Rabu, 03 Desember 2014

Dikirim UNDIP untuk Kuliah Pertukaran di Korea + Jalan-jalan Gratis!

Ditulis oleh: Candri Rahma Maharani

Tadinya bisa berangkat ke Korea Selatan hanya impian jaman SMA. Waktu itu Suju, SNSD dan Shinee lagi mulai ngehits di Indonesia. Sekarang akhirnya saya bisa sampai di Korea Selatan untuk studi dan jalan-jalan. Miracle-nya adalah, saya bisa berangkat GRATIS! Sebenernya kesempatan berangkat ke luar negeri  terbuka sangat lebar. Sedihnya ngga banyak yang tau dan mencari tau, apalagi berusaha untuk mendapatkannya.

Jadi yang saya lakukan di kota Chuncheon adalah kuliah di Kangwon National University selama satu semester. Saya sebagai pertukaran pelajar nantinya bakal masuk kelas-kelas internasional yang dipandu dalam bahasa inggris. Saya dapat info mengenai exchange program ini ngga jauh-jauh kok, cuma buka website International Office-nya UNDIP (io.undip.ac.id) trus daftar deh.

Untuk mendaftar pertukaran pelajar via International Office ada beberapa requirement yang harus diperhatikan. Berikut saya copy-paste dari web IO UNDIP dan saya beri penjelasan di setiap poinnya.


Diem-diem nge-foto Profesor saya pas lagi ngajar

The requirements for the applicant is as below:
1. Undergraduate students who can participate in classes taught in either Korean or English
Saya waktu daftar program ini juga baru bisa ngomong anneyonghaseyo sama saranghae. Belum bisa nulis apalagi baca hangul (Korean writings). Cuma bermodalkan bahasa inggris aja buat ngisi application form dan melalui tahap interview. Jadi dari pada takut duluan, mending coba dulu. Siapa tau lagi dapet rejeki kaya saya.

2. Students who obtained an average grade of more than 60% (based on a 100% grading scale) in the Academic Year 2013.
Kalo IPK uda diatas 3 uda aman aja deh. Walaupun IPK-nya belum 3 tetep coba aja dulu. Kadang pihak penyeleksi punya pertimbangan lain mengenai hal ini dan mengabaikan IPK, atau kadang mereka terpesona sama CV kamu dan ngga notice IPK kamu dibawah 3. Sekali lagi yang penting, COBA DULU!

3. Students should select more than three classes per semester from the list of courses taught in English (including at least one class related to his/her desired field of study) on study plan.
Bikin essay tentang Study Plan kamu selama satu semester di Korea nanti. Di application package bakal ada daftar mata kuliah yang akan diajarkan dalam bahasa inggris. Silakan dipilih dan beri alasan mengapa kamu pilih mata kuliah itu, apa korelasinya dengan current issues, dan apa yang akan kamu lakukan setelah selesai masa studi. Ini cuma gambaran aja sih, kalo mau ditambahin poin lain juga boleh, sebagus-bagusnya yang bisa kalian bikin.

4. A copy of proof of enrollment
Bahasa Indonesianya sih Surat Keterangan Mahasiswa. Kalo di FEB UNDIP, formatnya bisa di download di website fakultas. Sayangnya semua dokumen aplikasi harus dalam bahasa inggris. Jadi silakan download formatnya atau minta di dekanat, kemudian terjemahkan sendiri dalam bahasa inggris.

5. A copy of transcript
Dokumen berikut juga harus dalam bahasa inggris. Rempongnya kalo di FEB, bikin transkrip dalam bahasa inggris ini perlu proses yang bikin bolak-balik dekanat sekitar 3-4 kali dalam kurun waktu 2 minggu. Mau tau kenapa? Silakan coba sendiri :p

6. A letter of recommendation from a supervisor from your study field (Dekan/ PD III/ Ka.Jur)
Surat rekomendasi ini bisa kita bikin sendiri. Cari aja contohnya di mbah google, ada banyak banget yang keren-keren. Tulis sebaik-baiknya tapi jangan bohong juga yaa. Kemudian ajukan ke dekan, PD 3 atau kajur untuk di tanda tangani. Biasanya sebelum beliau mau tanda tangan akan ada sedikit wawancara untuk memastikan apa yang kamu tulis itu benar adanya.

7. A copy of Passport
Belum ada rencana keluar negeri tapi uda bikin passport?? emang agak freak sih. Tapi banyak untungnya kok percaya deh. Karena pendaftaran student exchange atau apapun yang keluar negeri akan lebih diutamakan yang memiliki passport. Bayangkan aja kalo uda melalui seleksi panjang, sudah diterima, tapi gagal berangkat karena ribet bikin passport. Padahal kalo mau keluar negeri nih masih banyak hal lain yang mesti diurus. So, ketika masih ada waktu senggang, persiapkanlah passport sedini mungkin.

8. A letter of self-introductiion, CV. and Health Certificate
Self Introduction sama CV ini satu paket. Apa yang ada dalam self introduction adalah merangkum poin penting yang ada di CV. CV juga ngga perlu sampai 5 lembar dan mencantumkan semua seminar dan kepanitiaan yang kalian punya. Cantumkan yang penting-penting saja, akan lebih baik jika semuanya berkaitan dengan opportunity yang kalian daftarkan. Kalo mau daftar exchange ke korea, ya cantumkan pengalaman2 international kalian, skor kursus bahasa korea, dll.
Health certificate ini boleh dalam bahasa indonesia. Saya sih dulu cuma pake surat sehat dari puskesmas yang bisa didapet gratis kalo pake kartu Askes (sekarang BPJS Kesehatan).

Ah tapi saya ngga pede kak mau daftar. Mesti nyiapain apa aja yah? Harus belajar apa aja? Pertanyaan-pertanyaan itu yang sering kali saya dengar dari teman-teman. Persiapannya ngga Cuma materi aja yah, tapi mental juga. Nah berikut tips and trick nya :

1. Jangan menunggu, mulailah mencari.
Saya suka agak gemes sama temen-temen yang bilang "Kalo dapet info kasih tau aku ya.". Saya sih kalo ada opportunity kece memang selalu saya share di akun media sosial. Tapi kalo mental 'nunggu kabar' kaya gini, saya rasa akan susah tembusnya. Mulailah mencari opportunity yang tersebar dimana-mana. Website International Office itu cuma salah satunya. Mintalah teman kalian yang terkenal 'opportunity hunter' untuk invite kalian ke group2 dimana anggotanya biasanya saling share opportunities. Kalo online, jangan cuma buka twitter sama instagram doang, tapi ikutin percakapan yang ada di grup2 tersebut. Kalo nemu yang cocok, langsung deh daftar. Jangan nunggu temen ato sahabat kamu ngasih tau ada opportunity.

2. Siapkan dokumen sedini mungkin.
Kalo uda ngincer  satu atau lebih opprtunity, siapkan dari jauh-jauh hari. Dari jauh-jauh bulan kalo perlu. Karena biasanya jarak dari pembukaan pendaftaran sampai deadline mengumpulkan itu ngga lebih dari 1 minggu. Dan ngga mungkin banget kalian mempersiapkan semua dokumen pendaftaran dalam waktu singkat. Saya saja bikin passport awal tahun 2013 memang untuk mendaftar exchange ke Korea yang dibuka bulan november. Dan saya juga menyiapkan dokumen-dokumennya 2 bulan sebelum pendaftarannya dibuka. Sudah mengira-ira kapan pendaftaran akan dibuka, jadi saya siapkan terlebih dahulu.

3. Sharing dan Networking
Sama seperti yang ada di postingan saya sebelumnya mengenai beasiswa Astra International, punya banyak teman dan banyak sharing memang sangat menguntungkan. Saya mendapat banyak sekali info berharga dari sahabat saya, Ratna Hartiningtyas, yang berangkat ke Korea dengan program yang sama semester lalu. Dulu kami ada di 1 tim dan mengerjakan project sosial bersama. Karena sudah sangat dekat kami jadi tidak tanggung-tanggung dalam share informasi. Belum cukup, ternyata mbak-mbak yang kerja di International Office juga kenalan lama saat saya berproyek sosial di semester awal kuliah. Masih ada lagi, teman lain yang sudah berangkat ke Korea tahun sebelumnya, ternyata adalah teman SMA saya. Ada lagi yang tetangga saya, dan lainnya adalah teman main saya. Ngga usah heran deh kalo info yang saya dapat bisa sangat detail.

4. Kalau sudah yakin, jangan menyerah.
Bisa diakui bahwa saya berhasil berangkat bukan hal yang mudah. Beberapa hal yang manjatuh-bangunkan perasaan juga telah terjadi. Saya melalui beberapa proses galau.

Yang pertama adalah nervous habis-habisan menjelang interview dan pengumuman. Sudah lolos proses ini, announcement yang menyatakan saya diterima ternyata tidak hanya membuat saya lega dan bersyukur, tapi juga galau luar biasa karena tidak direstui orang tua. Maklum saya anak bungsu dan sedari kecil hidup bersama orang tua. Jadi membiarkan anaknya merantau ke negeri orang tentu bukan hal yang mudah bagi orang tua saya.

Yang kedua adalah faktor ekonomi. Saya bukan dari keluarga yang sangat kaya. Hanya berkecukupan saja. Yang jelas untuk menyisihkan puluhan juta untuk keluar negeri adalah hal yang berat. Apalagi ketika dinyatakan lolos seleksi, saya belum tau apakah saya akan mendapatkan beasiswa atau tidak. Maka saya harus menyiapkan nominal cukup besar untuk menutup biaya dormitory, makan, asuransi kesehatan dan biaya pesawat. Hal yang saya lakukan saat itu adalah sepenuh hati meminta restu dari orang tua. Saya sengaja menyelesaikan skripsi saya dalam 3 bulan, karena saya memang ingin bebas tugas ketika exchange. Barulah saya ceritakan perjuangan saya untuk sampai ke titik ini. Orang tua saya memang luar biasa. Walaupun sangaaaaaat berat, akhirnya mereka mendukung keberangkatan saya.

Berpedoman pada pengalaman Ratna, saya bilang ke orang tua bahwa saya "hutang" sebesar 20juta kepada mereka. Ini adalah perkiraan nominal yang akan saya habiskan mulai dari berangkat sampai pulang lagi ke Indonesia. Janji saya adalah ketika saya pulang, saya akan segera lulus dan mencari kerja. Uang dari gaji saya tersebut yang kemudian akan saya gunakan untuk membayar hutang kepada orang tua. Inilah hebatnya orang tua saya dalam mendidik anak-anaknya menghargai uang dan kerja keras. Ketika menginginkan sesuatu, ya memang harus ada yang dikorbankan dan diperjuangkan.

Saat itu saya sudah mantap untuk berangkat dengan uang hasil 'berhutang'. Berniat belajar serius dan berhemat habis2an di negara orang. Tapi memang miracle does exist. Tiba-tiba saya mendapat info kalau saya adalah scholarship student dari Kangwon National University. Jadi dorm, meal dan insurance yang harusnya memakan biaya belasan juta itu akhirnya ditanggung universitas. Legaaaa bukan main. Saya cuma bisa bersyukur setiap saat.

Berarti yang harus saya tanggung hanyalah biaya flight PP saja. Masih dengan mindset 'berhutang', saya berusaha mencari tambahan dana. Saya bolak-balik muter-muter Semarang yang sangat panas hampir tiap hari untuk masukin proposal sponsorship. Saya memang tidak mengajukan bantuan dana ke perusahaan karena jatohnya emang susah. Mereka biasanya tidak akan memberi dana kepada program yang tidak berkorelasi dengan anggaran yang mereka punya. Maka saya mengajukan proposal ke fakultas, universitas, walikota, gubernur dan dinas pendidikan. Ada yang tembus dan ada yang tidak. Tapi total bantuan dana yang saya dapat saat ini adalah 6 juta rupiah. Cukuplaaah untuk menanggung biaya bikin visa dan beli tiket pesawat. Masih sisa buat jajan2 di Changi ketika transit. Dan beruntunglah bulan depan masih ada beasiswa yang akan turun ke rekening saya sebesar 5juta rupiah. Uang itu yang akan saya pergunakan untuk beli tiket pesawat pulang nantinya.

Kalo masalah beli sabun, shampo, lotion dll selama saya di Korea, orang tua masih tetap memberikan uang bulanan selayaknya seperti saat saya masih di Indonesia. Jadi pengeluaran orang tua saya untuk kebutuhan saya masih biasa saja, tidak perlu dilebihkan.

Oiya, disini masih winter. Ketika saya datang suhunya masih 3 derajat celcius. Suhu kulkas saya dirumah aja masih kalah. Jelas saya butuh peralatan winter untuk bisa bertahan hidup, seperti jaket winter/coat, boots, sarung tangan, syal, kupluk, long john, baju-baju hangat seperti sweater dan lain-lain. Membeli barang2 ini butuh biaya yang cukup besar. Misalnya jaket winter harganya bisa 500-700ribu rupiah. Belum lagi boots dengan kisaran harga yang sama. Tapi lagi-lagi koneksi menyelamatkan saya. Sahabat2 saya yang sudah pernah exchange saat musim dingin merelakan barang-barangnya saja pinjam selama 1 semester. Jadi saya berangkat membawa 1 jaket winter, 1 coat dan 1 boots hasil meminjam dari Ratna dan Destria, sahabat2 saya di organisasi AIESEC. Alhasil saya menghemat antara 1-2 juta rupiah.

Bersama perkumpulan mahasiswa Indonesia di Chuncheon, Korea Selatan.

Saya sudah tidak lagi memikirkan persiapkan alat make up. Walaupun saya suka dandan dan ngotak-atik muka, saya terlampau sibuk memikirkan kebutuhan lain sehingga hal ini terlupakan. Baiknya sahabat-sahabat saya, mereka sengaja membelikan saya seperangkat alat make up yang saya tahu persis bernilai ratusan ribu. Leta, Kiki dan Ayu memang tahu betul produk favorit saya. Duh saya masih terharu kalau ingat mereka memberikan bungkusan tersebut kepada saya saat mengatar saya ke airport.

Sebelum saya berangkat saya masih sempat berfarewell dengan sahabat-sahabat saya lainnya. Niatnya cuma pamit dan minta doa biar semuanya lancar dan pulang dengan selamat, bisa bawa ilmu dan bisa berbagi. Karena sahabat-sahabat saya terdiri dari beberapa kubu, saya sampai farewell hingga 7x dalan 7 pertemuan di 5 restoran berbeda. Hahaha

Well, karena achievement apapun yang kita capai saat ini adalah hasil doa dan bantuan dari sahabat-sahabat juga. Jadi jangan sampai melupakan mereka :)

Bersama Student Exchange lainnya di perpisahan kelas Bahasa Korea

Begitulah.. berarti biaya hidup saya sudah ditanggung oleh banyak pihak. Saya tinggal berangkat mengemban tanggungjawab. Trus nge-gaulnya gimana? Masa sudah sampai Korea tapi ngga jalan2? Masa mau stay di dorm dan belajar tiap hari? Haha ngga dong pastinya..

Disini kecanggihan koneksi kembali beraksi. Saya sengaja mencari banyak teman yang punya pengalaman dibidangnya. Sebelum saya berangkat, ada teman yang menginfokan tentang opportunity dari KTO, yaitu organisasi yang pemerintah yang fokus pada tourism di Korea Selatan. K-Performance Supporters namanya. Opportunity ini memberikan kesempatan anggotanya untuk datang ke acara-acara yang diadakan tourism Korea. Misalnya festival, konser, teater, dll, peserta akan diundang secara free! Pertanggungjawabannya hanya setiap saya datang ke acara mereka, saya harus berfoto, mempublish dan ngepost foto tersebut di akun media sosial dan blog saya beserta reviewnya dalam bahasa inggris. Untunglah hobi saya nyampah dan pamer di sosmed ini membuat teman FB dan followers instagram saya cukup banyak dan saya diterima menjadi peserta program ini. yeaaay! Hobi saya ngeblog yang sekian lama terlupakan akhirnya mampu terasah kembali.

Teman2 saya sampai menjuluki saya wanita gratisan. Sudah exchange gratis, winter tools minjem, make up tools dikasih, masih jalan-jalan gratisan juga di Korea.

Ngga cuma saya, kalian juga bisa mendapatkan yang sama bahkan lebih dari ini. Cuma tinggal mau berusaha atau engga. Jadi jangan cuma jadi orang yang iri sama teman yang berhasil, tapi colong info dan trik dari mereka, kemudian berusaha lebih keras. Sekali lagi, miracle does exist. Tuhan selalu memberi sebesar apa yang kita usahakan.

Good luck para pencari gratisan! 




1 komentar:

  1. Makin tertarik buat kuliah! Kebetulan aku iseng nyari nyari blog yang isinya undip, do'ain aku masuk undip ya kakk... Boleh tanya gak kak? Hehe

    BalasHapus