengikat sepatu. Waktu itu di sebelah saya ada mbak-mbak TKW yang menyapa saya.

"Mbaknya dari Indonesia, ya?" katanya.
"Iya. Saya ada konferensi di sini"
"Oh.. gitu"
"Mbaknya kerja? Atau kuliah?"
"Saya kerja. Udah empat bulan. Sebenernya udah nggak kuat.... Mbaknya kapan pulang?"
"Nanti, sekitar 4 hari lagi"
"Oh, salam ya buat Indonesia"

Setelah saya selesai pakai sepatu

"Mbak, saya duluan, ya.. Mari.."
"Yaa.. "

Beberapa langkah setelah meninggalkan mbak-mbak TKW tadi, saya merasa dibuntuti. Kemudian, saya berbalik dan melihat mbaknya berkaca-kaca melihat saya mau pulang. Saya jadi nggak tega. Saya balik lagi ke mbaknya, terus saya peluk dia. Mbaknya nangis di pundak saya. Waktu itu rasanya jadi ternyuh sekali. Sesama orang Indonesia yang jauh dari tanah air, rasa kebangsaan itu muncul. Apa lagi kita sama-sama tahu, sudah banyak cerita tentang kehidupan TKW yang sulit di Hong Kong ini. Semoga suatu hari saya atau teman-teman bisa membantu mereka, ya :)

Momen kedua, kebalikannya. Di sini, kami bertemu perkumpulan TKW Indonesia yang kehidupannya sudah mapan. Malam ketiga setelah konferensi, semua delegasi dari Indonesia ditraktir makan malam bersama oleh ibu-ibu dari BMW. BMW adalah singkatan dari Buruh Migran Wanita. Jadi ceritanya, malam itu seharusnya kami disambut oleh KJRI (Konsulat Jendral RI) di Hong Kong. Tapi, karena sudah ada rombongan lain yang lebih penting, kami dipindahkan jadwal ke hari lain. Jadilah hari itu kosong dan kami menerima tawaran dari mami Sahada, maminya BMW di Hong Kong. Kenyang kenyang kenyang!



Roving Macau (Why Not!)

Saya merasa sangat beruntung memiliki Kak Fara yang berinisiatif untuk mampir ke Macau sebelum pulang dari Hong Kong. Ternyata Macau sangat dekat jaraknya, seperti Batam-Spore-Batam. Selama perjalanan, biaya (di luar belanja oleh-oleh) yang saya keluarkan adalah hanya untuk tiket perjalanan HK-Macau-HK sejumlah $300+ atau sekitar Rp300.000+ *cring* naik turbo jet. Visa Rp0. Saya hanya bertahan hidup dengan Google, shuttle-bus gratis, dan tumpangan tempat tinggal.


Macau adalah tempat yang lebih humanis untuk ditinggali dibandingkan dengan Hong Kong. Macau adalah contoh daerah urban yang tidak sombong. Macau tidak memiliki banyak gedung tinggi pencakar langit, tapi gedung-gedung di sana sangat mewah dan semua fasilitas publiknya sangat maju. Akulturasi Portugis yang kental membuat negara-kota ini unik dengan banyak gereja dan bangunan beraksen mediterania klasik. Sayangnya, tidak terlalu banyak orang yang bisa berbahasa Inggris di sana. Huf! Untuk menanyakan petunjuk jalan, saya biasanya mencari gambar dengan Google, kemudian menunjukkan hasil pencariannya pada mereka dan barulah mereka memberi petunjuk jalan dengan bahasa tangan.

Tinggal
Di Macau, saya numpang tinggal di rumah penduduk. Sebelumnya, saya pernah mengetahui layanan Couchsurfing. Layanan Couchsurfing juga merupakan komunitas traveller daring terbesar di dunia yang memberikan media sosial gratis bagi pengguna untuk memberikan tawaran/ajuan tumpangan gratis, atau ajakan/permintaan jalan-jalan bersama gratis antarpengguna di seluruh dunia. Oia, pertama kali saya mengenal Couchsurfing ini adalah dari acara sharing ilmu gratis (semacam open class) di daerah lokal Semarang, namanya RoTIFreSh. Pertama kali kenal RoTIFreSh dari temen blogger di twitterKeeping every particular object never be this good :)


Sebagai pemula dengan halaman profil dan referensi (poin) yang masih kosong melompong dan hanya punya satu teman (itu pun sekadar teman blogger, kak @alderina), tidak mudah untuk mendapatkan kepercayaan bahwa kita dalah pengguna valid. (FYI, semakin profil kita meyakinkan dengan banyak referensi dari teman, kita akan semakin dipercaya dan mudah mendapat tumpangan). Selama sebulan sebelum keberangkatan, saya terus update status rencana perjalanan ke Macau di Couchsurfing dan juga mengirimkan pesan langsung ke banyak orang di sana. Saya selalu menunggu ada balasan dari mereka, sayangnya rata-rata menolak atau menggantung. Sampai akhirnya H-3 sebelum berangkat, saya baru mendapati email saya berisi pesan balasan dari seseorang bernama Kit Cheong (Key) yang mau menjadi host selama di Macau. Awalnya saya ragu, karena biasanya host laki-laki jahil dengan tamu perempuan. Tapi, masalahnya, hotel di Macau itu mahal dan biasanya sudah sepaket dengan casino. Yap, Macau adalah salah satu surga raja judi. Jadi, lebih baik saya coba terima tawaran Key saja.


Saya tiba malam hari di Macau. Sesampainya di terminal, saya membeli kartu perdana 3 di vending machine dan menelpon Key. Saya dijemput di landmark terdekat, Senado Square. Pada awalnya suasana kering, bahkan cenderung menakutkan karena penampilan Key membuat impresi yang sedikit menakutkan. Waktu itu Key memakai topi hitam, rompi balon biru gelap, rambutnya gondrong, diikat ke belakang dan sebagian terurai di depan. Cara jalannya aneh dan tangannya dimasukkan ke saku celana. Key mengantar saya dan Kak Fara ke flat-nya melewati jalanan yang sedikit menanjak, di kanan-kiri berjejer motor matik yang diparkir, lalu kami melewati pintu besi berkode di sebuah gedung, naik lift ke lantai 14, dan tiba di depan pintu kediamannya. Di samping pintu ada sesajen tolak bala. Semuanya seperti film Jackie Chan.

 

Kami dipersilakan masuk dan ternyata di flat itu tinggal juga pacar Key--Veronica. Ia menyambut kami dengan hangat. Setelah mengobrol banyak, ternyata Key pun sangat baik dan santun. Obrolan yang menyenangkan adalah saat kami membuka kejutan untuk mereka.

"Key, Vero, I bring something for you. It's the best noodle in the world! Guess what!"
"Indomie!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"Yea! It's pop mie. Indomie in a cup. Let's give it a try!"

Setelah masak, nggak lama Carlos (Portugal) datang ke flat dan mencoba Pop mie yang sudah jadi. Lalu dia nyanyi dengan kocaknya.

Indomie..
Indoyou..
In everything we do..





Kami semua ketawa, dan suasana makin cair.


Carlos mengajak kami bermain skateboard ke alun-alun. Saya coba main juga, loh! Pelan-pelan sampai akhirnya bisa maju beberapa meter. Yuhu!

Sepulangnya ke flat Key, ada lagi yang datang namanya Miko, pacar Carlos. Jadi, kami berenam malam itu. Oia, kami juga membuat lagu tentang Indomie. Ah! Sayang sekali mp3-nya belum dikirim Carlos. Nanti deh tak tanyain sama masnya.

Oia, ada dua orang lain yang sayangnya hanya saya temui sehari saja. Ibunya Key dan seseorang dari Polandia, namanya Piotr. Piotr adalah seorang master filsuf. Dia sangat baik dan terlihat antusias saat saya sedang shalat. Ia juga banyak bertanya tentang shalat. Piotr juga berbagi tentang pemahamannya yang agnostik (percaya adanya Tuhan, tapi tidak percaya terhadap agama apapun). Oh Tuhan, beberapa idenya mengenai agama sebagai alat membuat hati saya jadi sedikit berkecamuk setiap mau shalat Lama-lama di sini bisa membuatku tersesat.


Transportasi dan Sightseeing
Selama di Macau, kami jalan-jalan ke sana ke mari, mencoba beberapa makanan khas seperti putha (portuguese egg tart) dan mengambil gambar objek-objek yang menarik. Di Macau, alat transportasi utamanya adalah bus. Ada dua jenis bus: shuttle-bus dan trans-bus. Rute shuttle-bus adalah dari terminal ke seluruh pusat kasino utama di Macau (yap, berarti semua kasino selalu ramai), sedangkan trans-bus seperti halnya bus kota Trans Jakarta memiliki rute melewati pusat-pusat aktivitas penduduk. Dari flat Key, kami naik bus ke terminal pusat lalu mengambil shuttle bus ke kasino-kasino besar di sana. Berita baiknya, hampir semua objek wisata di Macau terdapat di sekitar kasino, sehingga kami cukup melangkah ringan sambil bersenandung atau bahkan ada beberapa objek wisata yang menyatu dengan kasino itu sendiri. Untuk sampai ke tempat wisata itu, kami juga tidak perlu membeli tiket, tidak ada pagar juga tidak terlihat polisi. Menyenangkan! Kami ke Ruin of St. Paul, beberapa gereja dan kuil, Venetian, dan "semacam imitasi' Kiyomizu-dera.


Malam harinya, di rumah Key, adalah bagian yang paling menyenangkan, yaitu berinteraksi, menemui orang baru yang menyenangkan. Entahlah, saya sendiri lebih merasa senang saat bisa bermain dengan mereka, dibandingkan dengan saat mengunjungi objek-objek wisatanya itu sendiri. Karena, saat bertemu dengan orang baru dan mendapat pelajaran baru, rasanya... ada sesuatu yang berubah di dalam kepala dan hati kita.

Bukan meninggalkan negara kita, tapi justru lebih mengenal Indonesia.
Apa itu Indonesia, adalah bagaimana kita di hadapan mereka.
Berusaha lebih arif dan holistik dalam memandang perbedaan.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Globalization is now
Global warming is happening
Doomsday might happen anytime, anyway
Kita bukan siapa-siapa dan tidak pantas sombong.
Kita siapa-siapa dan harus mengilhami perubahan untuk sekitar.
Kita dan manusia di bumi.

Parampaa 

***

Sekian cerita perjalanan liburan semester tiga ini. Semoga salah satu dari teman-teman yang membaca entri ini bisa pergi ke MaD dan menulis cerita lainnya lagi, supaya makin banyak anak Indonesia yang berpandangan luas dan mau berjuang untuk cita-citanya buat orang lain.

Baca entri lainnya dari delegasi lain, kak Wahyu Setyo Budhi di sini.
Baca apa itu MaD di post saya sebelumnya di sini.
Gambar Couchsurfing oleh http://journeyingjames.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar