Ditulis oleh: Muh Fauzi
Pernah saya bermimpi untuk bisa mengenyam dunia pendidikan di luar negeri dan merasakan atmosfer bersama siswa dari belahan dunia lain. Ketika itu saya bermimpi untuk bisa sekolah di luar negeri pada tahun 2010. Saat itu saya masih menjadi mahasiswa baru Universitas yang berlambangkan pangeran berkuda dengan keris nya tersebut. Mimpi untuk bisa sekolah di luar negeri adalah ketika saya melihat senior saya menjadi Mawapres dan mimpi dia untuk bisa ke luar negeri. Sejenak waktu itu saya berfikir juga “kalau dia bisa kenapa saya gak? kan kita mempunyai kapasitas otak yang sama?”. Ya ini lah titik tolak saya membangun dan menguatkan mimpi dan tekat saya untuk bisa berpendidikan tinggi seperti cita-cita kedua orang tua saya. Perlu diketahui bahwa kedua orang tua saya bukanlah dari kalangan dengan pendidikan tinggi. Ayahnya saya hanya sekolah sampai Pendidikan Guru Agama (itupun gak sampai lulus hehe wkwkwk ) dan Ibu saya hanya sekolah SD (tidak tamat juga wkwkwk). Tapi merekalah yang menciptakan dan mendisiplinkan saya. Flash back bentar deh, penguatan dunia pendidikan saya peroleh dari Ibu saya yang hanya mengenyam bangku SD namun dari beliau lah saya diajarkan bagaimana menulis, membaca, dan kedisiplinan menuntut ilmu. Dulu sepulang SD saya pasti makan terus di “hajar” tuh pakai PR. Kalau saya salah dan malas pasti penggaris dipukulkan ke tangan saya (dipukulnya kagak keras lho ya hehe....). Inilah kedisiplinan pendidikan yang ibu saya terapkan kepada anak-anaknya. Begitu pula Ayah saya, beliau menginginkan anak-anaknya untuk mengenyam dunia pendidikan setinggi-tingginya, tidak seperti kedua orang tuanya. Hingga membawa kami anak-anak beliau untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Oh iya saya anak terakhir dari tiga bersaudara (tapi jangan pernah mengira anak terakhir pasti dimanja, beuhhhh kagak terjadi deh di keluarga saya haha...).
Pernah saya bermimpi untuk bisa mengenyam dunia pendidikan di luar negeri dan merasakan atmosfer bersama siswa dari belahan dunia lain. Ketika itu saya bermimpi untuk bisa sekolah di luar negeri pada tahun 2010. Saat itu saya masih menjadi mahasiswa baru Universitas yang berlambangkan pangeran berkuda dengan keris nya tersebut. Mimpi untuk bisa sekolah di luar negeri adalah ketika saya melihat senior saya menjadi Mawapres dan mimpi dia untuk bisa ke luar negeri. Sejenak waktu itu saya berfikir juga “kalau dia bisa kenapa saya gak? kan kita mempunyai kapasitas otak yang sama?”. Ya ini lah titik tolak saya membangun dan menguatkan mimpi dan tekat saya untuk bisa berpendidikan tinggi seperti cita-cita kedua orang tua saya. Perlu diketahui bahwa kedua orang tua saya bukanlah dari kalangan dengan pendidikan tinggi. Ayahnya saya hanya sekolah sampai Pendidikan Guru Agama (itupun gak sampai lulus hehe wkwkwk ) dan Ibu saya hanya sekolah SD (tidak tamat juga wkwkwk). Tapi merekalah yang menciptakan dan mendisiplinkan saya. Flash back bentar deh, penguatan dunia pendidikan saya peroleh dari Ibu saya yang hanya mengenyam bangku SD namun dari beliau lah saya diajarkan bagaimana menulis, membaca, dan kedisiplinan menuntut ilmu. Dulu sepulang SD saya pasti makan terus di “hajar” tuh pakai PR. Kalau saya salah dan malas pasti penggaris dipukulkan ke tangan saya (dipukulnya kagak keras lho ya hehe....). Inilah kedisiplinan pendidikan yang ibu saya terapkan kepada anak-anaknya. Begitu pula Ayah saya, beliau menginginkan anak-anaknya untuk mengenyam dunia pendidikan setinggi-tingginya, tidak seperti kedua orang tuanya. Hingga membawa kami anak-anak beliau untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Oh iya saya anak terakhir dari tiga bersaudara (tapi jangan pernah mengira anak terakhir pasti dimanja, beuhhhh kagak terjadi deh di keluarga saya haha...).
Oke lanjut.... Mimpi yang saya ciptakan tidak lantas hanya menjadi
sebuah angan tanpa sebuah usaha dan perjuangan lho. Dari situlah saya mulai
untuk berjuang mewujudkannya. Bagaimana mewujudkannya????. Hmmm emang tidak
gampang sih. Tapi semua ada jalan kok kalau kita berusaha dan berdoa. Saya
awali dengan belajar bahasa Inggris. Jatuh bangun saya untuk belajar bahasa
ini. Ya karena saya gak terlau suka dengan pelajaran bahasa, Pusingggggg. Les sana sini belajar
otodidak lama-lama ada peningkatan, walau sampai saat ini tidak lancar sekali
berbahasa inggris. Tidak sedikit uang yang saya pakai untuk les sana dan sini,
tapi ini wujud investasi lho. Jangan pernah takut berinvestasi dengan dunia
pendidikan (ini sih pengalaman saya). Sedikit cerita saja, dulu S1 saya dapet Scholarship dan saya juga part-time ngajar sana sini hanya untuk
bisa membiayai les dan membeli buku yang saya inginkan (sampai-sampai pas
wisuda setengah mobil penuh dengan kardus isi buku wkwkwk).
Selama S1 pula saya tidak menyia-nyiakan waktu saya hanya mengejar
dunia akademik saya. Saya banyak terlibat dalam berbagai aktivitas Unit
Kegiatan Kemahasiswaan. Ikut kepanitiaan dan kegiatan volunteer itu menyenangkan sekali dan menjadi kenangan yang tidak
terlupakan sampai saat ini. Terus
bagaimana membagi waktu belajar dan kegiatan luar kampus?????. Inilah
pertanyaan yang sering orang tanyakan. Yang saya lakukan sih, saat dikelas
jangan pernah sia-siakan apa yang dosen ajarkan, sedapat mungkin serap semua
yang dosen katakan dikelas dan buat catatannya. Ini penting ketika kita banyak
kegiatan, dan saat ujian kita akan lebih mudah mengingat dari apa yang kita
catat sendiri. Lah terus kalo harus bolos
kuliah gimana dunk?????.
Yups bener juga sih, dulu saya pernah ada kegiatan
di Dies Natalis UNDIP. Saat itu saya menjadi tim koordinator kegiatan sosial
operasi bibir sumbing dan operasi mantap KB wanita (MOW). Ketika itu ada pasien
banyak dan salah satunya balita dari Nias (adik ini menderita bibir sumbing dan
cewek lagi, aduh seidh kami yang melihatnya). Waktu itu saya ada kuliah bersama
tim yang lain (bayangkan aja agenda segede itu hanya dipegang 5 orang termasuk
saya, apa gak mumet itu haha...).
Benar lah saya di kelas tapi jiwa tidak dikelas, banyak ditelfon dosen sama dokter2 disana bahwa pasien bla bla bla.... Okelah
saya putuskan cabut aja dari kelas (panggil semua tim dan kita cabut bareng
demi kemanusiaan haha). Ini contohnya seperti ini. Atau ada juga jiwa dikelas
tapi pikiran memikirkan organisasi wkwkwk.
Tips kedua, time is money, bener
banget ini pepatah. Tugas mahasiswa dan laporan pasti bejibun kan??? haha. Saya
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Setiap ada kekosongan jadwal pasti saya
gunakan mengerjakan tugas dan laporan. Saya dalah orang yang dididik untuk
tidak suka mengerjakan segala sesuatu mendekati deadline. Pastikan semua tugas selesai walau harus begadang di saat
weekend dan jarang main (memang
hingga saya wisuda banyak tempat di Semarang yang belum saya sempat kunjungi.
Penginnya sih habis wisuda mau keliling Semarang, eh waktu tidak memungkinkan).
Tips ketiga, saya suka dengan aktivitas non akademik yang bisa
menunjang akademik. Apa itu????. Ya
saya suka dengan dunia penelitian. Dunia inilah yang akhirnya membawa saya
menyukai dunia tulis menulis ilmiah. Hingga setiap tahun saya dapet itu dana
dari Dikti untuk PKM. Selama menjadi mahasiswa yang belum pernah didanai adalah
PKM-M, PKM-GT. Semua PKM sudah saya coba dan membuahkan hasil. Alhamdulillah yaaa (ala Syahroni punya
haha....). Aplikasi ilmu di kelas banyak saya tuangkan di PKM-PKM seperti ini.
Sungguh ini menyenangkan sekali, yaitu kita dapet ilmu, sosial dan juga uang
haha...(uang adalah yang paling saya suka wkwkwk).
Lanjut ke mimpi. Cerita diatas sebagai awal mimpi saya. Kenapa saya bisa kuliah di Korea sini????. Banyak
yang tanya seperti ini. Ceritanya panjang nih (negara ini sebenarnya bukan
negara utama yang saya inginkan untuk belajar, tapi entah tahun 2012 saya
mencantumkan beberapa foto Korea di Blog saya untuk tujuan studi saya, ehhhh
beneran malah hehe...).
Awal yang saya ingin ceritakan, sejak tahun pertama saya menyebut diri
saya sebagai dreamer. Saya banyak
berburu universitas-universitas dunia dan mencoba kontak dengan professor-professor
yang mempunyai ketertarikan dengan
keilmuan yang saya suka. Banyak universitas yang saya kontak tuh professor dan IO nya dari
Harvard University, John Hopkins dan banyak sekali. Ini adalah tips untuk bisa
mewujudkan mimpi sekolah di luar negeri. Saya dapet tips ini dari dosen saya
dan juga temen di Kementerian Kesehatan. Awalnya
dari kontak dengan professor eh jadi anak didik nya. Ini yang saya terapkan
dalam mengejar mimpi saya. Dari puluhan professor yang saya hubungi hanya
beberapa yang merespon positif. Pengalaman saya ada 3 professor yang mau
menerima saya, 2 orang dari Japan (Kyoto University) dan 1 dari Korea ini. Kenapa saya ambil Korea bukankan Japan lebih
bagus ya???. Sebenarnya iya sih, alasannya adalah beasiswa dan si prof minta
saya untuk kursus bahasa Japan dengan biaya sendiri (ekkkkkk matekkkkkk kagak
mau saya mana ada duit gilaaaa). Lagi-lagi duit ya masalahnya haha.
Akhirnya saya lepas nih kesempatan mimpi saya di Kyoto University
Japan, sedih saya. Oh iya tips
hubungi professor nya nih : pertama-tama buka website universitasnya terus
search tuh professor dan interest topic beliaunya.
Eitssss jangan langsung kontak ya (pengalaman nih wkwkwkwk *malu*). Baca
publikasi beliau !!!! haha. Kalau udah baca publikasi, nah mulai kontak tuh.
Caranya: perkenalkan siapa kita dan darimana. Oh iya sebelumnya siapkan amunisi
tentang study plan ya singkat saja.
Dear Professor Han,Let me introduce my self, my name’s Muh Fauzi. I am student from Indonesia majoring in Epidemiology and Tropical Disease. Since i read your publication in Science Direct Journal, i have interest to study about malaria disease.According to your interest topic in your publication, i have a thought bla bla bla.....It will be proud to know you in detail. In summarize, i have intention to be your student and supervised by your self in your laboratory. I will obey in every single rule in your lab and supervision. For your consideration, please find attached my short CV as below.Best Regards,
Kurang lebih isinya seperti ini. Terlalu banyak yang saya kirim jadi
saya agak-agak lupa. Intinya kontak professor adalah tampilkan CV terbaik kita
(beberapa professor suka dengan kegiatan internasional dan publikasi/ tulisan /
prestasi kita tingkat internasional), short
study plan, dan publikasi si prof. Nah kalau sudah intens nih kontak ama
prof kita bisa mulai nih menanyakan scholarship
wkwkwk ujung-ujungnya ini haha. Iyalah kalo saya tanpa scholarship mah kagak mau bro wkwkwkwkwk.
Cerita saya adalah pilih Korea ini adalah seharusnya berangkat untuk exchange student eh sudah mau berangkat
tapi saya malah revoked nih sama univ
karena ketahuan saya udah lulus wkwkwkwk. Kalaupun saya berangkat exchange pun saya harus bayar pakai duit
sendiri, Alhamdulillah Allah punya
rencana lain.
Sejauh saya kontak dengan Prof di Korea ini
adalah kurang lebih 2 bulanan, hingga akhirnya saya harus melewati beberapa
seleksi dengan si prof. Seleksi pertama saya adalah dengan presentasi via skype
tentang keilmuan kami dan tanya jawab dengan lab members (isinya anak Master ama PhD yang tanya2 dengan presentasi
saya waktu itu).Sudah, si prof kemudian memutuskan untuk memberikan scholarship kepada saya semua-muanya.
Termasuk biaya kuliah bahasa Korea selama 2 semester ini. Eitssss belum selesai
akhirnya si prof mengunjungi saya ke Indonesia dan bertemu dengan dosen saya
untuk direct interview diantara saya,
dan dosen saya di Indonesia.
Perjuangan belum berhenti kawan. Akan membanggakan jika dari negara saya lah
saya bisa makan dan hidup di negara lain. Tidak ingin rasanya saya membawa malu
atas negara lain yang membiayai saya. Okay saya ingat waktu itu ada email
masuk bahwa saya bisa ikut beasiswa LPDP Afirmasi prestasi (waktu itu saya
hanya abaikan ini beasiswa) eh H-1 saya kumpulkan semua syarat yang dibutuhkan
dan H-1 jam saja saya kirim semua dokumen. Tak lama kemudian selang beberapa
minggu saya di lolos seleksi dokumen. Dokumennya
apa aja sih???
- Ijasah (waktu itu saya belum punya ijasah jadi pakai bukti sudah sidang dari dosen pembimbing diperbolehkan)
- Surat2 (di website LPDP)
- Surat rekomendasi dosen kita
- LOA (bagi yang sudah punya, waktu itu saya minta si prof untuk buatin buat saya. LoA gak jamin memperkuat palikasi kota lho karna banyak temen juga yang gagal LPDP walau sudah ada LoA)
- English proficiency test atau bahasa lain (japan, perancis, korea dengan test yang setara dengan TOEFL, IELTS LDPD gitu)
Setelah lolos dokumen LPDP, saya diundang
wawancara dan LGD. Pasti banyak yang
tanya LGD itu apa. Jadi saya ceritakan sedikit wawancara. Di dalam ruangan
kalau saya dulu ada 3 (professor dan dosen dari daerah Jakarta dan Bandung gitu
logatnya) sama 1 orang psikolog. Mereka akan bertanya tentang kita
semua-muanya. Pertama kita disuruh kenalan (in
my case full english karena saya ambil aplikasinya LN), terus ditanya-tanya
tentang kenapa kamu pengin kuliah di LN,
mau meneliti apa, belajar apa disana, terus buat Indonesia apa, kenapa LPDP
harus biayain kamu, terus sama psikis kita. Kasus saya waktu itu banyak
dicerca tentang study plan saya
sehingga psikis saya gak terlalu ditanyakan. Sedikit cerita, di dalam ruangan
tersebut saya dulu dibuat tidak bisa menjawab (susah banget milih). Saya
disuruh milih, oke setelah saya melihat
kemampuan Anda, kami akan berikan LPDP bagi Anda tapi Anda cari universitas
lain selain di Korea, apa berani Anda mencari di Univ lain? Karena saya lihat
Anda banyak melakukan kontak dengan prof di LN jadi akan lebih mudah kalau Anda
hubungi beliau lagi dengan mengatakan sudah dapet scholarship dari Indo.Jujur
saya waktu itu menghabiskan waktu hampir 20 menit memikirkan jawaban tersebut
(psikolog tersebut menilai dari sini
juga lho). Akhirnya saya jawab, baik saya berani Pak, saya akan pindah dari
Korea (keluar ruang saya langsung lemas apa yang barusan saya katakan). Iyalah
si prof sudah menyiapkan semuanya kok di Korea haha. Tips wawancara yang saya
peroleh dari reviewer LPDP jawablah
setiap pertanyaan dengan yakin 100% tanpa keraguan dan buktikan dengan
kemampuan berbicara kita.
Lanjut di hari kedua (ada yang wawancara dan LGD
jadi satu hari, tapi saya dapet dua hari). LGD atau Leaderless Group Discussion dimana disini kita diberikan isu
terhangat pada saat itu dan diawasi oleh beberapa psikolog. Kita dibagi menjadi
Tim. Satu tim masuk ke ruangan dan membahas tentang topik tersebut dan
bagaimana mengatasinya. Topik saya dulu tentang penutupan Dolly oleh Risma di
Surabaya, Setujua atau Tidak dan bagaimana pendapat kita. Oh iya disini TIDAK
DIPERKENANKAN ada yang mendominasi (pemimpin diskusi tidak ada) jadi kita seperti
percakapan sehari-hari saja mengalir biasa. Waktu yang diberikan saya lupa
berapa.
Lanjut lagi jika lolos tahap tersebut adalah
tahap PK atau program kepimpinan. Disini adalah kita digembleng dengan
kepemimpinan kita. Kita diberikan banyak sekali tugas, pra, hari H dan pasca
(pasca PK bagi yang masih lama di Indonesia dan yang studinya di Indonesia
dimungkinkan adanya tugas ini). Kegiatan ini adalah kegiatan puncak 90% kita
akan diterima sebagai awardee LPDP yeeeeee
seneng lah ya. Asalkan kita mengerjakan semua tugas dan peraturan yang panitia
berikan maka kita lolos kok PK dan PK itu sumpah ngangenin banget. Disini kita
bertemu dengan orang-orang pilihan Indonesia yang super banget mereka semua.
Pemikiran mereka wauw banget untuk Indonesia (saya minder banget dari UNDIP waktu itu yang se-PK Cuma saya sendiri,
mayoritas dari ITB dan UI).
Akhirya selang 2 minggu setelah PK dan
dinyatakan lulus saya langsung buru-buru untuk berangkat ke Korea. Mepet banget
nih waktunya. September tgl 5 saya sampai di Korea dan memulai rutinitas
langsung masuk Lab (gila pikiran saya
pertama kali, cuapekkkkkkk banget men habis sampai Incheon langsung dibawa
temen lab ke Lab dan perkenalan lab dan welcoming party, ekkkkkk). Sampai
tulisan ini dibuat saya sedang menempuh kuliah bahasa korea dan juga join research. Setiap hari saya
berangkat jam 9.30 pagi dan pulang sekitar jam 12 malam kadang jam 00.30 WK
(waktu Korea) haha. Shock Culture banget
nih belajarnya gak main-main disini. Waktu benar-benar dipakai untuk belajar
dan meneliti. Terus apa sih yang saya
lakukan di Lab?. Pertama karena saya anggota baru, jadi saya di drop buku
untuk dibaca nih sama si Prof dan setelah 2 bulan saya diberikan sebuah topik
untuk diteliti. Sekarang saya sedang pusing membuat penelitian tersebut. Oh iya
disini saya masih ujian lagi lho untuk masuk Medical Schoolnya, edan pikir saya mah. Insya Allah saya akan
bertahan disini untuk 4 tahun demi bisa menyelesaikan program Ms-PhD. Doakan
saya ya agar saya bisa pulang ke Indonesia dengan gelar Ms-PhD (khawatir nih ternyata pusing belajar
dinegara orang wkwkwk).
-Muh Fauzi-
Ms-PhD Student
Dept. Medical Environmental Biology and Tropical Medicine
Kangwon National University School of Medicine
Kangwon Malaria Research Laboratory (KMRL)
|
Hai Muh Fauzi. Perkenalkan saya Puspa, mahasiswa ITS yang baru lulus. i'm so interested with your post here. saya juga sedang dalam perjuangan mengejar beasiswa LPDP afirmasi. Dan negara impian saya adalah Seoul. Ah iya, saya sedikit bingung dengan kalimat "Akhirnya saya jawab, baik saya berani Pak, saya akan pindah dari Korea (keluar ruang saya langsung lemas apa yang barusan saya katakan). Iyalah si prof sudah menyiapkan semuanya kok di Korea haha."
BalasHapusItu maksutnya gimana ya mas ? Kalau pihak LPDP ingin mas pindah dari korea, kenapa mas bisa masuk universitas korea ?
terima kasih.
Iya terimakasih sebelumnya. Memang sebelumnya saya ingin melakukan perpindahan universitas ke maastricht dibidang molecular juga namun waktu dan kondisi tersebut tidak memungkinkan saya untuk melakukan perpindahan universitas tersebut. Disisi lain, lab yang saya ambil saat ini di Korea adalah fokus dibidang molecular biology dengan interest saya di pengembangan vaksin malaria. Jadi atas berbagai pertimbangan saya memutuskan untuk tetap mengambil di Korea. Semoga bisa menjawab...
HapusHai Mas Fauzi,saya Nadhia dari Undip juga. Pertanyaan yang sama mas dengan devita11, it'll be a pleasure if you want to share more about it. Terima kasih sebelumnya mas sudah sharing pengalaman yang menginspirasi :)
BalasHapusIya sukses yaa
HapusHai mas... Saya ada rencana mau ambil LPDO thn ini dan memilih Korea Universitu. Saya cuma make sure nih, jd S2 ke korea itu harus bisa nguasain bhasa korea ya trus msh bingung dengan jumlah semester untuk 24 credit hours.Thank u
BalasHapusHaiii. Enggak harus kok bisa berbahasa korea. Cuma basic utk daily life sih. Dan memang beberapa prof akan menerapkan kelas dengan bahasa campur2 dan ini bisa di diskusikan secara pribadi dengan prof pengampu. SUKSES yaaa
HapusHai mas... Saya ada rencana mau ambil LPDO thn ini dan memilih Korea Universitu. Saya cuma make sure nih, jd S2 ke korea itu harus bisa nguasain bhasa korea ya trus msh bingung dengan jumlah semester untuk 24 credit hours.Thank u
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum mas, saya ingin tanya, apa sebelumnya mas sudah belajar balajar bahasa korea? Apa belajarnya pas sudah daoat beasiswa hehre?
BalasHapusKalau pengen dapat lpdp ke korea,
BalasHapusYang dipelajari bahasa inggris atau bahasa korea
Assalamu'alaikum mas, saya ingin bertanya mengenai beasiswa LPDP ke korea ada berapa cara untuk mendapatkan LoA? terimakasih-
BalasHapusHallo mas saya mahasiswa semester 6 ingin lanjut kuliah di korea dengan LPDP saya mahasiswa keguruan, apakah ada jurusan keguruan yg dapat saya ambil di korea, saya juga masih binggung dengan universitas mana yang bisa saya tuju. Semoga bisa dijawab🙏🏻
BalasHapus