Minggu, 23 November 2014

Make a Difference (1/2)

Ditulis oleh: Ratna Hartiningtyas

Are you a campus activist? Do you care about your surrounding? How dare you to make a difference? Or are you a visionary academician? Join Make a Difference !!

***
Ada yang tidak pernah berubah. Tuhan dan perubahan itu sendiri. - unknown
Saya pernah berhayal, apa rasanya jika saya tidak pernah lahir ke dunia. Apa rasanya jika saya tidak hidup. Jawabannya tidak ada, kemudian perasaan saya menjadi aneh dan kosong.  Serupa halnya dengan apa yang terjadi secara makro di kehidupan kita--individu yang tidak mati dan tidak kosong, secara sengaja atau tidak, melakukan sebuah perubahan. Hal ini selalu mengingatkan bahwa kita seyogyanya selalu melakukan hal yang baik, karena kita adalah bagian dari kehidupan orang lain, lalu berhenti bertindak apatis (atau setidaknya jangan terlalu apatis). 

Oia, menyoal apatisme dan perubahan, di liburan semester ini saya mendapatkan kesempatan untuk hadir di konferensi MaD (Make a Difference) di Hong Kong sebagai salah satu dari 20 delegasi Indonesia. Beberapa di antaranya adalah mereka, anak muda Indonesia yang berkesempatan kuliah di luar negeri. Saya merasa sangat beruntung bisa berteman dengan mereka. Mereka adalah teman-teman yang harus saya temui lagi suatu saat nanti. Oia, kami semua terbang ke Hong Kong gratis, loh! Terima kasih MaD HK!


Konferensi ini merupakan puncak dari serangkaian kegiatan MaD yang diorganisasi oleh HKICC (Hong Kong Institue of Contemporary Culture), sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang budaya. Selama tiga hari, kami berada di sana untuk mencari inspirasi baru, pengembangan empati dan spirit humanisme, untuk membuat dunia yang lebih terbuka, inklusif dan kolaboratif. MaD menjadi wadah untuk masyarakat Asia kreatif dan untuk pembangungan Asia yang berkelanjutan. Di mana saja kita di Asia, ini adalah abad untuk Asia. This is Asia's century! 

Peserta MaD datang dari penjuru Asia, dari Hong Kong, Beijing, Shanghai, Macau, dari Yichan di Hubei, dari Zhengzhou di Henan, dari Shenyang di Liaoning, dari Dujiangyan di Sichuan, dari Taiwan, dari India, Bangladesh, Indonesia, Filipina, Kamboja, Singapura, Korea, Jepang juga Brunei Darussalam. Peserta MaD berasal dari 170 kota yang berbeda di 20 negara di Asia. Seluruhnya, ada 1600 MaDees (peserta MaD [terhitung dengan total peserta acara non-koferensi sebelumnya]). Oia, beberapa di antara mereka adalah AIESECers, loh! Hi AIESEC!

Delegasi Indonesia

Konferensi ini sangat menarik. Bertempat di Kwai Tsing Theatre, ada satu kelas besar atau kelas utama di auditorium/aula dan ada beberapa kelas dengan tema berbeda yang bisa kita masuki. Format konferensi tiga hari ini seperti metode moving class di beberapa sekolah, di mana muridlah yang memilih pelajaran yang dia inginkan, lalu beranjak sendiri ke kelas yang diinginkan. Sesuai falsafah ilmu, ilmu itu memang harus dijemput, kan? :)

#1: Hari Pembukaan Acara
HKICC banyak bersentuhan dengan dunia seni. Tidak heran, seluruh rangkaian acara dihadirkan dengan sangat artistik. Panggung ini tidak menggunakan MMT untuk dekorasi; dekorasi panggungnya mempermainkan siluet dan lampu. Di belakang layar putih, terpancar siluet seseorang pemuda menaiki sepeda statis dan membuat sebuah roda besar berputar, kemudian di sampingnya, beberapa pemuda bermain-main; musik instrumental yang chic menghangatkan suasana pembukaan. 

Setelah pidato, ada juga beberapa penampilan seni di kelas besar ini. Gambar di pojok kanan bawah misalnya, adalah tarian yang menggambarkan kanji-kanji Cina yang menjadi power-word MaD: vision, together, touch, listen-learn. Sungguh sangat menyenangkan berada di tengah-tengah orang-orang yang selalu membawa aliran positif. Semangat!



Materi Utama
Nah, berita baiknya, semua materi di kelas besar ada rekamannya yang diposting langsung oleh komite MaD 2013. Berikut di bawah ini adalah list 21 video yang bisa ditongkrongin di akhir minggu. Coba klik list-nya dan pilih yang paling menarik. Semuanya sangat inspiratif!

Di kelas besar ini, satu yang paling saya suka, adalah hiburan musik perkusi dari John Lee. Penampilannya sangat sederhana, hanya menggunakan sebuah tamtam khusus, air dalam panci, dan bebijian. Ia bermain musik dengan rasa dan kepalanya. Less is really more. 

#2 dan #3: Kelas Interaktif di Kelas Kecil

Di kelas kecil, ada beberapa pilihan kegiatan interaktif yang bisa dipilih. Tema-tema yang diangkat dan konsepnya sangat menarik, membuat saya ingin mengeluarkan jurus seribu bayangan kemudian masuk ke setiap kelas di saat yang bersamaan. Ada kelas yang mengangkat tema krisis makanan, kemiskinan, permasalahan area urban, teknologi, musik dan kultur, teater, media, kewirausahaan-sosial, dan kelas visit ke Good Lab. Coba intip di sini. Totalnya, ada 38 pembicara andal yang dikirim ke MaD untuk menyebarkan ilmunya.

Oia, di sini, tidak semua pembicaranya bisa berbahasa Inggris. Ada beberapa kelas yang pembicaranya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi, kita harus memerhatikan keterangan bahasa di setiap kelas kecil. Ada tiga bahasa yang digunakan berdasarkan mayoritas peserta. Di sini ada tiga bahasa, bahasa Cantonese, Putonghua, dan Inggris. Kecuali di kelas besar, semua bahasa bisa dipilih. Saya misalnya yang hanya bisa berbahasa Inggris, tetap bisa mendengarkan dan mengerti pembicara yang berbahasa Putonghua, karena di kelas besar kita bisa menggunakan language translation headset yang dipinjamkan kepada delegasi.

Masih banyak memori di kepalaku yang tidak bisa tumpah ke sini. Untuk itu, saya berharap tahun depan seorang dari kalian yang membaca entri ini berkesempatan untuk mendapatkan pengalaman serupa, lalu pulang dengan perubahan baru untuk sekitarnya--sebagaimana tujuan MaD ini dibuat. Yakin pasti bisa.




***

Baca entri lainnya dari delegasi lain, kak Wahyu Setyo Budhi di sini.

























Selanjutnya di posting yang lain, saya akan menceritakan detail yang mungkin dibutuhkan untuk kamu bisa mendapatkan kesempatan datang ke MaD gratis plus liburan hemat ke Macau.

Hai! Siapa mau ikut MaD?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar